♛cuatro

15.4K 3K 660
                                        

we continue.

"Yang pertama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yang pertama." Jisung mengangkat telunjuk. Memulai sebuah percakapan tentang kesepakatan di dalam mobil mewahnya. Sementara Hyunae membenarkan posisi sehingga berhadapan dengan si Tuan Muda.

"Kamu dilarang menjual dirimu selain kepadaku."

Hyunae mengernyit, alisnya bertaut heran. Kalau tidak terpaksa, dia juga mana mau menjual dirinya?

"Kedua." Jisung lalu mengangkat kedua jarinya. "Kamu juga dilarang pergi tanpa sepengetahuanku. Apa kata orang kalau kekasih Park Jisung malah main di belakang? Jatuh pamorku."

"Aku nggak dekat sama lelaki."

"Itu bagus." Jisung mengacungkan jempolnya. "Aku suka perempuan setia."

"Sedangkan kamu bukan lelaki setia?" Hyunae berkata pelan dengan heran, mulutnya tidak disaring dulu. Jisung sontak cemberut. Kata-kata Hyunae terlalu abstrak namun tepat sasaran.

"Hei, hei! Aku tuannya di sini!" protesnya. "Walau apa yang kamu bilang itu fakta ...."

Hyunae hanya diam, walau dalam hati tertawa remeh. Siapa yang tidak kenal, sih, dengan Park Jisung? Everyone wanna be in his contact list. Semuanya mau dengan Jisung. Layaknya lebah yang mendekati madu. Bahkan perempuan rela dijadikan yang kesekian dengan iming-iming bisa masuk dalam lingkaran pertemanan Park Jisung. Terlalu mengada-ngada tapi benar adanya.

"Dengan ini aku mengikat perjanjian dengan kamu, Hyunae, kalau kamu adalah kekasih kontrak aku. Kita terikat hitam di atas putih."

Begitu bisikan Jisung di telinganya, di kelas tadi, dari tatapan-tatapan penasaran orang-orang yang Jisung tidak beri peduli. Mereka tidak menyadari kalau Jisung baru saja melakukan transaksi.

Hyunae lalu terdiam, terpikir sesuatu.

"Tunggu, kalau aku ini kekasih kontrakmu," Hyunae menjeda, "Dan aku nggak boleh membeberkan kesepakatan kita, termasuk kenyataan bahwa ini hanya kontrak belaka. Bagaimana dengan kekasihmu yang lainnya?"

Jisung memasang raut bingung. "Kenapa dengan mereka?"

"Aku kekasihmu." Hyunae menekankan. "Di depan layar."

"Semuanya kekasihku, kalian sama." Jisung berkata, enteng sekali.

"Tapi kita punya kontrak." Hyunae menghela napasnya. "Kamu memberiku uang, aku bekerja untukmu. Hubungan kita seperti itu."

Apa yang Hyunae inginkan, sebenarnya?

Jisung terdiam, seperti mencerna.

"Kamu nggak mikir mereka bakal cemburu?"

"Hm ... karena kita terikat kontrak, yang pastinya bikin aku bakal lebih erat sama kamu?" Jisung mulai paham. "Benar juga." Ia pun menjetikkan jarinya.

"Kalau begitu, aku putusi saja semua!"

Hyunae langsung melotot. "Putus!?"

Jisung tersentak, tidak menyangka perubahan volume di kata yang dilontarkan Hyunae. "Kenapa? You know, putus. Pegat, break-up. Kamu tahu 'kan?"

"Ya tahulah." Hyunae mengumpat sedikit dalam hati. "Begini, Jisung. Kamu tidak perlu menjadikanku kekasihmu, jadikan aku pembantu pun gak masalah. Kamu tidak pernah berpikir perasaan wanita yang diputusi kekasihnya, ya?"

Jisung terdiam, walau Hyunae sadar, irisnya berubah kelam.

"Aku ragu." Jisung berkata dengan nada datar. "Ragu dari sekian banyak kekasihku itu, ada yang tulus menggunakan perasaan.

Sepertinya kamu masih naif masalah kepalsuan."

Dan Hyunae terdiam, mencerna tiap bait yang Jisung lontarkan. Sebenarnya aneh dirasa, Jisung yang bertindak semena-mena dan cenderung cuek akan kehidupan malah membicarakan tentang kepalsuan. Di saat Hyunae hidup dalam topik itu selama bertahun-tahun, bersama seseorang yang dulu ia panggil Nana.

Hyunae menghela napas.

Pada akhirnya, ia dan Jisung sama-sama muka dua.

"Kalau ada yang mengantarkan surat, itu isinya kontrak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau ada yang mengantarkan surat, itu isinya kontrak. Jangan kamu buang apalagi dijadikan lapak mie," celoteh Jisung dengan lancarnya setelah mengantarkan hyunae ke rumahnya. "Rumahmu kumuh sekali by the way."

Rasanya mau Hyunae tendang mobil Jisung yang masih mulus ini sampai mental. Tapi diingat lagi nominal uang yang sedang ditentengnya di tas yang pemberian Jisung tadi sore, ia mengurungkan niatnya.

Rumah Hyunae — kalau bilang tidak kumuh, itu bohong. Itu dusta. Ia tinggal di rumah yang berjejer dan berdempetan dengan rumah lain. Tempatnya pun berada di atas seperti perumahan murah pada umumnya. Jisung saja berasa seperti naik gunung.

"Ngapain? Kenapa nggak kamu bawa besok saja?" tanya Hyunae.

"Aku ingin melakukannya dengan dramatis," papar Jisung dengan muka usil. "Malam, Hyunae! Selamat sudah menjadi kekasihku dan lakukan tugasmu dengan baik!"

Dan mobil Jisung melaju, meninggalkan pandang.

Hyunae terdiam,

Selanjutnya, bagaimana ya ...?

?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumor.✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang