Bagaimana aku akan menjelaskan ini, ya. Aku pikir aku akan kuat. Ternyata tidak. Kita sama-sama tidak tahu tentang hati ke dermaga mana akan berlabuh. Denganmu aku melakukan semua dalam kata pemula. Berjalan di keramaian, atau hal-hal lainnya. Pada kenyataan, aku adalah sipencinta kesunyian.
Aku pikir, aku sanggu terhadap perelaan. Ternyata aku hanya terpuruk pada keegoisan.
Entah kamu yang harusnya meminta maaf, atau aku. Aku tak tahu. Mencintaimu ternyata berat sekali.
Semoga setelah nanti perlahan aku pergi, kamu sudah bisa bertutur lembut terhadap hati yang kau cintai. Semoga setelah apa yang pernah kita lewati, kamu lebih pandai memaknai setia dan perjuangan. Juga nanti, semoga kamu bisa lebih memahami perihal pengorbanan.
Biarkan aku melanjutkan hidup dengan berbagai noda yang telah kau percikkan. Cukup kepadamu.
Aku ketakutan sekarang. Tidak lagi ingin mengenal apa-apa. Jangan mendekat, jangan mencoba mendekap, meruntuhkan marahku dengan pelukan.
Semoga kamu menemukan seseorang yang lebih baik. Yang lebih bisa memahami inginmu, dan tidak membalas setiap kata-kata kerasmu.
Kali ini dengarkanlah: aku tidak menyudutkanmu. Sama sekali tidak! Jika saat denganku, seseorang yang berada pada peringkat dua dihatimu kamu mau seperti itu, lalu bagaimana dengan dia yang berada pada degub jantungmu, peringkat satu?
Biarkan aku menyesak dan mendesak perasaanku untuk terkubur. Aku akan akan menutup hati lagi. Cukup trauma menyakitkan ini menyakitiku untuk kedua kali.
Berbalikalh kepadanya. Sebab aku, tempatmu pulang sudah tidak mampu lagi menahan malu dan rasa bersalah tak berkesudahan.
•Sekerat Sketsa•
*Karlha*
