SEASON 2 : #gossip

1.1K 127 53
                                        

Gaun pernikahan.

Apa yang muncul di pikiranmu saat mendengar perihal gaun pernikahan? Kesucian? Warna putih selaksa susu atau ikrar sehidup semati dua insan?

Apa yang kamu pikirkan tentang pernikahan? Haru atas perjuangan dua insan membuka gerbang untuk membangun suatu rumah yang hangat, bahagia karena dapat bersatu dan berjanji di hadapan Tuhan?

Apa yang muncul di pikiranmu kala memandang gaun pernikahan?

"Permatanya terlalu banyak." Hyunae membolak-balik sketsa kasar dan creative brief di hadapannya, yang kemudian ia hempas dengan helaan napas kelewat kentara. "Ini bukan acara sirkus, untuk apa perhiasan yang berlebihan? Pengantin wanita itu bukan sekadar pajangan di etalase toko, mereka harus terlihat seperti ...."

Si gadis yang baru saja memasuki umur 24 tahun itu menggumam, "... Seperti dewi." Sejenak, dara kelahiran Seoul itu kembali membuang pandangnya jauh. Ada kopi hambar di ujung lidahnya, tak bisa ia semburkan begitu saja karena sungguh, terkadang lebih baik merasa sakit daripada tidak merasakan apa-apa sama sekali.

Namun, awan-awan hitam yamg bertengger di atas kepalanya itu seperti tidak pernah sirna. Tidak bisa diusir bahkan dengan kalimat-kalimat positif sekali pun, bahkan ketika ia bergalak-galak dengan diri sendiri, pikirannya mau tidak mau mengeruh seperti ampas kopi.

Mungkin semuanya akan lebih mudah jika saja yang menikah bukan seseorang yang ia cinta.

Ya, semuanya pasti akan lebih mudah. Mungkin hatinya tidak akan berat bagai membawa dosa yang banyak. Mungkin ia bisa menjalani hari-harinya dengan lebih leluasa dan tidak terantuk pada batu besar yang tidak kasatmata. Ia bisa saja merancang gaun pernikahan yang megah, yang memang diciptakan untuk membuat seorang pengantin wanita bahagia di hari spesialnya. Hari yang hanya ada sekali seumur hidupnya. Hari yang harusnya, membuatnya terlihat begitu cantik seperti bidadari yang turun dari surga.

Hari di mana sang pengantin wanita menghipnotis semua orang dengan penampilannya.

Angsa yang cantik itu berjalan menuju altar, dengan anggun, dengan cinta.

Dan yang menunggu di ujung sana adalah sosok yang Hyunae cintai.

Sosok yang hangat, yang dahulu lengannya memeluk Hyunae dengan erat. Yang dahulu ia gandeng tangannya bahkan ketika mereka tidak sedang menyebrang jalan. Yang dahulu ia ajak makan di tengah malam kala kantuk tak juga mengunjungi mereka berdua.

Ia yang dahulu adalah dunianya.

Park Jisung adalah poros waktu sekaligus semesta yang dahulu mengelilinginya. Di setiap sudut pandangnya, ia akan menemukan si adam, entah tersenyum, entah berbuat apa. Ia akan menemukan pelukan hangat Jisung, merasakan jemarinya yang kasar menyisir pelan helai hitam si gadis, penuh hati-hati sambil melirih kalimat manis. She remembers how Jisung would casually give her butterfly kisses, on her nose, cheek, and the middle of her brow. Tiap dahinya berkerut, jemari si adam akan mengusapnya pelan hingga kerutannya hilang. Tiap dirinya cemberut, Jisung akan menempelkan pipinya, menyalurkan energi agar senyumnya menular pada si hawa.

Park Jisung yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

"I love you, even if it means becoming enemy with myself."

Park Jisung.

"Sialan." Secara spontan, Hyunae mengutuk. "Untuk apa menangis saat mendesain gaun pernikahan? Gila ...."

".... Dasar Kim Hyunae gila."










"Me or Paris?" Jisung akan bertanya, sarat akan canda, semata hanya untuk mencairkan suasana.

Rumor.✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang