Happy reading chagiya❣️
***
"Maya, kamu beneran udah ngelakuin apa yang aku suruh kemarin?" Tanya Gio. Maya menggeleng pelan. Ia takut, ia takut dengan saran yang Gio berikan. Bukan saran sebenarnya tetapi lebih ke obat.
Gio mendesah frustasi. Perempuan seperti Maya benar-benar membuatnya gemas. Gadis seperti Maya benar-benar seperti pintu yang dikunci.
Tertutup dengan rapat.
"Memang kamu gapunya orang yang bisa kamu percaya?" Tanyanya lagi. Maya hanya diam.
Teman-temannya?
Ia terlalu takut menceritakan hal itu. Ntah kenapa. Ia tidak mau dijauhi hanya karena ia pernah dilecehkan. Ia tidak mau teman-temannya malu karena ia kotor.
"Cobalah sedikit-sedikit May, aku tau kamu bisa. Buktinya kamu mau cerita sama aku kan? Just do it like what you do with me. Anggap mereka sama denganku, trust them. Okay?"
"Okay."
Fergio Wardhana. Pria berdarah Amerika - Indonesia itu adalah satu-satunya saudara yang Maya anggap. Selebihnya? Tidak ada.
Justru bagi Maya mereka iblis yang menjelma sebagai manusia.
Sementara Maya dan Gio berbincang, Ari duduk tak jauh dengan mereka. Rasanya otaknya penuh memikirkan tentang Maya.
Siapa gadis itu?
Ada apa dengannya?
Gio menghembuskan nafasnya perlahan. Ia menatap sosok yang sudah ia anggap adik sendiri tengah memainkan ponselnya dengan santai. Baru kali ini ia menangani pasien semacam Maya.
Apa yang terjadi pada gadis itu bukanlah hal yang biasa. Gio sudah menawarkan untuk mencari manusia laknat itu dan membawanya ke polisi, hanya saja Maya bersikukuh untuk melupakan semua kejadian itu. Walaupun Gio tahu kejadian itu adalah mimpi buruk kedua setelah kepergian Julian.
Maya mengalami trauma berat. Namun yang membuat Gio kagum adalah bagaimana sikap gadis itu menghadapinya.
Begitu tenang, santai tapi juga dingin.
Gio berdiri dan berpindah duduk di sebelah Ari. Ari yang sejak tadi terfokus dengan pikirannya seketika buyar karena Gio. Ia menatap Gio dengan tatapan jelaskan-kepadaku-apa-yang-terjadi. Gio mengangguk paham, nanti ia akan cerita.
"Anterin dia pulang." Suruh Gio. Ari mendecak malas. Ia pikir dia ini babu apa?
Sialan.
Bukannya meminta maaf karena membatalkan pertemuan mereka si curut ini malah menyuruh nya layaknya babu.
Hanya saja Ari tidak mampu membantah dan segera mengajak Maya untuk pulang.
***
Rap khas suara Chanyeol dan Sehun menemani perjalanan Maya dan Ari menuju apartemen Maya. Sejak masuk dalam mobil tak sekalipun Maya membuka mulutnya. Sedangkan Ari bingung pertanyaan apa dulu yang akan ia pertanyakan. Bibirnya kelu padahal ada begitu banyak kalimat yang ingin ia tanyakan.
"Lo suka lagu beginian?" Maya menoleh kepada Ari sesaat lalu mengangguk kecil.
Awkward.
"Kpopers?" Tanya Ari sekali lagi. Maya diam sejenak lalu menggeleng pelan.
Ia memang suka Korea namun tidak sefanatik itu. Ia bahkan tidak tertarik untuk membeli album ataupun lightstick apalagi menonton konser. Toh yang penting ia masih bisa menikmati lagu-lagu mereka secara gratis dan mendapatkan foto mereka secara gratis pula. Berbeda dengan Tiara yang sudah sejak dini menabung untuk mendapatkan segala merchandise kesukaannya.
Lagipula ia berada di kubu tengah. Ia menyukai Asia, ia juga menyukai barat.
Wait, memang siapa yang bertanya?
"Lo boleh cerita sama gue," Maya menoleh perlahan. Bibirnya terlalu kelu untuk menjawab perkataan Ari.
Bolehkah ia percaya pada laki-laki di sebelahnya ini?
-REVISI-
13 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile ✅[COMPLETED]
Teen FictionJika dia adalah tanah maka aku adalah langit. Dialah yang menjadi tempat tampungku. Dikala aku meneruskan cahaya matahari dengan bahagia atau menurunkan hujan kala sedih. Aku mencurahkan semuanya kepadanya. Dari kelemahan dan juga cerita gelapku. K...