♛catorce

12.7K 2.6K 526
                                        

maaf maaf, lupa lagi aku ya ampun... janjinya 200 vote ya kemaren? heuuu ga ngecek :""

anyway,

we continue.

Hyunae menghela napasnya, matanya nyalang memandang ke depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyunae menghela napasnya, matanya nyalang memandang ke depan. Hatinya penuh dengan amarah dan emosi buruk rupa, kentara sekali sedang membara. Menggigit bibir bawahnya, gadis berambut sekelam tinta itu mulai menyumpah dalam batinnya.

For fuck's sake, gue cuman mau hidup normal. Intinya sih, begitu. Semenjak jungkir-balik antiklimaks nasib seorang putri dari seorang pengusaha kaya menjadi rakyat jelata. Hyunae tidak meminta lebih dari sekadar ketenangan batin.

Ia selalu berusaha tegar, berusaha kuat, hanya supaya punggungnya tidak goyah dalam melindungi adik semata wayangnya. Dan sialan, hidup Hyunae malah menjadi semakin-sangat-dan semaksimal mungkin rumitnya setelah bertemu oknum Park Jisung.

Untuk ukuran remaja, ada berapa sih musuhnya!? Tidak banyak, 'kan? Tapi kenapa malah sampai ada yang nekat menculiknya begini?

Harusnya ia tidak terima tawaran Park Jisung semalam. Kontrak bodoh dengan tinta hitam itu malah menjerumuskannya dalam lubang berbahaya. Rokok, dunia malam, balapan? Itu bukan dunianya! Ia hanya sekadar berkerja di kelab, sudah. Harusnya relasinya selesai sampai situ. Walau dipandang nakal, Hyunae tidak begitu.

Saat teman-temannya merokok pun, ia hanya tertawa dan berkata itu bukan kelasnya. Bah. Itu dusta, Ayahnya suka sekali merokok. Dan cerutu sialan dengan gelimangnya itu yang merenggut nyawa si Pak Tua. Ah.

Mengingat masa lalu itu sia-sia.

"Harusnya semalam, aku benar-benar bawa adikku untuk bunuh diri bersama," gumamnya ditelan gelap.

Hyunae berdiri, menjajakkan kedua kakinya pada lantai dingin tanpa keramik. Kedua tangannya masih diikat tali belati. Namun, amarahnya tidak lagi menggunakan sepi.

Pertama.

BRAK!

Sekuat tenaga, ia menendang pintu kayu dengan kunci ganda di depannya.

"Itu, untuk Park Jisung, si sialan pembawa sial."

BRAK!

Tendangan kedua, betisnya mulai linu. Mati rasa, lalu berdenyut ribut yang menyakitkan.

"Dan itu, untuk Ayah Ibu. Sudah meninggalkan aku dan Doyoung sendirian. Pakai acara hutang lagi! Your debts are slowly killing me, goddammit!"

Dan ketiga.

BRAK!

Betisnya berdarah, memerah. Dan Hyunae hanya memandang nanar daerah tulang keringnya.

Rumor.✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang