Leo baru saja meninggalkan rumah dan segera ke kantor polisi. Malam ini dia dan teamnya akan melakukan penggrebekan di markas besar pengedaran narkoba milik mafia di kotanya itu. Markas narkoba itu berkedok club' malam biasa, tugas negara ini sangat berbahaya jika Leo dan teamnya tidak merencanakan penggrebekan dengan matang dan teliti. Nyawa para petugas polisi yang jadi taruhannya.
Setelah briefing dan menyiapkan teamnya mereka pun pergi dengan tiga team. Team Leo bersama dengan 10 anggota nya. Dan 2 team lain di belakang. Total team penggerebekan 40 orang terdiri dari polisi dan Brimob.
Karena ini penggerebekan skala besar, besar kemungkinan team mereka kalah banyak dari gerombolan mafia itu. Namun optimisme mereka kuat jika mereka yang akan menang dan berhasil membawa bos mafia ke kantor polisi.
"Ndan, sudah siap?" Seru salah satu timnya. Leo mengangguk pasti dan optimis.
Setelah semua tim berkumpul, mereka pun saling menyebar dan mengepung tempat itu. Leo yang mengunakan pakaian biasa pun masuk tanpa pengawalan kedalam club' malam itu.
Ekspresinya dingin, dia duduk di salah satu meja bar depan bartender dan memesan satu Vodka. Matanya menyelidik di setiap penjuru ruangan berisik itu dan menemukan beberapa titik kelompok orang yang sedang pesta narkoba. Senyum smirknya muncul, di lihat jam di pergelangan tangannya. Jam 01.00 dini hari. Waktu yang pas untuk memulai penggerebekan tempat itu. Leo segera mengirim pesan ke anggota timnya dan menunggu kedatangan teman temannya.
Setelah di lihat beberapa orang timnya sudah masuk kedalam club', Leo segera menuju ke arah DJ yang masih memutar mutar piringan hitam di depannya. Dengan gerakan santai Leo mematikan musik dan membuat semua orang yang tengah asyik berjoget teriak marah. Leo segera mengambil mikropon didepannya.
"Mohon waktunya sebentar. Kami akan memeriksa tempat ini." Mata Leo menangkap seseorang berbadan besar dengan tergesa naik ke lantai atas. Leo pun segera turun dari panggung dan menunjuk 4 orang timnya untuk mengikutinya ke lantai atas sementara yang lain mulai memeriksa tempat itu.
Leo langsung mendobrak pintu di depannya dan menyaksikan 5 orang tengah mengumpulkan uang di atas meja. Sementara bos mereka mengumpat saat melihat Leo dan anak buahnya sudah masuk keruangannya.
"Sial." Desisan kecil itu terdengar jelas di telinga Leo. Alnord, bos mafia itu berdiri dan menghampiri Leo.
"Selamat datang komandan Leo. Saya pikir kalian tidak akan berani mengusik kami. Ternyata kejutan besar, ada seorang polisi muda berani datang menyerahkan nyawanya ke tempat ini." Leo hanya tergelak menanggapi Alnord.
"Mungkin sudah saatnya anda menghentikan bisnis ini dan berhenti membuat negara semakin merugi." Ucap Leo datar. Dan membuat Alnord dan anak buahnya tertawa.
"Tidak semudah itu komandan." Alnord meraih sesuatu di pinggangnya dan menembakkan dengan cepat pistol hitam itu kearah Leo dan timnya. Sigap mereka merunduk dan berlindung. Arnold dan anak buahnya pun pergi dari tempat itu. Leo memastikan timnya selamat dulu sebelum mengejar kawanan mafia yang memang sedari dulu ingin dia taklukkan.
Beberapa anak buah mafia itu berhasil di hadang dengan polisi lainnya. Target Leo masih pada bos mafia itu, Leo terus mengejar Alnord. Alnord yang berhasil masuk ke mobil tidak membuat Leo patah semangat. Dia melompat di depan mobil dan tangannya berpegang erat di sisi badan mobil, membuat Alnord terkejut.
"Sial." Teriak Arnold marah. Arnold semakin melajukan mobilnya kencang dengan harapan bahwa Leo akan jatuh. Leo semakin mengeratkan pegangannya di kap mobil.
"Sebaiknya kau menyerah Arnold." Seru Leo.
"Kita lihat. Sampai berapa lama kau bisa bertahan di atas mobilku." Teriak Arnold bersikeras. Leo hanya memiringkan sebelah bibirnya. Mata Leo menemukan salah satu timnya berhasil menyusul mereka. Dengan gerakan kepala Leo menginstruksikan Riko agar segera menabrak mobil Arnold yang terus bergerak membabi buta. Ada pias dan ragu di wajah Riko, melihat posisi komandannya itu ada tepat di depan mobil bos mafia itu besar kemungkinan Leo lah yang akan terluka. Leo menatap Riko lagi dan mengintruksikan agar segera menabrak mobil Arnold.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Police (End)
RomanceJadi istri seorang polisi? Sama sekali tidak pernah Lira bayangkan. Tapi apa boleh buat jika takdir harus menyatukan dia dalam mahligai rumah tangga dengan seorang polisi yang kadang arogan dan kadang bisa sangat manis. Lika liku rumah tangga. Ber...