Jam dua belas siang. Setelah pertemuan di Shigure Corperation, Tim Troublemaker berkumpul di meja Texas Hold’em Poker yang mereka jadikan meja rapat. Meja yang sebelumnya rapi itu, berubah menjadi berantakan. Tumpukan kotak pizza, beberapa kaleng minuman, bekas plastik makanan ringan, dan juga beberapa senjata milik mereka.
Sementara keenam rekannya duduk di kursinya masing-masing, Ogura duduk di sisi lain meja layaknya seorang bandar judi. Dia tengah membersihkan pisau-pisaunya dengan kain. “Besok, kita akan terbagi menjadi empat tim. Yakni ‘Waarnemer’, ‘Three Musketeers’, ‘Eagle Eye’, dan ‘Adorable Rain’.”
Kaguya menyeruput kopi kalengannya, lalu menyandarkan badannya pada kursi dan menatap Ogura heran. “Maksudnya?”
Ogura menancapkan tiga buah pisaunya dengan pola segitiga tepat di hadapannya. “’Three Musketeers’, tugasnya adalah saling membantu satu sama lain dalam mengendalikan keadaan. Anggotanya Kaguya, Kuro, dan Asuka. Saat turnamen dimulai, aku tidak bisa bicara dengan kalian, tapi aku tetap bisa mendengarkan. Jadi, aku ingin kalian bertiga selalu memberikanku informasi jika ada sesuatu yang janggal terjadi di dalam Kasino.” Ogura menatap ke arah mereka bertiga secara bergantian, yang langsung dibalas dengan anggukkan kepala dari ketiganya.
Tak seperti Kuro dan Asuka, Kaguya terlihat masih ragu seperti ada yang mengganjal pikirannya. Ada perkataan Ogura yang membuatnya bingung. “Kau bilang, kau tidak bisa bicara pada kami saat turnamen dimulai. Lalu, bagaimana caramu memberikan instruksi atau sekedar berinteraksi dengan kami?” Kaguya terus menatap Ogura, begitu juga yang lainnya.
Ogura sedikit tertawa, lalu menancapkan sebuah pisau di sebelah kanan tiga pisau berpola segitiga dan menatap ke arah Taka setelahnya. “’Eagle Eye’, tugasnya menjaga tim yang ada di dalam Kasino dari jarak jauh. Memantau lewat rekaman CCTV atau bisa juga dengan teropong senjatanya. Selain itu, dialah yang akan jadi jembatan komunikasi di antara aku dengan kalian. Apa kau bisa melakukan hal itu dengan baik, Taka? Mengingat … kau pernah ada di posisi itu sebelumnya dan gagal melakukannya.”
Taka menatap balik Ogura dengan tajam, mengokang pistolnya dan meletakkannya kembali di atas meja dengan menghadap ke arah Ogura. “Aku bukan tipikal orang yang suka melakukan kesalahan yang sama. Dan aku juga bukan tipikal orang yang bisa terus bersabar jika masa lalunya diungkit oleh orang lain.”
Ogura tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya. “Seram … seram … seram….”
Pertikaian kecil antara Ogura dan Taka membuat suasana menjadi canggung. Tapi karena pertanyaannya belum sepenuhnya terjawab oleh Ogura, Kaguya memilih untuk mengabaikan kecanggungan itu.
“Tapi, bagaimana cara Taka menjembatani komunikasinya?” tanya Kaguya.
Ogura mendaratkan telapak tangan kanannya di atas meja, lalu mengetuk-ngetuk meja beberapa kali hanya dengan menggunakan telunjuknya. Melihat hal itu, Kaguya semakin bingung, begitu juga dengan anggota yang lain. Namun, ketika Kaguya ingin bertanya lagi ….
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone at Last: Finishing Trouble with Trouble (Book 1)
Action(Action-Scifi) (Kelar, Silahkan Baca) Arufabetto, sebuah negara yang punya teknologi yang lebih berkembang dibandingkan negara lain. Sosok di balik kemajuan teknologi itu adalah Okada Shigure, orang yang mempunyai perusahaan pencipta barang-barang m...