Lira sudah sangat baik dari demamnya, Lira keluar kamar untuk mengambil air minum. Baru saja dia melewati ruang tengah, Lira dikejutkan dengan suara nenek yang memanggilnya.
"Lira, separah apasih demammu sampai membuat satu rumah repot dan berlebihan? Kamu pasti senang diperlakukan bak puteri dirumah ini. Menyebalkan? Lebih baik kamu dan Leo segera pindah dari rumah ini, nenek muak melihat kamu terus menerus dirumah ini. Dasar pengerat" Lira hanya diam saja mendengar nenek marah padanya.
"maafkan Lira nek, kalau kehadiran Lira dikeluarga ini membuat nenek tidak nyaman"
"itu kamu tahu, kalau kamu sudah tahu segeralah enyah dari rumah ini. Nenek mau hidup tenang, tanpa harus melihat kamu dirumah ini."
"Lira akan bilang ke Leo nek, kalau kita harus pindah secepatnya dari sini"
"bagus, sana kamu." Lira tidak jadi mengambil air minum. Dia naik ke lantai atas dan masuk kamar,
"sebenci itukan nenek terhadapku. Kenapa harus begitu? Aku juga tidak meminta untuk tinggal disini dan menjadi istri Leo." Leo yang baru keluar dari kamar mandi melihat Lira yang tengah menyembunyikan wajahnya diantara lutut. Dihampiri Lira,
"kamu kenapa?" Lira tidak menjawab. Dia diam tanpa mau megangkat wajah dari kedua lututnya.
"kamu kenapa Sayang?" Lira memandang Leo.
"aku tidak meminta untuk tinggal disinikan mas? Aku tidak meminta untuk menjadi istri kamu. Aku tidak pernah meminta untuk masuk kekeluarga kamu."
"kamu kenapa? Cerita Lira. Supaya aku tahu harus berbuat apa" Lira menggelengkan kepalanya dan terdiam. Dia membaringkan tubuhnya ketempat tidur dan membelakangi Leo. Leo hanya menghelakan nafasnya berat,
"tidurlah sayang. Kalau kamu sudah merasa tenang, aku akan bicara sama kamu." dielus kepala Lira pelan dan dikecupnya. Leo duduk disamping Lira sambil menepuk-nepuk punggungnya agar dia lebih tenanng. Leo masih menepuk-nepuk punggungnya lembut saat Lira bangun dari tidurannya dan duduk bersandar.
"kita boleh punya rumah sendirikan mas?" Leo agak terkejut. Entah karena Lira yang tiba-tiba memanggilnya mas, atau Lira yang meminta pindah rumah,
"kenapa dengan rumah ini?" tannya Leo, sesudah menetralisir keterkejutannya.
"tidak ada apa-apa dengan rumah ini mas. Aku hanya ingin kita punya keluarga kecil sendiri, aku nggak enak terus-terusan tinggal dirumah ini, kalau kamu mau kita pindah aja kerumah aku mas. Lagian rumah aku juga nggak ada yang tempati kecuali bibi." Leo menggeleng. Mengabaikan ajakan Lira untuk tinggal dirumahnya.
"nggak enak sama siapa sayang?"
"tidak ada mas, aku punya impian aja. Kalau kita punya rumah sendiri dan mengatur rumah tangga kita sendiri. Lagian dirumah inikan banyak, ada ayah, bunda, nenek, Amira dan kadang-kadang bang Joni dan istrinya suka nginap disini"
"ah kamu ini, kalau kita punya rumah sendiri. Nanti kalau aku kerja lembur kamunya gimana? Masak sendirian dirumah"
"nggak papa mas, aku terbiasa kok tinggal dirumah sendiri."
"udah kamu jangan mikir yang macem-macem deh." Lira mengerucutkan bibirnya. Leo menatap wajah sembab Lira dan mengecup pelipis Lira pelan.
"aku suka panggilan sayang kamu keaku, Mas?" Lira malu-malu menatap Leo.
"ehm manis banget kedengarannya." Senyum Leo merebak, Lira tidak menjawab, dia memilih menundukkan wajahnya dalam.
"ya udah kamu tidur aja, kita bicarakan lagi besok. Ini udah larut banget sayang." seru Leo sambil menyelimuti tubuhnya. Lira pun ikut membaringkan tubuhnya disamping Leo dan melihat Leo dengan tatapan datar. Leo bukan tidak tau Lira tengah menatapnya, tapi dia membiarkan saja. Akhirnya Lira pun tidur sambil memunggungi suaminya itu.
***
TBC
THANK YOU
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Police (End)
RomanceJadi istri seorang polisi? Sama sekali tidak pernah Lira bayangkan. Tapi apa boleh buat jika takdir harus menyatukan dia dalam mahligai rumah tangga dengan seorang polisi yang kadang arogan dan kadang bisa sangat manis. Lika liku rumah tangga. Ber...