Lee Haechan melepas sepatunya begitu ia sampai di depan pintu rumah. Kakinya melangkah ke dalam dan ia berteriak, "Haechan pulang!"
Suaranya yang nyaring terdengar ke seluruh ruangan di rumahnya. Bahkan ibunya yang sedang mengurus tanaman di halaman belakang mendengar suara teriakan anaknya.
"Ey, mama! Peluk dulu," kata Haechan begitu melihat ibunya. "Eh gak jadi!" Langkah kakinya terhanti. "Mama kotor. Haechan gak mau peluk."
Bukan ibunya Haechan kalau tidak jahil. Gen kejahilan yang dimiliki Haechan diwariskan dari ibunya.
"Mama ih!" Haechan meronta ketika sang ibu berhasil memeluk anaknya, membuat kemeja sekolah Haechan sedikit kotor terkena tanah.
"Udah sana mandi. Nanti ikut mama," ucap ibunya.
"Ke mana?"
"Biasalah."
Haechan terdiam menatap ibunya. Ia menghela napas. "Kalo makan malem sama keluar Rizu, Haechan gak mau."
"Haechan," panggil ibunya lembut.
"Kenapa ma?" tanya Haechan. "Mau ngingetin kalo aku bakal nikah sama dia? Aku masih inget kok," lanjutnya.
Ibunya menghela napas. Raut wajahnya seperti ingin berteriak kepada anaknya tapi rasanya itu semua tidak perlu dilakukan.
"Aku gak peduli dengan fakta kalo aku dijodohin sama dia. Lagian mama ngapain sih jodohin anak mama sama dia? Mama gak mau liat aku seneng?"
"Mama mau liat kamu seneng. Tapi kamu gak bakal ngerti, Haechan."
"Aku gak ngerti karena mama gak pernah cerita," kata Haechan. "Kenapa sih mama jodohin aku padahal mama juga tau kalo Rizu sendiri udah sama Jaehyun. Aku juga udah punya pacar—"
"Kamu punya pacar?!"
Haechan diam sebentar. Suara ibunya sudah mulai meninggi. "Mama tanya, kamu udah punya pacar?!"
"I-iya!"
"Haechan, mama udah bilang kalo kamu gak boleh punya pacar! Urusan Rizu sama Jaehyun belum selesai dan kamu malah nambah urusan!"
"Mama sendiri yang bilang kalo cinta itu gak boleh di paksa! Papa aja gak maksa!"
Ibunya diam. Dirinya seakan terpukul dengan perkataan Haechan. "Haechan." Suara ibunya kembali melembut. "Papa udah gak ada."
Lee Haechan terduduk di rumput kering di halamannya. Ditemani pot bunga yang menghiasi halaman yang luas ini. Matanya mengeluarkan kristal yang seharusnya tidak boleh ia keluarkan. Laki-laki tidak boleh menangis, begitu yang dipikirkannya.
"Papa bilang ke aku." Ia menjeda kalimatnya. "Sebelum papa pergi, beliau bilang kalo aku boleh nolak perjodohan ini," ucap Haechan dengan suara yang bergetar.
Ibunya ikut duduk di rumput, memeluk anaknya dan membuat tangisan anaknya semakin menjadi. "Aku udah kehilangan papa. Aku gak mau kehilangan mama karena mama selalu maksa aku. Aku juga gak mau kehilangan Hana."
—
"Cewek Jepang, Na," ucap Hana. "Kamu tau gak?"
Runa menatap novel di depannya dengan tatapan kosong. "Nggak tau," katanya pelan.
Baek Hana membaringkan dirinya di ranjang. Matanya sibuk menatap langit-langit kamar yang bernuansa hijau. "Kayaknya sih dia orang yang biasanya sama Haechan itu," kata Hana.
Kini Runa menutup novelnya dan mulai berguling di karpet lembut milik Hana. Di otaknya sedang mengingat daftar orang yang pernah dilihatnya. "Jepang?" tanya Runa. "oHh! Yang sama Haechan?!" Runa mendudukan dirinya. "Iya iya! Cewek yang di kantin sama Haechan waktu itu mirip orang Jepang!"
"Nah kayaknya itu deh!" balas Hana.
"Bisa jadi," kata Runa. "Ya tapi, Na, gue gak tau hubungan mereka berdua."
Hana mengangguk mengerti. Runa selalu dengannya, jadi tidak ada jaminan kalau Runa akan tahu berita mengenai hal itu.
"Mau nonton film gak? Aku—" Hana mencari ponselnya yang berdering. Setelah menemukannya, ia mendapati nama Haechan di layarnya.
"Halo?"
"Lagi di mana, Han?"
"Di rumah. Kenapa?"
"Mau ketemu."
"Ketemu? Ada apa nih?"
"Yaa, Han?"
"Kenapaa Haechan? Kok lemes gitu?"
"Mau ketemu kamu."
"Iya iya."
"Oke. Aku jemput ya. Daah sayang!"
Panggilan terputus. Hana melirik Runa yang ternyata sedang membaca novelnya lagi. Ia melempar bantal kecil ke arah Runa, membuat perempuan itu terganggu. "Run, kamu pulang ya? Aku mau pacaran. Mumpung besok libur."
![](https://img.wattpad.com/cover/162349630-288-k518369.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
enigma [ haechan ]
FanficEnigma /i-ˈnig-mə/ (n) a person that is mysteritous or difficult to understand. baek hana, perempuan yang dengan sulitnya mengerti kepribadian seorang lee haechan. katanya, dia jatuh cinta pada haechan.