(Mature romance/contemporary romance/romance western)
Genaya Madeleine, gadis 21 tahun yang berasal dari Inggris dan bekerja di New York. ia selalu dibayangi mimpi-mimpi kelam yang tak diingat. Ia gadis ceria dan polos, tapi hasutan Sisilia sepupuny...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fazio bergeming, sorot matanya menggelap dan ada kilatan-kilatan berbahaya di sana. Ia melepaskan tangannya dari Genaya dan menatap wanita itu dengan lekat-lekat, dan membuat Genaya sedikit ketakutan.
Genaya menggigit bibirnya, ia takut. Ia takut Fazio akan meninggalkannya dan tak jadi membantunya. "Empat tahun lalu aku terbangun di rumah sakit dalam keadaan tak mengingat apapun. Aku tidak bisa berbicara––" Genaya menarik napas kembali dan air mata meleleh di pipinya. "Selama enam bulan, dan hanya ketakutan juga rasa asing yang aku rasakan. Aku tak bisa berbicara, hanya menjerit ketakutan dan rasa trauma yang sama sekali tidak aku ingat. Aku terbangun dalam memori yang hilang, aku tak mengenal siapapun termasuk diriku."
Fazio masih menatapnya tanpa ekspresi, ia meraih wajah Genaya dan mendekatkannya. Mencium bibirnya sesaat. "Kau ketakutan?"
"Tentu saja. Aku ketakutan karena aku tidak mengingat dan mengenal siapapun. Aku selalu dihantui mimpi-mimpi mengerikan selama satu tahun. Aku hidup dengan terapi dan juga psikiater yang membantuku. Aku tidak ingat jika aku pernah membuat seseorang terluka atau patah hati karenaku, aku tidak tahu apa mungkin teror itu datang dari orang yang aku buat patah hati dan terluka. Aku tidak tahu, Fazio." Genaya menangis dan terisak-isak, ia mencengkeram tangan Fazio. Tubuhnya gemetar hebat dan isakannya semakin keras.
Fazio menarik tubuh Genaya mendekat dan mendekapnya, membawa kepalanya ke dadanya yang bidang. Meski tatapannya tak bisa terbaca, dan kilatan-kilatan misterius itu berpendar di mata cokelatnya yang keemasan.
"Ceritakan padaku, mimpi apa yang kau alami?" tanya Fazio lagi.
Genaya menggeleng, ia mengeratkan cengkeramannya di pakaian Fazio dan membenamkan wajahnya di dada bidang pria itu. Menghirup aroma tubu Fazio yang menyesakkan dan juga menenangkan. Setidaknya berada bersama Fazio membuatnya lebih tenang dan terbuka.
