Matahari seakan menusuk kulit. Siang ini terasa sangat panas. Namun yang Haechan suka, siang hari adalah keadaan di mana jalanan kota tidak terlalu ramai. Semuanya sibuk berada di dalam ruangan.
Haechan menyeret kakinya tanpa arah. Ia kabur. Ia tahu, sangat tahu, kalau pasti sekarang tersebar luas videonya dengan Mark yang bertengkar saat istirahat tadi. Ia juga tahu kalau dirinya pasti dipanggil oleh guru kesiswaan. Haechan tidak mau. Guru kesiswaan sangat menyeramkan.
Laki-laki itu menghampiri ayunan besi yang bergerak perlahan karena tertiup angin. Tasnya ia jatuhkan di tanah dan ia mendudukan dirinya di ayunan. Haechan tertawa kecil.
"Lo gila apa gimana sih?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Lo bipolar?" Jahat memang bertanya seperti itu kepada diri sendiri. Tapi Haechan sendiri bingung dengan sifatnya. Semalam ia berterima kasih dalam hatinya kepada Mark. Sahabatnya sudah menolong gadisnya yang kehujanan. Berbeda dengan hari ini. Haechan terbakar api cemburu. Parahnya lagi, Hana melihatnya dengan Rizu.
"Lo gak seharusnya bohong," kata Haechan. Ia mengusap wajahnya kasar. Kemudian tangannya bergerak menarik rambutnya sendiri. "Hana pasti marah. Pasti kecewa," tutur Haechan. "Bodoh banget, sih."
Sekarang ia diam, tenggelam pada pikirannya sendiri. Ponsel di saku celana Haechan terus bergetar. Rasanya ia ingin melempar ponselnya sekarang juga karena sudah mengganggu ketenangan ini. Ia terpejam. Suara gesekan kaki pada tanah tertangkap indra pendengaran Haechan. Ia tidak mengindahkan suara itu. Matanya masih ia pejamkan, menikmati teriknya matahari di siang hari.
Ayunan besi di sebelah Haechan berdecit, menandakan seseorang telah mendudukinya. "Ternyata lo di sini," ucap orang itu berasamaan dengan Haechan yang menoleh.
"Ngapain?"
"Kabur juga," jawab Mark. "Gue gak mau kena omel sendiri kali, hahaha."
Setelahnya hening. Keduanya berayun pelan di ayunan tersebut. Keduanya saling merangkai kata untuk diucapkan, untuk mengikis keheningan yang ada.
"Lo tau itu, Mark?" tanya Haechan.
"Tau apa?"
"Lo tau kalo Hana liat gue sama Rizu di supermarket?"
Mark menggeleng. "Gue nanya dia pas di mobil. Mukanya emang keliatan sedih gitu. Tapi dia gak bilang apa-apa," ujar Mark. "Maaf kalo nganterin Hana bikin lo marah. Gue cuma nolongin dia yang kehujanan."
Haechan tertawa pelan. "Maaf karena udah buka kartu," kata Haechan. "Maaf juga karena ternyata gue yang bisa dapetin Hana." Laki-laki itu tertawa lagi. "Gue inget banget. Waktu itu lo teriak-teriak karena liat Hana. Jatuh cinta pada pandangan pertama gitu, ya kan, Mark?"
Mark tersenyum dan mengangguk. "Gue gak tau perasaan itu udah bener-benerhilang atau belum. If I were you, that feelings will still here. Gak apa-apa, Mark. Take your time," kata Haechan.
Mark tidak menjawab melainkan menatap lurus ke depan. "Do me a favor, please?" Mark menatap Haechan yang baru saja bertanya. "Gue takut, takut banget. Takut gak bisa perjuangin hubungan gue sama Hana," kata Haechan. "Kalo nanti gue emang gak bisa nolak perjodohannya, gue minta lo gantiin gue. Jadi pacarnya Hana, ngertiin dia, tanya maunya apa."
Haechan bertingkah aneh hari ini. Mark sadar, namun mulutnya ia tutup rapat. Mark tidak mungkin—
"Lo kenapa deh? Aneh banget," ucap Mark. Huft, nyatanya, Mark Lee mungkin saja merusak momen serius ini.
Haechan tertawa dan berkata, "Gue juga gak tau, anjir. Gue sedih banget hari ini."
Tangan Mark terulur untuk mengusap rambut Haechan dengan kasar. "Utututu kenapa sih? Hahaha."
"Tapi gue serius sama permintaan gue." Kalimat Haechan membuat tangan Mark menjauh. "She deserves man like us."
"yoOOOOoOO!! A hundred percent agree with you!!" Mark tertawa keras, begitu juga Haechan.
Hari ini terasa panas. Mulai dari pertengkaran di sekolah sampai cuaca yang memang membakar kulit. Di saat seperti ini, keduanya bukan alasan yang tepat untuk merasakan keresahan. Yang membuat resah adalah keadaan ketika kamu kehilangan sosok sahabat di sisimu.
"Warnet kuy?" ajak Haechan.
Mark menggeleng. "Rumah gue ajalah. Main di sana, sekalian makan. Biar irit, hahahaha."
Keduanya berjalan menuju halte bus terdekat. Mark menoleh pada Haechan dan bertanya, "Besok gimana? Masuk gak?"
Haechan diam sebentar. "Nggak tau," jawab Haechan. "Pasti dikasih hukuman seminggu gak boleh sekolah, sih."
"Masuk aja," kata Mark.
"Kenapa?"
"Urusan lo sama Hana belom selesai," jawab Mark.
—
i'm being emotional 😭
well, mark, you've done really great ❣️gemes bgt di sini marhyuck moment

KAMU SEDANG MEMBACA
enigma [ haechan ]
Fiksi PenggemarEnigma /i-ˈnig-mə/ (n) a person that is mysteritous or difficult to understand. baek hana, perempuan yang dengan sulitnya mengerti kepribadian seorang lee haechan. katanya, dia jatuh cinta pada haechan.