Haechan sibuk memainkan ponselnya di kediaman Baek. Di sebelahnya ada Ethan yang sedang menonton televisi. Jemari terus membuka pesan dari Hana. Kekasihnya itu belum membalas pesannya yang terakhir. Haechan melirik Ethan yang masih terfokus pada layar televisi di depannya. Apa di sini hanya Haechan yang merasa khawatir?
"Eh siapa tuh?" Ethan bertanya ketika menangkap sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Haechan yang berada di sebelahnya otomatis ikut menoleh ke jendela besar di sebelah ruang keluarga. Ia bangun dari duduknya dan berjalan kearah pintu masuk.
Mark keluar dari mobil tersebut. Selanjutnya terlihat Hana yang juga keluar dari mobilnya. Hana tersenyum dan perempuan itu menepuk pundak Mark. Setelahnya perempuan itu berjalan meninggalkan Mark dan disusul dengan Mark yang masuk ke dalam mobilnya. Buru-buru Haechan kembali duduk di sebelah Ethan.
"Ethaan!" sapa Hana begitu ia memasuki rumah. Tangan kiri Hanan menenteng sebuah plastik yang berisi pakaiannya yang basah. Ia menaruhnya di dekat rak sepatu dan berjalan ke ruang keluarga.
"Kakaak!" balas Ethan. "Mana makanannya? Ih kakak beli baju baru ya?" tanya Ethan.
Hana tertawa dan duduk di sebelah kanan Ethan. "Iya, uangnya kakak beliin baju ini. Besok kita beli makanannya ya? Pake uang kakak."
Ethan mengangguk dan kembali terfokus kepada televisi. Haechan berpindah dari di sebelah Ethan menjadi di sebelah Hana. Ia mengambil tangan perempuan itu dan menaruhnya di puncak kepala laki-laki itu.
"Hai," sapa Hana. "Kenapa ke sini?"
"Mau ngajak kamu ke rumah," jawab Haechan. "Tapi kamunya nggak ada. Terus ujan deres. Aku khawatir," lanjutnya.
Haechan bersandar pada bahu Hana. Tangan milik Haechan melingkar pada lengan Hana. Ya Tuhan, Haechan. Di sini ada anak kecil!
"Kamu gak keujanan kan?" tanya Haechan. Hana mengangguk. "Tapi rambut kamu lembab," kata Haechan.
Tangan Hana meraba rambutnya. Memang masih sedikit basah walaupun sudah dikeringkan dengan hair dryer milik ibunya Mark. "Gara-gara di luar dingin, kali? Jadi lembab gitu," balas Hana.
Jemari Haechan masih setia mengelus surai milik Hana. Kepalanya dianggukan dan ia bertanya, "Tadi pulang sama siapa?"
Hana tidak langsung menjawab. Haechan gak bakal marah kan kalo aku bilang pulang sama Mark? batin Hana.
"Sama Mark," jawab Hana.
—
Hari ini, acara Haechan untuk memperkenalkan Hana ke mamanya gagal. Kata Hana, hari ini dia sedang tidak semangat. Mungkin efek hujan, jadi perempuan itu lemas. Memang hujan bisa menentukan suasana hati orang.
Hari ini juga, Haechan ngerasa ada yang aneh. Dia mau bilang sesuatu yang sebenarnya bukan tipenya sekali. Haechan tidak menyukai kata itu. Haechan tidak mau dianggap sebagai orang yang mengekang.
Lee Haechan cemburu.
Dia tidak suka faktanya bahwa tadi Hana diantar pulang oleh Mark. Kenapa Hana tidak meneleponnya saja? Meminta Haechan untuk menjemput Hana akan lebih baik ketimbang diantar oleh Mark yang malah membuat Haechan cemburu.
"Apaan sih? Masa gitu aja lo cemburu?" tanya Haechan pada dirinya. "Mark kan temen gue. Gue juga tau kalo dia gak bakal ngambil Hana."
Aku cemburu
Haechan sadar, sisi kekanakannya kali ini muncul. Tapi bagaimanapun juga, Haechan harus jujur.
Kenapa?
Aku cemburu kamu dianter Mark
Haechan? Serius?
Iya, Hana
Kok tumben?
Perasaan ini memang langka untuk Haechan. Sebelumnya dia selalu bilang pada Hana untuk tidak menjadi posesif tapi kali ini Haechan ingin dirinya menjadi posesif.
Ya kamukan baru pertama kali jalan sama cowok selain aku
Ethan? Ayah?
Itu beda lagi
Hmm
Ya udah. Aku cemburu
Terus aku harus apa?
Minta maaf
Hah? Gak mau!
Haechan tertawa. Aneh kalau dirinya menyuruh Hana untuk meminta maaf. Padahal Marklah yang menolong kekasihnya. Tidak ada kesalahan. Yang ada hanya perasaan Haechan pada Hana yang terlalu besar.
—
Hana sama Haechan atau Mark?
KAMU SEDANG MEMBACA
enigma [ haechan ]
Fiksi PenggemarEnigma /i-ˈnig-mə/ (n) a person that is mysteritous or difficult to understand. baek hana, perempuan yang dengan sulitnya mengerti kepribadian seorang lee haechan. katanya, dia jatuh cinta pada haechan.