Bab 21.1

112K 9.3K 569
                                    

Zuka kambeeeeeekk 💃🏻💃🏻


Jangan lupa vote dan komennya ya 😘

💖💖💖💖💖💖

💖💖💖💖💖💖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kau baru pulang?" tanya Genaya sambil melemparkan senyuman manis.

"Ya." Fazio tak menampakkan ekspresi apapun, dan dia menyembunyikan amarahnya dengan rapat hingga Genaya tak mengetahuinya.

"Kau sudah makan malam? Sebaiknya kau makan malam dulu, aku akan pulang sekarang." Genaya menggigit bibirnya dengan wajah meragu, ia ingin mengatakan sesuatu hanya saja tiba-tiba hatinya meragu. "Boleh aku bahas yang tadi siang?"

Fazio menaikan sebelah alisnya. "Quicky sex?"

"His! Bukan. Maksudku tentang teror yang aku terima." Genaya mendengkus kesal karena yang Fazio katakan selalu saja berputar di masalah kegiatan seks mereka. Meski ia sendiri tak bisa menampiknya bahwa setiap berdekatan dengan Fazio–yang seksi dan menggoda– selalu mengundang hawa panas dan gairah yang meletup-letup.

"Kau takut?" tanya Fazio.

"Ya, hanya penasaran siapa yang melakukannya. Itu seperti ancaman seorang wanita yang sedang marah dan–– mungkin sedikit gila."

"Mungkin ada salah satu teman tidurku yang masih tergila-gila padaku." Fazio menjawab dengan enteng.

Genaya mengerut dahinya, menatap wajah tampan dan menggoda itu. "Tapi hubungan kita tidak ada yang mengetahui. Tunggu! Salah satu teman tidurmu? Kau tidur dengan berapa wanita dalam satu bulan?"

"Kenapa?"

"Hanya penasaran saja."

"Tidak banyak, aku lebih senang menghabiskan waktu dengan pekerjaan dan Adrienne, para wanita akan melemparkan diri padaku dengan sukarela jika aku penat."

"Tidak banyak versimu itu sepertinya akan membuatku tercengang," cibir Genaya dengan berani.

Fazio berdeham menyembunyikan senyum gelinya saat mendengar perkataan Genaya. "Terkadang hanya dengan satu wanita, terkadang aku tidak melakukan seks selama satu bahkan dua bulan. Perusahaanku di mana-mana dan aku harus mengurusnya, jika terlalu banyak main dengan wanita maka semuanya akan terabaikan. Kecuali––" Senyum miring terbit di bibirnya. Fazio mendekat selangkah dan menarik pinggul Genaya mendekat padanya hingga tubuh mereka bertabrakan dan Genaya meringis saat dadanya menabrak dada Fazio. "Kecuali wanita itu siap aku tiduri kapanpun dan di manapun, di kantorku sekalipun."

"Maksudmu––" ucapan Genaya terhenti saat Fazio memagut bibirnya.

Genaya mengerjapkan matanya beberapa kali. ia merasakan ciuman yang keras dan kasar, bibirnya terasa ngilu dan Fazio menciumnya dengan dalam. Menyusupkan lidahnya ke mulutnya, menggigit lidah Genaya hingga ia meringis dengan kedua tangan mencengkeram kemeja Fazio. Genaya merasa lututnya lemas dan ciuman Fazio kali ini sungguh berbeda. Ia tak bisa menikmatinya, ia meringis ngilu saat Fazio menggigit bibirnya dan melumatnya dengan kasar. Napas mereka menderu, dan paru-paru Genaya terasa mengering. Ia memperhatikan mata Fazio dan melihat ada emosi yang terpendam.

Fazio's Secret GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang