LIFE 05

410 43 8
                                    

●○●

At 07.00 PM.

"Hah!? A-apa yang kau lakukan!"
Teriakku spontan ketika dia memelukku secara tiba-tiba.

"Apa kamu merasa ini masih sebuah mimpi?" Ujar gadis itu dengan polos.

"I-iya... iya aku sadar udah sadar banget malah..."

Buset... kenapa gadis ini agresif banget ya, bikin jantungan saja huft...

"Shizuya Sevilia."
Ujar gadis itu sambil beranjak dari kasurku.

"Ha?"

"Itu namaku, Shizuya Sevilia. Dan kamu..."

"Oh... aku Ayato Lein. Jadi Sevilia kenapa kamu tiba-tiba bisa berada di kamarku ini?" Tanyaku dengan penasaran.

"Seharusnya aku yang bertanya begitu, kenapa kamu bisa ada di rumah ini."

Heh??

Kenapa dia bertanya balik?

"Tunggu dulu apa maksudmu? Aku bisa masuk kesini karena aku punya kuncinya." Jawabku.

"Hmm... sebenarnya ini rumahku tahu."

"Hah? Tidak tidak... ini adalah rumahku. Rumah ini adalah pemberian dari seseorang kepadaku. Mungkin kamu salah masuk rumah..."

Tidak lama kemudian dia mengeluarkan sebuah kunci yang sama seperti kunci rumah yang kumiliki ini.

"Heh!? K-kuncinya sama..."
Ujarku dengan sedikit terkejut.

D-dasar orang tua itu... tidak berguna! Dia menduplikat kuncinya seberapa banyak.

(Di Balik Kediaman Tuan Izu)

"Hmm... sepertinya ada yang belum kuberitahu pada anak itu. Oh... iya bahwa ada orang lain yang masih tinggal di rumah itu. Ahh... maaf ya Lein karena rumah yang terdekat hanya itu. Ya anggap saja itu sebagai teman rumahmu haha..."

At 07.20 PM.

Sial! Orang tua itu kenapa dia tidak bilang kalau rumah ini ada yang menempatinya... dan lagi
aku harus tinggal di rumah dengan gadis ini.

Cukup aneh rasanya... huft...

"Sepertinya yang memberi kunci rumah ini padamu adalah tuan Izu ya?" Sahut Sevilia padaku.

"Heh? Bagaimana kamu tahu? Dan apa kamu kenal dengan tuan Izu?"

"He'em... karena rumah ini juga pemberian dari tuan Izu padaku." Ujarnya dengan senyum.

Ehh... kenapa aku merasa rumah ini seperti panti asuhan ya...

"Sudah malam, pasti kamu belum makan, aku akan membuatkan sesuatu dulu ya." Katanya sambil keluar dari kamarku.

"Tidak usah repot-repot biar aku saja sendiri yang memasaknya."

"Tenang saja, masakanku enak kok..."
Katanya dengan tersenyum manis.

"Heh? B-bukan begitu maksudku..."

Hmm, ya sudahlah lagian aku juga kurang bisa memasak hehe...

Dan saatku keluar dari kamarku, aku melewati pintu yang bertuliskan "Kamar Cantik" di sebuah papan gantungnya.

Ehh... ternyata ini kamar dia ya...
Sudah kuduga ada yang aneh dengan ruangan ini dan ternyata begini hasilnya.

Dan ketika aku menuruni tangga, harum dari masakkan Sevilia terasa sangat nikmat.

Hmm... harum sekali, sepertinya makan malam hari ini sangat lezat. Ternyata gadis seumuran sepertinya sudah ahli dalam memasak hebat-hebat...

"Sevilia, apa ada yang bisa kubantu?"

"Sebentar lagi juga selesai, kamu duduk saja."

"Ehh... baiklah."

Di saat ia memasak aku sempat menananyakan beberapa hal dan yang terutama misteri dibalik kalimat "Kamar Cantik" yang di gantung depan pintu sebelah kamarku.

"Ehh... Sevilia, apa kamarmu ada di sebelah kamarku itu?"

"Tidak."

"Heh? Lalu kamar tidurmu dimana?"

"Kamar tidurku itu kamar tidurmu..."

Seketika mendengar perkataannya itu membuatku shock berat seperti kesetrum kabel rusak, tidak bahkan seperti gardu listriknya langsung.

"A-apa katamu???"
Tanyaku masih terasa shock.

"Hehe... bercanda kok. Iya kamar cantik itu ruang tidurku... tepat di sebelah kamarmu."

"D-dasar kau ini..."
Ujarku sedikit malu.

Tiba-tiba dia datang menghampiriku dan melihatku dengan sangat dekat, dan dengan tatapan polosnya ia berkata...
"Apa aku harus pindah ke ruanganmu?"

"Heh?"

Gawat! Dia... sangat dekat sekali...
Tunggu apa katanya? Pindah? Ke ruanganku?

"Haa!? Tidak... tidak... tidak... lebih baik tetap di ruanganmu sendiri saja."
Jawabku spontan.

"Hmm... baiklah, ini makanannya sudah jadi."

"Wah... kelihatan enak, aku tidak percaya kamu pandai memasak."

"Anggap saja ini tanda ucapan selamat datang dariku ya..." Ucapnya dengan manis.

Gawat... kenapa wajahnya seperti bersinar begitu ya.

Aish... apa yang kau pikirkan Lein... dasar bisa-bisanya kepikiran hal seperti itu.

"Baiklah, terimakasih ya... selamat makan!"

At 08.00 PM.

"Wah... kenyangnya. Aku salut padamu ternyata benar-benar enak masakkanmu."

"Aku senang kalau kamu suka..."
Ujarnya dengan senyuman.

Lagi-lagi senyuman manisnya itu seperti hal yang cukup unik namun enak di pandang. Aish... bicara apa...

"Oh... iya Lein, apa kamu masih saudara dari tuan Izu?"
Tanya Sevilia.

Saudara? Dengan orang tua itu? Tidak dapat kubayangkan... cukup mengenalnya saja tidak mau lebih dari itu.

"Tidak, sebenarnya..."

Iya, aku ini bukan dari dunia ini. Dan kejadian sebenarnya apa harus aku ceritakan?

"Sebenarnya apa?"
Tanyanya.

"Heh? Ouh... sebenarnya..."

Hmm... lebih baik ceritakan saja padanya, dari pada mengganjal di pikiran.

"Sevilia, sebenarnya aku bukan berasal dari dunia ini. Sebenarnya aku berasal dari..."

"Bumi."

"Nah iya Bumi..."

Heh?
Tunggu dulu...
Sepertinya ada yang aneh...

"Sevilia, apa kamu barusan mengatakan 'Bumi'?"

"He'em... kamu berasal dari Bumi-kan?"

"Hah!? B-bagaimana k-kamu tahu??"

"Hihihi... tentu saja."

Ada yang tidak beres... apa dia diberitahu dari tuan Izu sebelumnya?
Tapi, tidak mungkin karena di dunia ini tidak ada media untuk mengirim pesan dengan online seperti di dalam game.

Apa jangan-jangan dia juga berasal dari Bumi?

"S-sevilia... a-apa kamu berasal dari... Bumi???" Tanyaku dengan merinding.

"Yup..." Jawabnya dengan senyuman.

Heh?

"Haaa!!??"

●○●

Gamers: New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang