"mata di penghujung sangkakala"

24 2 0
                                    

Setelah aku membebaskanmu, harusnya kamu lebih bahagia. Setelah tidak lagi ada senyumku yang menghalangi gerik matamu, harusnya kamu gembira.
Aku tidak akan berhenti meski mati menjadi bukti kesetiaan yang sudah terlanjur kusampaikan pada kesunyian hati.
Bagiku: walau mata lebam ini sering berpacu dengan rongga nan sesak untuk memperlihatkan lemahnya aku tanpamu, aku akan tetap menyangimu--sesuai yang kukhayal dalam malam yang perlahan tenggelam bersama cinta yang karam.
Jika menutup mata harus kulakukan untuk menghindari perihnya cemburu, maka bahkan buta pun aku mau.
Jika mencintaimu adalah dosa yang mengalir abadi hingga ke neraka, maka di penghujung sangkakala sudah kusiapkan diri menikmati api membara.
Jika mencintaimu adalah luka, maka darahku siap menetes dari pori-pori kecil sampai aku menua.
Jika kebenaran tidak memilikimu adalah nyata, maka aku bersedia salah dalam setiap hal yang mengikat aku tetap memuja.
Jangan risaukan aku, ya, gadis beralis tipis...
Bagiku--walau kau tak lagi peduli--nanti, jangan buat patah hatiku sia-sia.
Itu saja--dari rindu yang teraniaya... Aku tak berdo'a. Sebab percuma, karena do'a buruk tidak akan di ijabah sang pencipta. Kenapa? Karena do'aku mengalun agar kau tidak bahagia. Kecuali bersamaku!

*Karlha*
💔

Sekerat SketsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang