Lira bergelung di pelukan Leo, kepalanya sudah mulai mendusel-dusel mencari kenyamanan didada Leo. Dihirup aroma tubuh suaminya itu dalam-dalam, tidak tahu kenapa aroma Leo begitu menenangkan pikirannya. Jari Lira mulai memutar abstrak diperut Leo, beberapa kali Leo berjengit menghadapi tingkah ajaib istrinya itu. Lira tiba-tiba mendongakkan kepalanya. Leo tersenyum dan mengecup pelipis Lira.
"tadi Nenek dan Sonya datang kerumah." Leo menaikkan alis matanya.
"ngapain mereka? kamu nggak diapa-apain Nenekkan Sayang?" Lira menggeleng.
"secara teknis sih nggak, tapi kalau nyentil dihati iya. Tapi udah biasa kok Mas, udah nggak terlalu nyakitin hati lagi." Jujur Lira. Entahlah, Lira sulit untuk menyembunyikan gundahnya.
"apa yang Nenek katakana?" Lira terlihat berpikir.
"rumah ini lebih cocok kalau kamu dan Sonya yang nempati." Seru Lira sambil tetap membuat pola abstrak di perut Leo.
"Asthagfirullah, masih aja. Nenek bilang begitu kekamu sayang." Leo mendesis tidak suka. Tangan Lira berganti membelai wajah Leo yang mulai ditumbuhi rerumputan liar itu.
"nggak papa Sayang, Aku kuat kok." Leo meringsut dan semakin memeluk erat tubuh istrinya.
"Mas berjanji Sayang, apa yang di inginkan Nenek tidak akan pernah terjadi. Cuma Kamu yang berhak nemeni Mas dirumah ini. Bukan orang lain." Lira tersenyum sumringah dan semakin mengeratkan pelukannya.
"aku percaya Mas." Kamar pun hening saat keduanya tengah sibuk dengan pikiran masing-masing. Lira melihat jam dinding diatas tempat tidur. Sudah menunjukkan pukul 22.05, Lira menatap Leo penuh minat. Leo menatap Lira intens sebentar dan kembali fokus pada telepon pintar yang baru saja dia ambil. Setelah itu diletakkan kembali, tangannya mengeratkan pelukan dipinggang Lira.
"Mas....."
"ehm." Jawab Leo sekenanya saja.
"Mas...." Leo mulai memejamkan matanya saat lagi-lagi Lira memanggilnya. Lira menatap sebal melihat mata Leo yang sudah tertutup.
"Mas ih, Aku lapar." Pekik Lira. Sontak Leo terbangun dan menatap horror ke Lira.
"kamu bercanda?" Lira cemberut dan menggelengkan kepalanya.
"tadikan Cuma makan ayam aja, pengen makan nasi sekarang." Rajuk Lira dengan mulut yang masih monyong itu. Leo menarik bibir Lira pelan. makan ayam 2 rantang tidak bisa dikatakan dengan Cuma, tapi rakus. Ckckck, Leo hanya bisa menuruti kemauan istrinya itu. Walaupun sebenarnya tubuhnya sangat lelah, karena kerja seharian. Tapi untuk istri tersayanganya itu, Leo memilih menunda keinginan untuk tidur. Dari pada semalaman di punggungi Lira mending mengalah.
"oke, mau Mas ambilin atau kita kebawah aja."
"kebawah aja. Tapi gendong." Leo menggelengkan kepalanya dan segera membopong bayi besar ini kedapur. Diletakkan Lira di kursi bar dan Leo mengelilingi meja untuk menyiapkan makanan buat ibu hamil kesayangannya itu. Wajah Lira berbinar cerah saat melihat satu piring nasi dengan bermacam-macam lauk dan sayur didalamnya. Leo mendekati Lira dan duduk disampingnya. Tanpa aba-aba Lira langsung melahapnya. Sesekali senyum Leo terukir melihat istri makan lahap, dielus perut Lira yang masih rata itu dengan sayang.
"tumbuh yang sehat ya nak. Papa dan Mama nggak sabar pengen ketemu kamu." Celetuk Leo. Lira menatap Leo dan tersenyum. Diarahkan satu sendok penuh nasi dan lauk kemulut Leo.
"Mas kenyang sayang, kamu aja yang makan ya." Lira menggelengkan kepalanya dan lagi-lagi mengarahkan sendok ke mulut Leo.
"temeni makan Mas." Leo pun membuka mulutnya dan pasrah menelan makanan penuh lemak itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Police (End)
RomanceJadi istri seorang polisi? Sama sekali tidak pernah Lira bayangkan. Tapi apa boleh buat jika takdir harus menyatukan dia dalam mahligai rumah tangga dengan seorang polisi yang kadang arogan dan kadang bisa sangat manis. Lika liku rumah tangga. Ber...