F. Bintang Harapan

6.2K 1K 72
                                    

Langit berubah menjadi abu. Angin berhembus kencang. Orang-orang berlarian masuk ke dalam ruangan. Dalam sekejap, hujan membasahi lapangan sekolah.

Aku berdiri di ruang musik sambil memperhatikan lapangan yang lambat laun tergenang oleh air. Juga mengasihani bola basket yang kehujanan karena pemilik yang tidak bertanggung jawab meninggalkannya di sana.

"Jangan bengong."

Aku tersadar dan menoleh. Lee Haechan duduk di karpet ruang musik. Dia mengambil tasnya dan menjadikannya sebagai bantal. Kemudian matanya tertutup. Aku tersenyum tipis dan kembali memperhatikan lapangan.

"Mark ke mana?" tanyaku.

"Pulang," sahut Haechan. "Runa mana?"

"Udah pulang," balasku.

Aku tidak berbicara lagi. Semuanya terasa begitu tenang. Haechan ada bersamaku, ditambah dengan suara turunnya hujan. Semuanya terasa seperti sempurna. Yang membuat janggal adalah pertanyaanku yang dari kemarin sudah berada di ujung lidah namun sulit sekali untuk dikeluarkan.

Abis nganter aku, kamu sama siapa sih?

Aku menghela napas dan mendekati tasku yang berada di dekat Haechan. Aku mengambil buku sejarah dan selembar kertas. Tadi, bapak guru memberi tugas untuk merangkum materi di bab 2.

"Haechan," panggilku sambil membaca materi di buku.

"Hm."

"Aku mau nanya." Aku meliriknya. Posisinya masih tetap sama dan matanya pun masih terpejam.

"Nanya aja."

"Dihari kita jadian, kamu nganter aku pulang. Abis itu kamu langsung pulang atau ke mana?"

Hening beberapa detik. Aku meliriknya yang masih terpejam, kemudian kembali membaca buku.

"Pulang," jawabnya.

Aku mengangguk atau mungkin lebih tepatnya diam. Dia bisa saja memang langsung pulang. Tapi dia pulang dengan perempuan lain.

"Tapi," ucapku gantung. "Tapi waktu itu aku nyusul kamu dan liat kamu lagi sama cewek."

Kali ini Haechan membuka matanya, membuatku harus melepaskan tatapanku padanya. Dia duduk dan berkata, "Itu temen aku. Kita ketemu di halte dan kebetulan searah. Ya udah deh, balik bareng."

"Ta—"

"Jangan posesif, Hana."

Gimana nggak posesif sih? Itu beneran temen kamu? Kenapa dia manja banget sama kamu? Aku aja yang pacar kamu nggak berani kayak gitu! Kamu nggak bohongkan, Haechan?

Kamu boleh jadi posesif. Tapi kenapa aku nggak?

"Kamu ngapain?"

Aku melihat buku di depanku dan menjawab, "Mau ngerjain tugas."

Dia menutup bukuku dan menyimpannya di dalam tas yang pastinya milikku. Setelah itu, dia membuka tasnya dan mengeluarkan banyak sekali kertas warna-warni.

"Gak usah ngerjain lah," katanya. "Mending bikin ini."

"Bikin apa?"

Dia mempernyaman duduknya dan mengeluarkan beberapa origami. "Kita bikin aturan dan harapan untuk hubungan kita," ujarnya. "Tapi dibentuk gitu, Han, biar lucu. Aku buat, kamu juga buat. Kalo udah disatuin pake tali."

Aku mengangguk tanda mengerti. Jantungku berdegup dengan kencang. Kenapa idenya manis sekali?

"Dibentuk jadi kayak origami gitu?" tanyaku.

"Nggak nggak!" jawabnya. "Nggak usah, soalnya aku nggak bisa."

Aku tertawa menanggapinya. "Terus gimana?"

"Kita gunting gitu," balasnya. "Nih guntingnya. Kamu mau bentuk apa?"

Tanganku menggapai gunting yang Haechan pegang dan berpikir sebentar. "Bintang!"

Haechan yang sedang sibuk memilih warna langsung menatapku dan berkata, "Iiihhh ngikutin!!"

Mulutku terbuka secara otomatis dan mengeluarkan suara tawa. "Apa sih?" tanyaku. "Kamu kali yang ngikutin. Aku tau kamu kan cuma bisa gambar bintang."

"Eeh jangan salah! Tugas seni budayaku dapat nilai 87!"

Alhasil, kita berdua memilih bintang menjadi bentuk yang akan dibuat.

"Aturan pertama," ucapku. "Harus jaga perasaan satu sama lain. Setuju?"

Laki-laki itu mengangguk. "Setiap istirahat harus makan di kantin. Gimana?"

Aku menggeleng. "Gak mau! Di situ rame banget. Kita makan di gazebo deket lapangan aja gimana?"

"Boleh juga."

"Yang ketiga, dilarang ngajak ngobrol aku kalo lagi naik motor."

Haechan menautkan alisnya. "Kenapa?"

"Suara kamu kebawa angin. Aku nggak bisa denger," jawabku. "Lagian, kamukan harusnya nyetir, bukan ngobrol."

Ada sekitar 10 aturan yang kita buat. Kata Haechan, buat aturannya jangan banyak-banyak soalnya kalo banyak mendingan diem aja. 10 aturan ditambah dengan 10 harapan. Semoga, 20 tulisan yang kita buat bisa berjalan dengan baik.

Aku harap, semua bintang harapan ini bisa terjadi walau harus melewati berbagai hambatan.

"Hana."

"Iya?"

"Aku sayang kamu."

enigma [ haechan ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang