PART XXXVIII : Born Day

2.1K 89 4
                                    

Dengan di angkatnya Leo sebagai direktur reserse narkoba, semakin bertambah juga kerja dan tanggung jawab yang dia emban. Hampir tidak ada hari libur, tapi Leo selalu berusaha untuk pulang tepat waktu demi menjadi suami Siaga untuk istri tercintanya Lira.

Ini sudah menjadi Bulan ketiga Leo memegang amanat jabatan itu dan otomatis kandungan Lira pun sudah masuk ke waktu persalinan, jika prediksi dokter tepat maka dalam waktu seminggu ke depan Lira lahiran.

Semenjak memasuki usia sembilan bulan kandungan, aktivitas Lira semakin sedikit karena besarnya perut membuat dia tidak bisa bergerak dengan leluasa dan sering mengeluh sakit pinggang. Kakinya pun semakin membengkak dan kerap membuatnya menangis di tengah malam.

Seperti sekarang, Lira masih saja sibuk mengelus perutnya dan Tendangan kecil dari kedua bayinya itu membuat nyeri di perut semakin bertambah. Leo yang baru saja keluar
Dari kamar mandi segera menghampiri Lira, saat melihat kernyitan menahan sakit di wajah istrinya itu.

"Sayang kenapa?" Lira hanya menggeleng pelan dan masih terus mengelus perutnya super buncitnya itu. Leo naik ke tempat tidur dan duduk di depan perut Lira. Di elus perut Lira sayang.

"Hai jagoan Ayah. Kalian yang tenang ya nak, kasihan Bunda kalau kalian terus nendang nendang seperti ini. Bunda pasti susah tidur loh, jadi anak yang baik ya jagoan jagoan Ayah. Ayah dan Bunda sayang kalian berdua." Leo mengecup perut Lira pelan setelah memenangkan bayi-bayi di dalam perut Lira. Lira tersenyum saat tidak lagi merasakan tendangan dari dalam.

"Berhasil Mas. Mereka tenang banget sekarang." Seru Lira. Leo tersenyum simpul, di kecup kening Lira lama. Lira mengelus pipi Leo pelan.

"Kita tidur sayang. Kamu butuh isthirahat yang banyak." Ajak Leo sambil sedikit menarik tubuh Lira kebawah dan membenarkan tumpukan bantal di kepala dan punggung Lira. Lira terbaring ke arah suaminya itu. Leo masih menatap Lira intens.

"I love you sayang. Makasih udah mau mengandung anak kita." Lira tersenyum simpul.

***

Leo baru saja meninggalkan rumah 10 menit yang lalu. Tiba-tiba Papa mertua menghubunginya agar segera putar balik ke rumah. Tidak ada nada cemas di suara Papa, membuat Leo tidak menyangka saat sudah sampai depan rumah dia kejutkan dengan Amira yang berlari ke arahnya.

"Bang. Buruan, mbak udah mau lahiran." Leo langsung meninggalkan mobilnya dan berlari masuk kedalam rumah. Di tanggalkan jas hitamnya dan melemparnya sembarangan.

Saat Leo sudah masuk kekamar, terlihat Lira yang di temani Bunda dan Mama tengah meringis kesakitan.

"Sayang." Lira menatap Leo dan mulai menangis.

"Sakit." Leo langsung mendekati Lira. Di kecup kening Lira pelan, dan segera membopong Lira dan membawanya ke mobil.

"Tahan sayang." Ayah dan Papa yang mengikuti dari belakang pun segera ambil tempat di bangku kemudi dan penumpang depan. Leo dan Lira berada di belakang. Sementara yang lain bersama mobil Joni.

Lira menahan sakitnya dengan meremas tangan Leo kencang. Leo mengelus perut Lira pelan sambil terus memeluk tubuh penuh dengan keringat dingin istrinya itu.

Ayah menjalankan kan mobil dengan cepat namun tetap tenang. Di lirik sesekali anak dan menantunya di belakang, perhatiannya terfokus pada Lira yang terus meringis menahan sakit di pinggang dan perutnya.

***

Setelah 15 menit di jalan. Akhirnya mereka sampai di depan lobby rumah sakit. Leo langsung turun dari mobil dan segera menggendong istrinya ke dalam dan di sambut dengan suster yang sudah membawa brangkar.

Lira langsung di bawa keruangan bersalin, sementara dokter dan suster menyiapkan peralatan persalinan, Leo masih menunggu di depan sebelum dia di ijinkan masuk kedalam untuk menemani Lira melahirkan.

"Mari pak. Bapak sudah bisa masuk, kita menyegerakan persalinan, karena udah pembukaan akhir." Suara suster mengintrupsi dan membuat Leo langsung masuk ke dalam.

"Sayang. Kamu kuat ya." Leo menggenggam tangan kiri Lira kuat. Di kecup Kening Lira berkali kali.

Teriakan kesakitan Lira semakin kencang dan rambut Leo juga tidak terhindar dari tarikan mematikan dari Lira. Lumayan perih, tapi Leo sadar sakit yg Lira rasakan sekarang jauh lebih hebat dari sekedar tarikan tangan Lira di rambutnya.

"Sayang. Istighfar. kamu kuat."

15 menit berlalu terdengar tangisan kencang dari bayi pertama mereka. Lira harus berjuang kembali untuk melahirkan putra keduanya, tangisan bayi pun terdengar lagi. Leo tidak sanggup menahan haru saat melihat kedua jagoannya lahir dengan lancar. Air mata Leo dan Lira berlinang bahagia. Di kecup kening Lira lama sambil terus mengucapkan rasa terima kasihnnya. suster mendekatkan kedua bayi mungil itu ke mereka, Lira mengecup kening anaknya bergantian.

"Mereka sempurna ibu bapak. Alhamdulillah, semua lengkap dan sangat tampan." Seru suster.

" Terimakasih sus." Suara Lira bergetar.

" Mari pak. Segera di adzankan keduanya." Leo menurut dan berdiri di tengah box bayinya dan Mai mengumandangkan adzan. Lira yang terus menatap kedua bayinya pin tersenyum haru.

" Terimakasih ya Allah. Engkau mengijinkan hamba melahirkan mereka. Alhamdulillah." Gumamnya pelan.

***

Reivan Leo Pratama dan Reihan Leo Pratama nama kedua jagoan Leo dan Lira. Orang tau baru itu tidak mengalihkan pandangannya Sama sekali dari kedua anaknya itu, setelah isthirahat seharian Lira yang sudah mulai kuat pun memaksa Leo untuk melihat anak mereka yang masih ada di ruang bayi dan sekarang mereka sudah ada di balik kaca dan sedang melihat dia bayi mungil itu meringkuk lucu di kotak bayi masing-masing.

Leo mengecup pelipis Lira lama. Lira tersenyum dan mengelus pipi suaminya itu dengan sayang.

"I love you sayang."

"I love you too sayang."

"Mereka lucu banget. Gemes, gak sabar pengen meluk keduanya mas."

"Sabar sayang. Nanti sore mereka sudah bisa tidur bareng kita." Lira tersenyum dan mengangguk.

" Hai sayang. Reivan, Reihan jagoan Ayah dan Bunda. Makasih sudah mau lahir dari rahim Bunda. I Love you boys." Gumam Lira pelan. Leo mengelus kepala Lira pelan.

To be continued

Maafkan maafkan maafkan (sambil jongkok dipojokan plus pegang telinga) molor sekali ya.

Maafin aku ya guys. Waktu mu kesita banget sama kerjaan. Huhu

Ini untuk mengobati rasa rindu ya. Walau pendek banget.

I love you guys. Typo everywhere.

SALAM

DII

My Husband Police (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang