Twenty Seven

5.2K 496 16
                                    

Anti drama drama club silahkan mundur :v sumbu pendek ati-ati 🔥

***

MAYA POV

Cukup sudah. Aku sudah tidak bisa menahannya lagi. Dengan cepat kuletakkan gitarku dan berjalan keluar kafe.

"May!" Jangan menoleh May.

Keep going.

"May, please dengerin gue." Aku merasakan suara itu semakin dekat denganku.

"Please May, gue bisa jelasin semua." Aku berbalik dan menatapnya.

Ia berhenti ketika aku berbalik. Berdiri di sana sambil menatapku.

Dulu mungkin aku akan berlari dan memeluknya erat. Sekarang? Aku hanya tersenyum kecil sementara pipiku semakin basah karena air mata.

"May, gue-" ketika ia semakin mendekat maka aku akan menjauh. Aku mundur beberapa langkah kala ia melangkah menuju diriku.

"Gue sama Putri gaada apa-apa May." Jelas Bara. Aku menatapnya berang.

Tidak ada apa-apa?

Berpegangan tangan itu tidak ada apa-apa?

Meninggalkan pacar sendirian lalu hampir diperkosa juga tidak ada apa-apa?

BULLSHIT!

Aku tertawa mendengar penjelasannya. Sungguh, kalimat tidak ada apa-apa merupakan kalimat terlucu yang pernah ku dengar.

"Iya, sama seperti kita bukan? Tidak ada apa-apa?" Sindirku pedas.

Bara diam.

Hah.

"Pergi Bar, temuin dia. Saya gak peduli." Aku berbalik dan melanjutkan langkahku. Tidak kusangka aku bahkan mengubah kata gue menjadi saya. Belum ada 3 langkah lenganku sudah ditarik ke dalam pelukan Bara.

Tempat yang pernah kuanggap rumah.

Begitu nyaman.

Hangat.

Dan terlindungi.

Tapi sekarang? Berada di pelukannya rasanya seperti aku memeluk kaktus. Semakin erat semakin sakit.

"Lepasin dia." Ntah darimana datangnya suara dingin dan datar itu tapi aku bersyukur bisa terlepas dari pelukan Bara.

"Lo siapa?" Aku mendongak dan mendapati Kak Ari berdiri tak jauh dari kami.

Kak Ari mendekatiku lalu berdiri tepat di depanku.

"Saya? Ah, saya hanya orang lain yang kebetulan kenal dengan Maya dua minggu yang lalu tapi sudah mengetahui seluk beluknya. Kamu? Kamu hanyalah orang lama yang bahkan tidak mengenal Maya sampai ke titik dalam. Bahkan bertahun-tahun, benar bukan?"

Bara terlihat geram dengan jawaban Kak Ari. Ntah kenapa aku sendiri kaget dengan jawaban itu, bukankah itu terdengar ambigu?

Tapi tidak lama Bara menatapku dengan senyuman miringnya.

"Jadi Lo berubah profesi? Jadi jalang eh? Gimana? Enak pelukan gue apa dia?"

Apa?

Aku menatap Bara tak percaya.

Kulihat dari ekor mataku Kak Ari hendak memukul Bara. Namun dengan cepat aku menepuk bahunya.

Kak Ari tahu, ini masalahku dengan Bara, bukan dengannya. Maka ia mundur membiarkan aku maju semakin mendekati Bara.

PLAK

"Who? Me? Bitch? So what do you call her?" Aku menunjukkan Putri yang ternyata sudah lama berdiri tak jauh dari Bara. Sialan, aku bahkan tidak memperhatikannya dengan baik. Mungkin karena dia terlihat ghaib di mataku.

"Setidaknya dia lebih baik dari Lo." Aku mengangguk-anggukkan kepalaku.

"Merebut pacar orang itu lebih baik ya? Boleh juga. Apa namanya sekarang? Pelakor?"

Bara menatapku marah. Sepertinya ia tidak suka aku menjelekkan perempuannya.

Sialan. Mengatakan 'perempuannya' membuat lidahku terseleo.

"Saya bersama Kak Ari karena saat itu saya berada di titik terbawah. Saat itu saya mencari kamu, tapi kemana kamu? Sibuk dengan dia?" Suaraku gemetar kala menanyakan hal itu, bahkan kepalaku tertunduk lemah.

Air mataku kembali menetes.

Bara tidak menjawab, ia hanya diam seribu bahasa.

Sialan!

Aku tidak butuh kebisuan ini!

Aku mendongak dengan mata berapi-api. Jika diibaratkan ini adalah komik maka mataku akan berkilat marah dengan air mata yang menumpuk di pelupuk mataku.

"KEMANA BAR?! JAWEB GUE BANGSAT! LO KEMANA?! DUA BULAN GUE NYARI LO! EMANG LO TAU APA YANG TERJADI SELAMA DUA BULAN INI?! ENGGAK KAN?! LO GATAU GIMANA GUE! GUE PENGEN MATI BAR! GUE BENCI DIRI GUE! DAN WAKTU GUE BUTUH LO, LO KEMANA? JAWAB BRENGSEK!"

Aku tidak memukulnya. Tidak melakukan apa-apa. Aku hanya bertanya. Tapi dia kembali diam.

"Waktu itu gue ngira gue udah mati Bar. Gue kotor. Gue gak guna. Gue gak pantas hidup. Bahkan untuk bernafas aja gue merasa ga pantas. Di saat itu gue butuh Lo." Suaraku menelan, bahkan lebih ke putus asa. Aku menatap matanya, mata yang membuatku jatuh sangat dalam.

"Gue takut Bar,"

Air mataku mulai terkumpul di pelupuk mataku.

"Ta-tapi dimana Lo Bar? Gue berusaha nyari Lo. Gue butuh Lo. Gue butuh Lo." Setetes demi setetes air mata itu turun.

Damn, kenapa suaraku jelek sekali?

"Gue emang cewek hina Bar, gak pantas disandingkan sama cowok baik-baik kayak Lo." Cukup. Aku akan berhenti. Dari semuanya aku sudah tau bahwa ia menginginkan aku pergi.

Aku sudah terlalu lama menganggu hidupnya.

Sudah saatnya ia terbebas dari perempuan bejat ini.

"I'll go. Don't worry. As soon as possible and you will never see me again. Thank you, thank you for everything. I'm sorry for every mistakes that i made." Aku berusaha tersenyum meskipun dadaku rasanya dihimpit tembok dan dicabik-cabik.

"I love you, even you're not love me."

Selamat tinggal Bara.










Hosestly i really bad at making story

Apalagi scene baper

Right?

Ku ingin saran kritik

Boleh kan?

Btw i'm on the way making story Abou BTS and blackpink

MY FAVORITE KPOP IDOL

SO WHO'S ARMY?!

BLINK?!

LITTLE NOTES HERE, TINGGALKAN JEJAK KALIAN DENGAN CARA VOTE AND COMMENT

ga bayar ko:(

gratis:(

Lots of love
-Adeknya Lisa, Jennie, Rose, And Jisoo
18 Desember 2018

-REVISI-
13 JUNI 2020

Pluviophile ✅[COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang