veintidós♛

12.6K 2.2K 671
                                    

maap gaes baru kelar ngetik, tugas numpuk banyak banget sampe rasanya mau nangis TT

kUy ramaikan, mari kita oleng bersama-sama!

anyway,

we continue

"Jadi, mau sampai kapan kucing-kucingan?" tanya Mark

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jadi, mau sampai kapan kucing-kucingan?" tanya Mark. Agak heran kenapa daritadi Jisung berlari ke sana kemari padahal seingatnya, si sombong dari keluarga Park itu orangnya malas sekali.

Rupanya, ah, rupanya. Si Tuan Muda menghindari eksistensi si Nona Muda yang mau bagaimanapun, sia-sia dan percuma. Ya iyalah bakal ketemu, 'kan, mereka satu sekolah. Mereka pasti bersinggung jalan karena kelas yang mereka punya berada dalam satu gedung.

Sekali lagi, biarkan Park Jisung dan otak udangnya.

"Bentar ...." Jisung menjeda, mengembus napasnya dengan terengah. Baru saja menghindari Hyunae yang tiba-tiba muncul dari koridor kelas 12. "Gue ngapain gini sih!?"

Marah sendiri, ngamuk sendiri. Mark mulai curiga kalau sahabatnya ini mulai gila.

"Sebenernya, Sung," ujar Mark, memainkan kubus rubik di tangannya. Posisi mereka lagi di kantin, meja paling pojok yang memang sering didominasi oleh Jisung dan kawan-kawannya. "Kalau dilihat-lihat, lo banyak berubah."

Jisung sontak mengernyit. Apa yang berubah? Dia pubertas? Ya jelas. Dia bukan lagi anak pengunyah permen karet seperti saat SMP, sekarang dia sudah biasa menyesap rokok dibandingkan permen. (Yang akhirnya harus berhenti karena ah, si Nona Muda tidak suka asap rokok)

Sedikit demi sedikit Jisung sadari, peran Hyunae sudah terlalu banyak di hidupnya. Bahkan saat berangkat sekolah tadi, Jisung merasa ada yang salah saat jok di sebelahnya kosong. Merasa ada yang salah saat tidak ada yang mengomentari rambut acak-acakannya di pagi hari. Merasa ada yang salah tidak ada yang mengomelinya karena begadang. Ada yang salah.

Is it too much? Jisung tidak biasa membiarkan orang lain masuk ke hidupnya. Sekali lihat pun sudah dilihat kalau Jisung bukan individu yang terbuka.

Jadi saat ia sadar kalau Hyunae sudah mengetahui terlalu banyak tentang dirinya, it feels weird. It's a strange yet unharmful feelings.

Jisung menerima fakta Hyunae tahu banyak tentang dirinya. Rasanya ... aneh.

"Dulu lo mainnya sama kita-kita doang. Kalau nggak nemplok gua, Chenle, atau nggak Jaemin. Songong banget lo sama yang lain, ngerasa anak-anak lain itu nggak penting," jelas Mark panjang lebar, menaruh rubiknya di meja. "Sekarang? Wow. Lo biarin diri jadi bucin, kemusuhan, gara-gara satu cewek?"

Jisung terdiam, seperti terpukul menuju kenyataan.

Dekat dengan Hyunae juga, menyadarkannya kalau sekarang dia jauh dari Chenle dan Jaemin. Dulu ia begitu rekat, begitu percaya pada Chenle. Tidak sampai ia sadar Chenle ternyata berbohong di depan mukanya. Jaemin, juga. Padahal dulu Jaemin begitu menyenangkan, begitu asyik diajak berteman. Sekarang? Bah, melihat wajahnya saja Jisung muak.

Rumor.✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang