Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Do me, and gimme your money."
Gemerisik batang mengetuk pelan kaca jendela, digerakkan angin sore terdengar pelan menyapa telinga. Keheningan menyelimuti mereka, sedang Jisung masih berusaha mencerna kata per kata.
Jisung lalu menghela napas.
"Tidak mau."
Hyunae mengernyit, hatinya berkecamuk tak karuan. "Kenapa?"
Jisung mengelus pelan dagunya, sebelum mulutnya membuka dan mengeluarkan kata-kata menyakitkan yang sayangnya adalah fakta.
"Kamu tidak cantik," ucap Jisung. "Lagipula, aku bukan lelaki seperti itu."
"Kenapa kamu berwajah kecewa, kamu percaya rumor yang beredar?" Jisung berdiri, mensejajarkan dirinya dengan Hyunae, bertemu pandang dalam satu garis lurus. "Kamu bodoh atau bagaimana?"
Hyunae terdiam, kata-kata Jisung sungguh menyakitkan dan menancap. Meninggalkan luka yang ditoreh tanpa sengaja.
Dan Jisung semakin mempertajam pandangannya, sadar betul lawannya kehabisan kata-kata.
Dan Jisung mengambil tasnya yang tergeletak di lantai. Melangkahkan kakinya dengan maksud keluar dari ruang UKS.
"Lalu ..."
"... Lalu apa yang bisa kulakukan, selain percaya rumor bodoh itu?"
Jisung menghentikan langkahnya. Suara getir yang parau penuh penekanan itu menahannya di tempat. Untuk kemudian terdiam lamat-lamat.
"Aku tidak cantik, itu fakta." Hyunae berbalik, berujar sambil meremat dadanya. "Tapi karena visualku ini, aku tidak bisa bekerja di rumah bordil."
"Aku juga tidak pintar, mau mengajari siapa? Aku tidak bisa kerja sambilan jadi guru les. Melamar kerja di minimarket pun, gajinya nggak bisa menghidupi aku dan adikku."
"Aku masih SMA, aku cuman punya ijazah SD, SMP. Siapa yang mau menerimaku bekerja?"
"Jadi, apa yang harus kulakukan?" Dan gadis yang baru Jisung kenal beberapa menit itu, menitikkan air matanya.
"Apa yang harus kulakukan, supaya adikku tidak kelaparan ...."
Dan Jisung masih terdiam di tempatnya, lidahnya kelu, hapalan katanya menguap ke udara. Rasa-rasanya, ia baru saja dipukul batu besar, tanpa peringatan.
Hyunae yang seperti sadar akan ucapannya langsung mengusap air mata yang belum mengering di lekuk wajah. Menarik napas dalam, lalu berjalan keluar dari ruang UKS, menabrak bahu Jisung tanpa sengaja.
"Ah, apa yang kuharapkan dari cowok SMA sih ..." gumamnya saat berjalan di koridor yang sepi. "... Mau bagaimanapun, kami masih anak-anak ...."
Itu benar, mereka masih anak-anak.
Jadi kenapa Tuhan dengan tega memberikan masalah orang dewasa kepadanya? Apa Tuhan menganggapnya sanggup, menganggapnya bisa melewati masalahnya?
Tapi kenapa, sulit sekali rasanya ....
Melihat angka nol yang berderet itu, menghadapi penagih hutang yang menunggu di depan pintu, mendengarkan adiknya yang menangis sendu ....
Tuhan, ini terlalu berat.
Mendengar rumor sepele itu bagai suatu suara penyelamat untuk Hyunae. Tapi, jauh di lubuk hatinya, ia tahu masalahnya tidak sesederhana itu.
***
Jisung menyesap lolipop, sambil mengetuk-ngetuk pelan setir mobil di genggamannya. Hatinya bingung parah, kenapa omongan gadis tadi terngiang-ngiang selalu di pikirannya?
Jisung itu apatis, pasif, dan kata-kata lainnya yang menggambarkan sebuah ketidakpedulian. Jisung mana peduli kecuali pada keluarga dan teman-temannya. Jisung sudah membatasi orang luar, sudah menentukan zona nyamannya.
Namun, gadis tadi, membuatnya penasaran. Apa masalahnya sangat berat sampai ia mau mendatangi Jisung yang sudah dicap sebagai cowok bangsat?
Jisung menghela napas, kesekian kali untuk hari ini.
"Aku pasti sudah gila."
Tapi tangan kirinya tetap memencet layar handphone, men-dial satu nomor di kontaknya. Jisung memang sempat melirik nametag gadis tadi, secara tidak sengaja, tentunya. Lagipula, namanya mudah diingat, tidak ladzim dan mungkin di sekolah, hanya dia yang punya. Walau marganya tetap pasaran.
Telepon diangkat, jisung mulai bicara,
"Hei, Lee." Jisung memanggil yang di ujung sana. "Carikan aku tentang Kim Hyunae."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.