Chapter 3: Troublemaker

351 69 95
                                    

Ame baru saja sampai di Shigure Coorperation sepuluh menit lebih awal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ame baru saja sampai di Shigure Coorperation sepuluh menit lebih awal. Begitu sudah berada di dalamnya, Ame memandang sekitarnya dengan perasaan takjub. Gedung yang selama ini hanya dilihatnya dari internet, bisa dilihatnya secara langsung bagian dalamnya seperti saat ini. Tanpa disadari, Ame pun menabrak bagian resepsionis berada saking terpukaunya.

“Anda tidak apa-apa, Tuan? Ada yang bisa aku bantu?”

Ame gelagapan begitu perempuan yang memakai pin bertuliskan ‘Resepsionis’ itu menyapanya. Dia sudah lama tidak bercengkrama dengan orang lain selain penjaga minimarket tempatnya membeli makan.

Ame mencoba mengatur napasnya perlahan untuk menghilangkan rasa tegangnya yang tengah menderanya saat ini. Setalah merasa sudah lebih tenang, dia menatap resepsionis itu dengan serius. "Aku ingin membuat masalah."

Resepsionis itu cukup terkejut mendengarkan perkataan Ame. Bahkan, dia memandangi Ame dari ujung kaki sampai kepala seperti ingin memastikan sesuatu. Dia merasa ragu kalau Ame adalah salalah satu dari ketujuh orang yang diundang.

Resepsionis itu menggelengkan kepala dengan tatapan bingungnya. "Saya tidak mengerti maksud anda, Tuan.”

Ame terkejut dan langsung menggaruk-garukkan kepalanya. "Heh? Mr. Y yang menyuruhku datang ke sini.”

Resepsionis itu langsung terkejut begitu Ame menyebutkan nama Mr. Y. Dia tidak percaya Ame adalah orang yang diutus Mr. Y, mengingat dia sudah menemui keenam orang lainnya yang memang memiliki penampilan layaknya seorang pembunuh.

Resepsionis itu pun mendekatkan mulutnya ke telinga Ame, untuk membisikkan sesuatu. "Semua masalah dikumpulkan menjadi satu di lantai lima ruangan rapat. Setelah keluar lift, belok ke kanan dan ruangannya berada di pojok."

Ame membungkukkan badannya seraya berterima kasih kepada resepsionis itu atas info yang diberikan olehnya. Ame pun menuju ke lift, dan terkejut begitu melihat pemandangan di depan lift. Banyak sekali orang yang mengantre untuk menggunakan lift.

Ame menghela napasnya sambil melihat jam tangannya. “Gawat! Lima menit lagi.”

Ame otomatis memacu kedua kakinya menuju ke tangga darurat. Kaki yang selama ini hanya duduk manis di depan komputer dan jarang sekali digunakannya untuk berolahraga, terasa agak berat setiap kali menaiki tangga. Saat tiba di lantai lima, Ame langsung tersungkur di lantai saking lelahnya.

“Seharusnya aku terapkan hidup sehat, supaya jasmaniku juga menjadi kuat. Tidak hanya akalku saja.” Ame bangkit, menepuk-nepuk bagian celananya yang agak kotor.

Di sisa-sisa tenaganya, Ame berlari menuju ke ruangan yang diberitahukan oleh si resepsionis kepadanya. Dengan napasnya yang terengah-engah, dia pun membuka pintu ruangan itu dan mengatakan, "Selamat pagi.”

Tatapan tajam dari enam pasang mata tertuju pada Ame saat ini. Melihat dirinya ditatap seperti itu, Ame hanya bisa menelan ludahnya saking takutnya. Bukan hanya karena tatapan mata mereka saja, tapi karena Ame mengetahui betapa menyeramkannya sosok keenam orang yang sedang menatapnya saat ini.

Alone at Last: Finishing Trouble with Trouble (Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang