B. Ada yang Bahagia

13.5K 1.6K 267
                                    

"Hana, mau ke mana?"

Aku menolehkan kepalaku dan melihat seseorang yang sejujurnya aku hindari untuk saat ini. Lee Haechan berdiri di depanku. Semenjak Runa dengan sengajanya berteriak mengenai perasaanku, aku merasa perasaanku kepada Haechan menjadi semakin besar. Aku tahu itu adalah hal yang buruk.

"Mau ke kelas," jawabku.

Haechan menunduk, menatap ujung sepatunya. Dia ini kenapa sih?

"Gue mau ngomong sama lo," katanya, masih sambil menatap ujung sepatunya.

Aku tertawa pelan. "Dari tadi kamu udah ngomong sama aku, Haechan."

Sekarang Hachan mengangkat kepalanya. Pandangan kami bertemu. Membuat aku yang semulanya tertawa karena tingkah Haechan harus berhenti karena kegugupan yang tiba-tiba menyerang.

Haechan tersenyum. Sial, apa dia sadar dengan apa yang dia lakukan?

"Iya sih. Tapi kali ini gue mau ngomong di kantin. Boleh?"

Apa dia gila? Ini masih dalam jam belajar dan dia mengajakku ke kantin. Okay, Haechan. Aku memang menyukaimu tapi bisakah kamu berpikir lebih rasional?

"Lo lagi pelajaran Bu Irene kan? Doi gak masuk, lagi sakit katanya," jelas Haechan. "Mau kan? Maulah ya."

Yang selanjutnya terjadi adalah tanganku ditarik Haechan ke area kantin. "Lo mau jajan gak?"

Aku menggeleng.

"Kok diem aja? Gue kira lo laper makanya diem."

Karena aku gugup setengah mati, Haechan. "Gak kok, aku nggak laper," jawabku. "Kamu mau ngomong apa?"

Dapat dilihat bahwa wajah Haechan kembali menegang. Sekarang iya mengetuk jarinya ke meja kantin, menimbulkan suara yang cukup kecil.

"Lo mau jadi pacar gue?"

SDFUHGSUFGEFBJDSJHJKHAKDKAJHSJFSJFJKSH.

Aku diam. Begitu juga Haechan. Kenapa tiba-tiba sekali? Aku kan belum menyiapkan mental!

"Ja-jadi pacar siapa?" tanyaku memastiikan.

Dia menarik napasnya dan dihembuskannya perlahan. "Baek Hana mau jadi pacar gue? Gue, Lee Haechan," ucapnya.

SDFUHGSUFGEFBJDSJHJKHAKDKAJHSJFSJFJKSH part 2.

Mendadak otakku terasa begitu penuh. Apa yang sebenarnya dia katakan? Kenapa aku lemah sekali dalam mencerna pertanyaannya? "Kamu nanya aja atau ngajakin?"

Aku tahu Haechan pasti frustasi. Ia baru saja mengusap kasar wajahnya. "Gue ngajakin," jawabnya. "Jadi gimana? Tinggal jawab iya atau nggak susah banget kayaknya."

Orang ini memang gila.

"Iya, Haechan. Aku mau," jawabku final.

"Dari tadi dong. Ya udah, gue balik ke kelas," katanya sambil berdiri dan meninggalkanku di kantin.

Secepat itu? Tidak ada senyuman? Tidak ada pelukan? Bahkan tidak ada ucapan terima kasih? Apa dia serius dengan ucapannya yang tadi?

"Baek Hana bodoh," gumamku dan berdiri untuk pergi ke kelas.

Setidaknya aku resmi berpacaran dengan Haechan. Aku senang walaupun Haechan malah memberikan respon yang aneh. Mungkin karena aku terlalu banyak bertanya. Apa aku yang salah?

Sudahlah. Yang penting aku bahagia.

"Hana! Selamat ya!"

"Eh? Selamat untuk apa?" tanyaku ketika memasuki kelas dan mendudukan diri di kursiku.

Shin Runa, teman sebangkuku berkata, "Tadi Haechan ke kelas. Dia teriak, ngasih tau kalo dia sama lo udah jadian. Cieee selamat loh! Gue ikutan seneng deh."

Aku tersenyum menanggapi Runa. Lee Haechan memang laki-laki gila.

enigma [ haechan ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang