Bab 26.2

143K 9.5K 1.7K
                                    

babang Fazio kambeeekk...



**** 


Ketika waktu makan siang telah berakhir, Genaya, Sisilia bersama Alex kembali ke gedung The Herbert setelah selesai makan siang di luar. Mereka nampak akrab bagai seorang teman dengan Alex, membahas apapun yang bisa mereka bahas.

"Aku selalu memerhatikan para pria yang hanya memakai singlet dan celana training yang ketat. Ugh! Itu sangat seksi," ujar Sisilia.

Genaya dan Alex tertawa pelan, seraya berjalan bersama melintasi pintu kaca. Meski Genaya sendiri merasa ia masih memikirkan Fazio. Pria itu sungguh tak ada niatan menghubungi sama sekali, bahkan Adrienne tak terlihat datang.

"Lalu apa yang kau lakukan di gym, Genaya?" tanya Alex.

"Hanya berlari di treadmill, angkat beban dan lainnya," jawab Genaya sekenanya.

"Dan berusaha menghindari para pria yang mendekatinya. Kau akan tertawa keras saat melihat dia hendak menangis didekati pria berkepala plontos dan berbadan besar. Dia takut dibanting," sela Sisilia seraya tertawa keras, dan Alex ikut tertawa.

"Jangan beberkan aibku!" pekik Genaya dengan wajah memberengut.

"Kapan-kapan aku ingin pergi ke gym bersama kalian, ladies. Sepertinya sangat menyenangkan."

"Aku tebak, kau pasti sering memperhatikan para wanita yang hanya mengenakan bralete dan legging kan? Melihat pada belahan dada mereka," tebak Sisilia.

"Tidak," sanggah Alex.

"Tidak salah lagi," sahut Genaya, dan mereka kembali tertawa bersama sampai tiba di lift dan langsung masuk.

Ada dua orang lainnya di dalam lift, dan kini menjadi lima orang. Ketika lift hendak menutup, seseorang mengulurkan tangan hingga pintunya kembali terbuka dan seorang pria dengan pesona yang kuat dan aura berkuasa yang kental. Setelan jas mahal melekat di tubuhnya dengan rambut cokelatnya yang berpotongan pendek di sisir rapi. Semua orang yang ada di lift sedikit terkejut lalu menundukan kepala tak berani menatapnya––kecuali Genaya yang menatapnya dengan sendu dan penuh kerinduan.

Pintu lift tertutup dengan sosok Fazio yang berada di bagian paling depan, menatap lurus ke depan dengan wajah dingin dan tubuh menjulang tanpa bergerak sedikitpun. Bagaimana bisa pria itu bahkan sama sekali tidak menggerakan salah satu anggota tubuhnya. Genaya yang berdiri di samping Sisilia hanya diam, memperhatikan punggung lebar dan kokoh yang selalu ia cengkeram. Aura di dalam lift terasa menyesakkan dan tak nyaman bagi semua orang, termasuk Genaya.

Pintu lift terbuka di lantai sepuluh. Semua orang hendak keluar, termasuk Genaya. Ketika semua orang keluar setelah menyapa Fazio dengan sopan, giliran Genaya yang keluar belakangan. Ia berjalan melewati Fazio dan berusaha keras untuk mengabaikan keberadaan pria itu, juga menenangkan hatinya yang kembali sakit. Sebelum ia melewati pintu lift, tangannya ditahan dan ditarik ke balakang bersama dengan pintu lift yang tertutup. Sedangkan Alex dan Sisilia yang menunggu diluar menampakkan wajah terkejut.

"Maaf," bisik Genaya. Ia berbalik dan tatapannya melebar saat melihat angka di atas pintu lift menunjukan angka 20. Ia pikir Fazio akan membawanya ke kantor pria itu, tapi ternyata bukan. Lift terus bergerak naik hingga berhenti di lantai 30 dan terbuka.

Genaya berbalik kembali dan menatap Fazio yang masih berdiri dengan wajah dingin dan tubuh tenang, bersandar pada dinding lift.

"Aku harus kembali ke ruanganku," kata Genaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fazio's Secret GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang