PART XXV: (Berita Baik)

1.7K 60 0
                                    

Lira membuka closet dan memuntahkan semua isi perutnya. Leo datang sambil membawa segelas air putih. Di pijat tengkuk Lira pelan.

"kamu kenapa?" Lira menggelengkan kepalanya. Dia duduk diatas closet sambil meminum air putih.

"kamu masuk angin sayang?"

"aku nggak tau mas, tiba-tiba pengen muntah aja. Kamu bau." Leo mengernyitkan dahinya dan mencium tubuhnya.

"aku baru mandi loh, kenapa bau?"

"jangan dekat-dekat deh mas, mual tau."

"kita kedokter aja yuk."

"jangan mas, aku mau isthirat aja deh. Nanti juga sembuh kok."

"kita pastikan kedokter sayang. Kalau kamu kenapa-napa gimana?"

"aku masuk angin aja deh kayaknya. Minum obat juga akan sembuh kok."

"sayang..." Lira diam dan mulai memajukan bibirnya. Cemberut.

"ya udah kalau kamu maunya begitu. Kamu isthirahat aja deh" Leo membimbing Lira kekamar. Diselimuti tubuh Lira,

"kamu isthirahat, aku mau kebawah sebentar" Lira mengangguk.

Leo duduk disofa sambil menelpon Bunda,

"Bun, jam berapa kerumah?"

"ini sudah dijalan Leo, sebentar lagi nyampe kok. Kenapa?"

"kayaknya Lira masuk angin Bun, Leo mau keluar cari obat nggak tega ninggalin dia sendirian dirumah. Kalau Leo titip sama Bunda boleh?"

"Lira sakit? Kok bisa."

"Leo nggak tahu Bun, tiba-tiba aja dia mual-mual dan muntah, pakai acara bilang Leo bau lagi. Makanan yang dia makan siang ini habis dikeluarkan semua."

"yakin kamu kalau Lira Cuma masuk angin?" suara Bunda terdengan antusias.

"yakin Bun, kenapa sih Bun. Bunda kok jadi kedengarannya girang gitu?"

"kamu Tanya keistri kamu, kapan terakhir dia datang bulan."

"maksud Bunda?"

"udah Tanya aja, Bunda dan semuanya akan nyampe sambil bawa dokter buat periksa Lira. Mending kamu Tanya ke istri kamu udah berapa lama dia telat."

"iya Bun, Leo Tanya. Leo tunggu dirumah bunda, assalammualaikum"

"walaikumsalam" Leo naik kembali keatas. Lira membuka matanya saat mendengar pintu terbuka.

"Bunda dan semuanya udah dijalan, sebentar lagi sampe. Mereka bawa dokter buat periksa kamu sayang."

"kenapa harus bawa dokter sih mas, tuhkan jadi merepotkan mereka semuanya. Aku Cuma masuk angin biasa loh ini, bukan sekarat."

"nggak papa sayang, kan sekali jalan. Oh iya kamu udah haid bulan ini belum?" Lira tengah berpikir.

"belum mas, tapi kayaknya baru telat beberapa hari kok. Emang kenapa?"

"yakin kamu?"

"coba deh ambilin kalender itu mas. Aku lupa." Lira menghitung kalender dari terakhir dia haid. Lira agak terkejut menyadari dia sudah telat lebih dari 5 minggu.

"iya mas, aku telat udah hampir dua bulan" Leo tersenyum sumringah.

"jangan-jangan mas?" Lira menjadi natusias.

"kamu hamil sayang." Leo mengangguk.

"belum tentu mas, kan belum diperiksa juga. Lagian aku nggak ngerasain apa-apa akhir-akhir ini. Aku nggak mau kecewa loh," Leo mengangguk. Dielus rambut Lira pelan,

"kita doa aja semoga memang kabar baik ya." Lira tersenyum. Tidak lama suara klakson mobil terdengar.

"kamu disini aja, biar mas yang kebawah buka pintu."

"aku ikut deh, nggak sopan tau. Orang tua datang akunya diem dikamar."

"sayang, inikan kondisinya beda. Kamu lagi nggak enak badan, jangan ngeyel deh." Akhirnya Lira mengangguk. Leo keluar untuk menyambut orang tua mereka.

"assalamualaikum"

"walaikumsalam....." Bunda dan Mama langsung menerobos masuk dan naik kelantai dua, Leo yang sudah mengulurkan tangannya untuk salam menariknya kembali. Buru-buru kedua ibu-ibu itu Menemui Lira yang tengah terbaring. Ketiga laki-laki yang ditinggal begitu saja kompak menggelengkan kepalanya, memilih memisahkan diri dulu dan duduk diruang tamu. Leo mencium tangan ayah dan papa mertuanya.

"sayang..." pekikan girang mama terdengar sampai kebawa.

"mama." Mama langsung memeluk Lira.

"mama, kenapa nggak kabarin Lira kalau mau pulang ih." Seru Lira sambil mencebikkan bibirnya.

"surprise buta kamu sayang."

"Lira kangen banget."

"mama juga Lira, sebenarnya udah lama mama dan papa pengen pulang. Tapi karena nanggung banget papa kan dinasnya sampai akhir minggu ini aja. Makanya diselesaikan dulu. Kamu gimana? Kata Leo kamu masuk angin."

"iya ma, tadi sempat muntah, tapi sekarang udah agak enakan kok." Bunda duduk sambil mengelus kepala Lira sayang. Lira meraih tangan Bunda dan menciumnya.

"tadi Bunda udah telfon dokter, dia masih on the way bentar lagi dia sampai. Kita pastikan kamu kenapa ya sayang."

"ya ampun, jadi repotin bunda deh. Mas lebay, belum tentu juga aku hamilkan."

"tidak apa-apa sayang, siapa tahu. Kita pastikan nanti ya." Mau tidak mau Lira menganggukkan kepalanya.

Pintu kamar terbuka Leo masuk besama dengan wanita yang memakai jas putih, dokter. Kedua ibu-ibu itu keluar kamar meninggalakan Leo, Lira dan dokter didalam. Tidak sabar menunggu hasilnya.

"udah berapa hari kamu mulai mual-mual Lira?" Tanya dokter. Lira terlihat berpikir,

"tadi pagi sempat mual dok, tapi nggak sampai muntah kok. Cuma pas dekat-dekat sama suami tiba-tiba perut nggak enak dan enek." Leo cemberut dipinggir ranjang. Dokter tersenyum simpul,

"kita testpeck ya. Kamu bisa jalankan kekamar mandikan?" Lira mengangguk.

"nggak ada, mas gendong aja sayang."

"aku bisa jalan mas, aku nggak sekarat loh. Lagian aku belum mau dekat-dekat kamu. Bau." Seru Lira sambil membawa testpeck kedalam kamar mandi. Dokter tertawa melihat wajah Leo yang super kesal.

"kamu harus sabar Leo. Kalau memang Lira hamil, kamu harus maklum ya. Hormone ibu hamil kadang tidak bisa ditebak."

"iya dok." Tidak lama Lira keluar sambil menenteng testpacknya. Diserah testpack itu kedokter. Dokter memandangnya beberapa saat dan senyumnya mengembang.

"oke Leo. Istri kamu positif hamil. Segera bawa kerumah sakit supaya kita tahu berapa usia kandungannya dan melihat kondisi bayinya." Seru dokter. Leo hany terdiam dan memandang Lira. Lira menatapnya sambil tersenyum.

"Alhamdulillah, istiku hamil." Leo berlari kearah Lira dan langsung memeluknya erat.

"selamat sayang, ada anakku diperut kamu." Lira menggeplak bahu Leo keras.

"enak aja anak kamu aja. Anak aku juga."

"anak kita sayang." Leo semakin mengeratkan pelukannya. Dokter yang melihatnya hanya tersenyum dan diam-diam meninggalkan dua sejoli yang bikin mata terkontaminasi dengan agedan bikin baper. Kini Leo bukan lagi memeluknya, melainkan menciumi wajah Lidia disetiap incinya. Membuat setengah mati menolak karena rasa mualnya semakin menjadi.

***

TBC. NEXT WEEK

My Husband Police (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang