G. Rapuh

5.7K 1K 97
                                    

Lee Haechan duduk di sepeda motornya. Ia mencari ponselnya di dalam tas dan setelah ketemu, dirinya mengirim pesan untuk Hana.

Sorry, hari ini gak jemput dulu

Pesannya cepat sekali terbaca oleh Hana. Bisa Haechan tebak, perempuan itu pasti sedang menunggu pesan darinya.

Kenapa?

Ada urusan di kelas
Jadi harus dateng pagi

Haechan mengunci ponselnya begitu ia selesai menulis pesan. Dirasa ada seseorang yang mendekatinya, ia menyimpan kembali ponselnya di dalam tas dan bertanya, "Udah siap?"

Seorang perempuan dengan seragam yang sama dengan Haechan mengangguk. Kali ini rambutnya dikuncir rapi, tidak dibiarkan terurai.

"Ayo naik," ucap Haechan.

Kurva indah di wajah Baek Hana tidak bisa hilang sejak semalam. Penuturan rasa sayang Haechan benar-benar membuatnya merona bahkan hanya dengan mengingat kejadian itu.

Hari ini perempuan bersurai cokelat sebahu merasa seperti orang paling bahagia di dunia. Sayangnya, ia tidak dapat pergi ke sekolah bersama Haechan. Tapi tidak apa-apa. Hari ini adalah hari pertama di mana semua aturan yang kemarin mereka buat akan dilaksanakan.

"Eeeyyy senyum terus nih," kata Runa yang melihat Hana memasuki kelas. "Ada kabar apa?"

Hana hanya tersenyum dan kembali merasakan panas karena memori kemarin terputar kembali di otaknya. "Haechan," ucapnya.

Runa menyenggol Hana. "Ciee kenapa tuh?" tanyanya.

"Kemarin kita bikin aturan kecil gitu," balas Hana masih dengan senyumannya. "Terus dia bilang kalo dia sayang sama aku!! AaaaAA!!!"

"aAAaaaAA yang bener lo??!!!" tanya Runa tidak percaya. "Ah tapi nanti dia nyakitin lo lagi."

Senyuman Hana memudar. Ia membenarkan pernyataan Runa barusan. Namun ia segera menggeleng dan berkata, "Nggak kok! Kita kan udah bikin aturan!"

Bel istirahat berbunyi. Baek Hana dengan semangat mengambil ponselnya dan membuka ruang obrolannya bersama Haechan, mengajak laki-laki itu untuk segera pergi ke gazebo sekolah untuk makan siang bersama. Sayangnya 30 menit berlalu dan Haechan belum juga menghampiri gazebo di mana Hana dan Runa duduk. Bahkan bekal Runa yang awalnya Hana simpan sudah habis karena temannya itu mengeluh lapar.

"Katanya makan di gazebo," batin Hana.

Hana yang sudah selesai menghabiskan makan siangnya menyimpan kotak bekalnya di sembarang tempat. "Hadeh," keluhnya.

"Payah nih pacar lo," kata Runa. "Mana coba orangnya?"

Hana menghela napasnya. "Gak tau," balasnya. "Dia lupa kali ya."

Hana ingat betul bagaimana haechan setuju atas saran memakan makan siang si gazebo. Ia ingat kalau Haechan langsung setuju dengan saran yang ia buat. Haechan sama sekali tidak membantahnya. Baek Hana sangat ingat.

"Ayo," ajak Runa. Tangannya meraih kotak bekal miliknya dan berdiri.

Hana ikut berdiri. Namun ia bertanya, "Ke mana?"

Runa menunjuk area yang ramai di belakang sekolah. "Kantin," jawabnya. "Siapa tau ada Haechan. Lo bisa ketemu dia di sana. Itu juga kalo lo mau ketemu sih."

"Mau mAU!" ucapnya dengan semangat.

Keduanya berjalan ke kantin dengan canda tawa. Tak jarang Runa menceritakan sesuatu yang lucu, membuat Hana yang mudah tertawa dapat melepaskan tawanya dengan mudah. Runa memang seperti itu, suka membuat orang-orang di sekitarnya tertawa.

"Mana? Ada si Haechan gak?"

Manik milik Hana menyusuri area kantin yang sangat ramai. Ia terus mencari sampai menemukan postur tubuh yang begitu mirip dengan milik Haechan. Ia semakin yakin ketika melihat Mark di meja kantin. Berarti laki-laki yang mirip dengan Haechan memanglah Haechan.

"Gue udah liat," kata Runa. "Lo udah belom?"

"Udah," jawab Hana singkat.

Runa kembali menatap Haechan dari belakang. Sedetik kemudian matanya memicing, seperti ingin memperjelas pengelihatannya. "Itu Haechan sama cewek?" Shin Runa menlirik temannya yang ternyata sedang mematung karena melihat sesuatu diujung sana.

"Han."

"Ayo ke kelas," kata Hana.

"Hana, lo gak mau nyamperin dia aja?"

"Ayo ke kelas, Runa."

Runa menghentikan Hana yang ingin pergi dari kantin. "Orang kayak dia harus dikasih pelajaran!"

"Aku mau ke kelas!" Hana berhasil keluar dari pertahanan Runa. Meninggalkan Runa mematung di kantin. Temannya yang satu itu baru saja meninggikan suaranya. Runa bukanlah tipe orang yang mudah terbawa suasana. Tapi di sini Runa tahu kalau Hana memang patah hati.

"Aturan pertama, harus jaga perasaan satu sama lain. Setuju?"

Haechan mengangguk.

enigma [ haechan ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang