Lira memarkirkan sepeda motornya didepan pos polisi, setelah menyapa beberapa teman Leo yang sedang berjaga dipos itu dan memberi beberapa bungkus pisang coklat Lira langsung menuju halte bis. Lira langsung duduk dihalte tersebut dan tersenyum saat melihat Leo yang ada di tengah jalan untuk mengatur lalu lintas yang padat sore ini bersama seorang polisi lalu lintas lain.
"bro, istri lu udah nungguin tuh." seru polisi Beno sambil menyenggol lengan Leo pelan. Leo tersenyum dan mengangguk.
"enak banget lu ya, kerja ditemeni istri begitu. Nah gue, pacar gue suruh nganterin makan aja nggak mau." Leo tertawa.
"bisa aja lu Ben. Udah-udah lanjut lagi, lihat tuh motor berantakan semua. Semua mau duluan."
"siap pak." Leo menoleh kearah Lira yang masih duduk manis menunggunya. Lira tersenyum dan melambaikan tangannya kearah Leo, Leo hanya mengangguk dan kembali lanjut dengan pekerjaannya. Beberapa orang yang di halte tersebut memandang aneh kearahnya.
"siapanya mbak?" Tanya seorang ibu-ibu disampingnya yang terlihat sangat ingin tahu. Lira tersenyum,
"suami saya bu."
"yang bener?" Lira mengangguk mantap. Ibu-ibu terdiam dengan pandangan tidak yakin, Lira hanya tertawa kecil dia mengambil handsfree dan menghidupkan musik di telepon pintarnya.
Beberapa saat berlalu, Leo menghampiri Lira.
"udah?" Lira membuka handsfreenya saat Leo sudah berdiri didepannya.
"belum sayang, sebentar lagi." Lira mengangguk. Dia mencium tangan Leo,
"ya udah aku lanjut dulu ya, setelah selesai kita baru jalan." Lira mengangguk, dikecup pelan kening Lira. Ibu-ibu yang ada disampingnya pun segera tersenyum keki, Lira menganggukkan kepalanya pelan kearah ibu-ibu tersebut.
***
Lira menunggu Leo didepan pos jaga untuk berganti pakaiannya, setelah selesai dengan pakaian santainya Leo menghampiri Lira.
"udah ini, kita berangkat sekarang yuk."
"motornya gimana?"
"pake motor kamu aja, motor aku tinggal. Jadi besok pagi kamu anter aku kesini." Lira mengangguk pelan. Dengan mengendarai motor matik Lira, mereka meninggalkan pos polisi.
Mereka sampai di restoran milik Leo, Lira sudah duduk manis di tempat biasa mereka bila datang kerestoran Leo. Leo langsung masuk kedalam dan belum juga kembali, setelah beberapa saat menunggu Leo datang sambil membawa napan berisi makanan dan minuman.
"kamu dari mana sih? Lama banget."
"nih, untuk hari ini special for you my wife. Aku udah masakin ini buat kamu." Lira tersenyum senang, sekaligus canggung. Sejak kapan dia bisa semanis ini.
"kamu kenapa?"
"sejak kapan kamu bisa manis gini?" Leo mencibir. Di tonyor kepala Lira pelan.
"buruan makan, sebelum aku buang." Lira menahan senyumnya. Oke, kali ini dia harus senang melihat usaha suaminya. Lira menjawil dagu Leo pelan,
"aku makan sekarang." Lira segera mengambil garpu dan mulai menyuap makanan didepannya. Leo tersenyum melihat Lira memakan masakannya.
"ini enak banget." Leo tersenyum lagi.
"oke, habisin. Awas kalau nggak."
"tanpa kamu minta, aku pasti akan menghabiskan semuanya."
"dasar rakus kamu?" Lira cemberut. Leo masih memandangnya sambil menahan senyumnya.
"bercanda sayang. Ayo makan." Lira kembali makan dengan semangat.
Setelah makan malam mereka bersantai dibalkon restoran tersebut, Lira duduk sambil melihat foto-fotonya di tab yang dia bawa. Leo masih sibuk dengan game di handphonenya, setelah beberapa kali tidak berhasil menang Leo meletakkan handphonenya dan mendekati Lira.
"kamu lihat apa sih?"
"ehm.." Lira masih tidak bergeming dari apa yang dilihatnya. Leo merebut tabnya, penasaran.
"kamu suka banget lihat foto ini?" Lira mengangguk mantap.
"banget, ini foto favorit aku dari semua foto yang ada. Aku terlihat manis disitu." Leo memperhatikan pose foto pra-weddingnya itu,
"aku juga suka banget, kamu terlihat sangat pendek difoto ini." Lira memukul lengan Leo pelan. "udah jangan diliatin terus nanti kamu terbayang-bayang aku terus baru tau."
"apa salahnya, kamukan suami aku. Wajar aja kalau terbayang-bayang kamu terus. Dari pada aku terbayang-bayang suami orang."
"pintar kamu sekarang ya." Leo tersenyum,
"akukan udah masakin makanan yang enak banget kata kamu, aku nggak dapet imbalan gitu?"
"imbalan? Contohnya?"
"ya apa aja,"
"kamu mau apa?" Leo tidak menjawab, dia hanya mengisyaratkan dengan gerakan bibirnya saja.
"nggak ah, banyak orang malu ah." leo melihat sekeliling.
"mana? Nggak ada. Kan Cuma kita berdua disini, ini tempat VVIP hanya aku yang menentukan siapa yang bisa masuk disini."
"ouwh" timpal Lira acuh. Leo mencubit hidung Lira gemas, Lira menepis.
"cepat."
"oke." Lira memegang pipi Leo pelan, dengan cepat dikecup bibir Leo.
"cepat amat, nggak berasa sayang." Lira menatap tidak terima. Leo tak pernah tau, butuh kenekatan buat Lira menciumnya. Walau sudah sah jadi istri Leo, tetap aja dia masih sedikit canggung. Wajah garang didepannya ini selalu sering membuatnya mati kutu dan malu.
"lagi," Leo tersenyum nakal, Lira hanya tersenyum simpul. Kali ini Lira lebih lama mengecup bibirnya Leo, dan sedikit melumatnya beberapa detik.
"sudah puas?"
"belum, mau dilanjut dirumah aja." Lira menggelengkan kepalanya dan memukul pipi Leo pelan. Mereka masih menikmati pemandangan dari atas balkon restoran tersebut. Setelah beberapa lama ada di sana,
"kita pulang sekarang yuk, nenek sms aku terus dari tadi nyuruhin kita pulang. Males loh kalau harus dengerin nenek ngomel-ngomel nggak jelas." Seru Leo sambil memperlihatkan pesan dari nenek,
"oke, ayo. Nenek niat banget nyuruh kamu pulang, sampai capslock semua tulisannya."
"akukan cucu kesayangannya. Wajar."
"sayangnya aku bukan cucu menantu idamannya." Leo menatap Lira. Di elus pipi Lira pelan, buka dia tidak tahu sampai sekarang nenek belum mau menerima Lira menjadi istrinya. Suatu saat nanti, Leo berjanji akan membuat Lira disayang nenek.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Police (End)
RomantikJadi istri seorang polisi? Sama sekali tidak pernah Lira bayangkan. Tapi apa boleh buat jika takdir harus menyatukan dia dalam mahligai rumah tangga dengan seorang polisi yang kadang arogan dan kadang bisa sangat manis. Lika liku rumah tangga. Ber...