♛uno

26.9K 3.4K 851
                                        

we start.

Panas terik, matahari bersinar tanpa ampun menyinari bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Panas terik, matahari bersinar tanpa ampun menyinari bumi. Belum terlihat para awan di angkasa, seperti lupa akan tugasnya. Hyunae mengipas-ngipaskan tangannya dengan muka cemberut, kepanasan, juga bosan. Pelajaran tidak mulai dari jam ke-4, hanya tugas individu yang berani taruhan, tidak ada yang mengerjakan.

"Gaes, there's a new rumor around the town."

Hyunae memutar bola matanya malas, Hyunjin mulai lagi dengan gestur penggosipnya. Nancy, Somi, Heejin, dan Ryujin siap-siap memasang telinga sedang Hyunae hanya terdiam saja.

"Rumors said ... well, Park Jisung selalu ada di UKS, tempat tidur paling ujung," kata Hyunjin, suaranya lirih. Sedang teman-temannya mendengarkan dengan seksama. Mencatat kata tiap kata yang dilontarkan Hyunjin di memori mereka.

"Lalu?"

"Kalau kamu beruntung, he'd do you once."

"What?" Hyunae mengernyitkan dahinya, tanpa sadar menunjukkan kebingungannya.

"Kamu tahu, psssh. Jangan sok suci." Somi melirik sinis ke arah Hyunae. "You know, sex."

Hyunae mendengus. "Aku tahu artinya itu, i mean, it's real? Y'know, those are rumors. They can't be true."

"Well, it's Park Jisung, what did you expect?"

I expect you guys to be smarter, batin Hyunae sinis di dalam hati.

Kehidupan sekolah menengah atas itu keras, memang. Kalau gagal beradaptasi, kamu akan berakhir di-bully. Atau seperti yang namanya Park Jisung itu dengan teman-temannya. Kalau kamu terkenal, namamu pasti akan disebut sehari sekali di seantero sekolah. Rumor menyebar seperti api kebakaran, mengerikan.

Apalagi di sekolah elit seperti ini, di mana orang-orang arogan dan seenaknya sendiri berkumpul dengan ego yang luar biasa tinggi. Hyunae jadi muak sendiri.

Dulu ia tergabung dengan orang-orang itu, sekarang, ia merasa seperti terjebak dalam lumpur.

Pembicaraan berikutnya tidak dihiraukan sama sekali olehnya, fokus Hyunae melayang ke tempat lain. Sampai dering dan getar HP dirasakan di saku roknya, dan dirinya langsung mengecek surel teratas.

"Aish," keluhnya.

Tagihan rekening bulan ini masuk lagi.

Tagihan air, tagihan listrik, biaya makan - astaga, nolnya banyak sekali. Ini beneran? Hyunae serasa mau menangis.

"Uangnya dapat dari mana coba ...." Ia menggumam pelan seraya teman-temannya dengan acuh mulai menggosip tentang oknum lainnya. Pertemanan memang sekadarnya, ya.

Hyunae lalu teringat sesuatu.

"Hey." Ia menyeletuk tiba-tiba. "Park Jisung itu kaya, kan?"

Teman-temannya langsung terdiam, lalu Heejin menjawab, "Iya, banget. He can buy your whole estate and your life, literally."

Dan Hyunae menghela napas, keputusan berat harus diambil. Ada sesuatu yang harus dikorbankan.

***

Hyunae menyelempangkan tasnya, berjalan santai ke arah gerbang. Bersama geng-gengnya tadi, cewek-cewek cantik dan penggosip. Rasanya sesak jadi pusat perhatian, disandingkan dengan teman-temannya yang punya paras rupawan. Sulit.

Satu persatu teman-temannya dijemput mobil mewah, Hyunae hanya melambai saja, sok menyapa 'duluan saja' padahal, mana dia peduli.

Hyunae masih terdiam di tempatnya.

Sekolah mulai sepi, teman-temannya sudah pada pergi.

Saatnya melancarkan aksi.

Hyunae berjalan, kembali masuk ke area sekolah. mengarahkan betisnya ke gedung B, di mana UKS berada.

Oke, ini mungkin ide gila. Tapi setidaknya, adikku tidak perlu kelaparan saat waktu makan malam, pikirnya sederhana.

Hyunae membuka pintu ruang UKS, betisnya bergetar pelan, ketakutan. tapi tekadnya sudah bagai baja dan besi pelana. Pokoknya-

Harus, pokoknya-

... Pokoknya, Park Jisung harus memilikinya.

***

Hyunae berdoa, melantun sebentar di dalam dada. Sebelum menyibak tirai di kasur paling ujung UKS. Menampilkan sosok Park Jisung yang sedang duduk sambil mendengarkan musik melalui earphone-nya.

"Hei."

Tidak ada jawaban.

"Hei."

Masih tidak ada respon dari manusia di depan.

"Hei!" Hyunae mencabut sebelah earphone Jisung, membuat anak dengan surai fawn itu bertemu pandang dengan Hyunae. Hyunae hampir terkesima melihat retina Jisung yang terkesan kelam dan dalam.

Jangan tersihir, Hyunae. Jangan.

Laki-laki semuanya sama saja, bedanya, yang di depanmu ini kaya.

"Kamu Park Jisung, 'kan? "

Si Jisung ini menggigit bibirnya, melipat tangan di depan dada dengan arogansi yang sangat kentara. "Kalau iya, kenapa?"

"Kamu kaya?"

Jisung mengernyit bingung, mata sipitnya melotot sedikit. "Kamu pengin aku pamer?"

Hyunae terdiam.

Tapi sepersekian detik berikutnya, ia menarik dasinya. Jisung membelalak kaget, aksi perempuan di depannya ini sungguh tak terduga. Diam-diam dirinya menjerit panik, kenapa cewek ini melepas dasi dan kancing teratas kemejanya? Astaga, Mama, mata Jisung ternoda.

❝ Do me, and give me your money.❞

❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumor.✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang