Press the star button first pleasee😳 i beg u:(( and enjoy ur reading friends:))
***
Tiara dan Bara memilih sebuah kafe dengan tema minimalis yang berada tak jauh dari pemakaman. Setelah memesan minuman, kedua orang itu duduk tepat di sebelah jendela dan saat itu juga rintik hujan membasahi bumi.
Bara menatap hujan dengan sendu, ia membayangkan Maya masih di sisinya dan tengah tertawa di bawah hujan sambil menikmati tetesan hujan yang membasahi tubuhnya.
Ya Tuhan, ia rindu Maya.
"Maya suka banget sama hujan Bar, lo pasti tau kan?" Tanya Tiara dan dibalas anggukan Bara.
"Lo tau alasannya?" Lanjut Tiara. Kali ini Bara menggeleng. Ia tidak pernah tau alasan Maya menyukai hujan, yang ia tahu hanya senyum Maya yang selalu terbit ketika hujan turun, tidak peduli bagaimana suasana hatinya saat itu. Ia akan tetap tersenyum. Sekalipun hujan itu hujan badai atau bahkan hujan yang menyebabkan Jakarta banjir.
Tiara tersenyum kecil dan menatap Bara dengan hangat. "Itu karena lo Bar," Ucapnya. Tiara ingat sekali, kala itu hujan mengguyur Jakarta. Orang-orang kalang kabut mencari tempat berteduh dan mengeluh karena tetesan air dari Tuhan itu. Tetapi tidak untuk Maya, ia tersenyum manis sekali. Bertahun-tahun berteman dengan Maya, baru pertama kali ini Tiara melihat senyum itu.
"Lo habis dapet rejeki nomplok ya?" Tanya Tiara kala itu. Maya menggeleng dan tersenyum malu-malu dengan pipi memerah.
"Gue jadian sama Bara. Pas banget waktu hujan."
Tiba-tiba Bara teringat ketika ia meminta Maya menjadi pacarnya. Ia membawa Maya ke pantai tetapi skenario nya hancur karena tiba-tiba langit mendung dan saat itu pula hujan deras. Mereka berdua akhirnya berdiam di mobil sembari berbincang dan saat itulah Bara menembak Maya dengan pernyataan cintanya.
"Karena gue?" Beo Bara. Keduanya telah kembali dari kilasan masa lalu. Tiara mengiyakan.
"Maya pernah bilang ke gue, Bara itu ibarat tanah dan gue hujan. Kapanpun gue datang dia akan menyambut gue. Apapun kondisi gue dia tetap akan menerima gue." Ucap Tiara tersenyum dan Bara ikut tersenyum. Ia membayangkan Maya mengatakan itu dengan binar di matanya.
"Jangan pernah merasa bersalah Bar." Tiara akhirnya memulai inti pembicaraan nya. Ia merasa tidak enak dengan Maya karena ia tahu kondisi Bara setelah Maya pergi. Tak tertata dan kosong. Tiara tahu Bara pasti merasa kehilangan dan merasa dirinya lah penyebab Maya pergi. Tapi kenyataannya, Tuhan hanya tidak ingin Maya merasakan sakit lagi.
"Lo termasuk dalam peranan penting bagi Maya, tanpa lo Maya gaakan sekuat itu. Lo yang tanpa sadar menyadarkan dia bahwa dia bukanlah perempuan lemah. Dia lebih kuat dari apa yang orang-orang katakan. Memang, dia sempat tersesat dan gue sendiri baru tau juga tapi lo berhasil Bar, lo berhasil mengembalikan dia ke jalan yang seharusnya tanpa lo sadari. Gue dan yang lain mungkin punya peranan, tapi lo? Peranan lo yang paling besar di sini. Itu sebabnya ketika lo mulai melangkah pergi, Maya kalang kabut. Ia pernah merasakan ditinggal ayahnya ketika kecil dan ketika besar ia harus merasakan kehilangan lagi?" Ucap Tiara panjang lebar. Kalimat itu terhenti karena pesanan mereka datang dan Tiara memilih untuk merasakan hangat coklat di tenggorokannya sebelum melanjutkan perkataannya.
"Dia perempuan yang dingin Bar, out of touch. Laki-laki akan memilih mundur daripada harus bersama dia. Tapi lo? Lo tetap di sisinya meskipun yang lain memilih untuk berhenti di tengah jalan. Saat lo memilih bertahan saat itu juga Maya memberikan ruang di hatinya. Hatinya yang rapuh dan juga dingin. Dan gue yakin, kalo Maya ngelihat kondisi lo yang sekarang dia bakal bangkit dari kubur dan gentayangin gue gegara gabisa ngurus pacarnya yang galaunya setengah mati." Bara terkekeh mendengar kalimat terakhir Tiara. Melihat Bara tertawa Tiara tersenyum. Sepertinya misinya sudah berhasil, tinggal sedikit lagi.
"Jadi Bar, jalanin hidup lo dengan baik. Gue mohon, demi Maya. Jangan sampai Maya di sana merasa bersalah karena ngelihat hidup lo yang gapunya arah. Jangan sedih kalau lo mau Maya ga sedih. Tolong ikhlasin dia dan lanjutkan hidup lo dengan baik. Dengan begitu gue yakin, Maya akan semakin senang di sana. Lo bisa kan Bar? Gue yakin lo bisa." Ujar Tiara mengakhiri percakapannya.
Bara hanya diam. Ia berusaha mencerna semua kalimat yang Tiara katakan kepadanya dan saat itu juga ia sadar, apa yang ia lakukan selama ini hanyalah membuat Maya merasa sedih. Ia harus bisa membahagiakan Maya bukan? Dan hanya dengan menjalani hidupnya dengan baik maka Maya pasti akan bahagia di sana.
"Makasih Ti,"
Tiara tersenyum lega. Kali ini tugasnya benar-benar selesai. Semoga Bara menemukan kebahagiannya kembali dan menjalani hidupnya dengan sangat-sangat baik.
Cie gue update
Gimana? Masih gantung gak? Semoga enggak ya?
Dan please baca work gue yang ombrophobia
Vote dan komen dipersilahkan
Btw mohon doa nya ya, aku lagi nunggu pengumuman jalur prestasiku hehe
I love u so much❣
Lemme see u in ombrophobia 😂
xOxO
-Ai
14 April 2020
![](https://img.wattpad.com/cover/145767619-288-k977186.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile ✅[COMPLETED]
Fiksi RemajaJika dia adalah tanah maka aku adalah langit. Dialah yang menjadi tempat tampungku. Dikala aku meneruskan cahaya matahari dengan bahagia atau menurunkan hujan kala sedih. Aku mencurahkan semuanya kepadanya. Dari kelemahan dan juga cerita gelapku. K...