Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hyunae mengetuk-ngetukkan pulpen di tangannya ke meja kayu di hadapannya, pandangan tertuju fokus ke arah lelaki yang duduk diam dengan angkuhnya. Gaya arogannya terlalu kentara, Hyunae sampai muak.
"Apa?" Hyunae berkata dengan pelan, namun penuh penekanan. "Kamu mau apa?"
Tapi Jaemin tetap memilih diam.
"Hidup kamu susah sekarang?" tanyanya dengan datar.
Hyunae mendecih kesal. "Bukan urusan kamu juga."
Pria yang sedang duduk di bangku yang diberi jarak oleh meja Hyunae ini namanya Na Jaemin. Mantan tunangannya. Tumbuh di lingkungan orang-orang kaya dan masuk sekolah borjuis membuat mereka harus terikat janji bodoh yang cuman diucap semata. Tanpa hati juga tanpa rasa.
Tapi janji itu harus dibatalkan karena semenjak harga saham perusahaan Tuan Kim terjun bebas, keluarga besar Na seolah-olah memalingkan muka. Bersikap tak acuh pada keadaan.
Sampai ke titik dimana Hyunae harus menderita. Di mana bahkan mereka tidak bisa menikmati sekadar makan malam ataupun sarapan.
"Atas dasar apa?" Hyunae balas menajamkan pandangnya. "Aku gak bakal lupa, aku belum amnesia. You're an arrogant dick, always stomping on others. Aku gak lupa, Na Jaemin."
"You used to call me Nana."
"Ewh. Don't start some soap opera." Hyunae memutar bola matanya dengan malas. "Hidup bukan drama, Jaemin. Bodoh namanya kalo kamu pikir bisa berbaik-baik sama aku after you turn the other cheek."
Karena sebenarnya Na Jaemin lah iblis dengan wujud malaikat sesungguhnya. Seorang malaikat jatuh dengan seringai buruk. hingga beribu kata cinta dan drama yang ia olah dengan apiknya. Hyunae tidak akan percaya lagi dengan Jaemin. Tidak akan.
Tidak akan pernah setelah tahu Jaemin lah yang ada dibalik keruntuhan perusahaan ayahnya.
Dan Jaemin hanya terdiam,
Lalu tersenyum tipis. "Hati kamu masih keras seperti biasanya,
Kapankamu akan mulai memohon padaku?"
Dan Hyunae memandang Jaemin dengan tatapan benci yang mendalam.
***
"Kim Hyunae?" Jisung menyesap permen - bukan, ternyata rokok. Asap memenuhi pandangan, berasal dari mulut anak-anak nakal. Belakang gudang sekolah memang tidak terawat dan lembap, tapi tempat itu malah sempurna untuk anak-anak seperti mereka.
"Sudah kucarikan. puas?" Yang baru saja berbicara itu Mark - teman Jisung yang lebih sering ia panggil Lee. "Dia anggota gengnya Somi, masa lo gak kenal?"
Dan Jisung hanya mendengus samar, dia mana peduli soal itu. Jisung membolak-balik berkas di tangannya, niat sekali Mark sampai membuat kliping hanya untuk seorang gadis yang membuat Jisung bertanya-tanya. Walau sebenarnya aneh untuk Jisung peduli akan sesuatu.
Sampai Jisung menemukan keanehan pada kertas di tangannya. Salah satu artikel berita yang menyebutkan bangkrutnya perusahaan Kim. Jisung mengernyitkan alisnya, otaknya memang tidak seberapa tapi rasa-rasanya ia sudah sampai ke inti masalah.
"Ah, jadi begitu." Jisung manggut-manggut, Mark dan Chenle hanya memandang sinis kelakuan teman mereka yang kadang bicara sendiri itu.
"Tapi, kenapa gue?" Jisung semakin bingung. Ayolah, sekolah mereka ini sekolah borjuis, elite, kaum atas. Isinya hanya para pewaris dan mereka-mereka yang makan dengan sendok emas. Kenapa harus Jisung?
Hyunae sedang mengisi notesnya saat Jisung memasuki kelasnya tanpa permisi. Dalam hati Hyunae sudah menyumpah, jantungnya berdetak seperti sedang maraton. Setelah kejadian memalukan semalam, Hyunae seperti kehilangan muka.
Berharap, yang Jisung tuju bukan dirinya.
Tapi yang Jisung lakukan malah berjalan dengan raut datar ke arah mejanya. Hyunae mendongak, menatap Jisung dengan kalut.
Tanpa suara, Jisung meletakkan dompetnya.
Hyunae mengernyit bingung. memandang dompet yang diletakkan di depannya.
"Di dalam sana ada 500 ribu won, cash. Ada juga kartu debit, ATM, dan lain-lain. Kartu hitam pun ada."
Penjelasan Jisung membuat Hyunae semakin tenggelam dalam bingung yang mendalam. Apa maksudnya ini?
"And." Jisung melemparkan tas yang ia selempangkan ke lantai.
Isi tasnya adalah uang dengan nominal tak terhitung, terikat dengan karet. Hyunae membelalakkan matanya, memandang ke Jisung dan netra kelamnya, menyelisik dalam diam.
❝From now on you're mine, Cinderella.❞
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.