♛siete

14.8K 3K 295
                                    


we continue.

Hyunae menghela napasnya dengan kalut, hatinya tidak lebih kusut daripada benang-benang di kotak jahit Ibunya dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyunae menghela napasnya dengan kalut, hatinya tidak lebih kusut daripada benang-benang di kotak jahit Ibunya dahulu. Dengan tangan yang memegang kain lap, ia melamun.

"Kalau nikah sama jisung, hidupku sejahtera dong ...." Iya lah, mau beli apa aja, bebas. Uang mengalir dengan cuma-cuma, tanpa batas.

Dari kecil, mungkin didikan Jisung yang sudah salah. Tidak ada yang boleh membantah, menolak, dan mengatakan kalimat berunsur 'tidak' pada Jisung. Si Tuan Muda dengan kekayaan tujuh turunan.

Tadi saja, Jisung baru saja membelikannya sepatu baru. Setelah tahu sepatu Hyunae dicoret-coret oleh para makhluk biadab, Jisung langsung membawanya ke pusat perbelanjaan terbesar di kota. Tidak sampai situ, Jisung juga membawanya belanja bulanan. Sudah seperti pasangan suami istri, bukan?

"Sudah kubilang, samyangnya tiga, aku dan adikku suka!" Hyunae bersikeras.

"Tidak, tidak! Beli yang mengenyangkan dan jelas bergizi, Kim Hyunae! Kamu tidak boleh lagi kelaparan!" balas Jisung lebih keras. Mengira itu hanyalah akal-akalan Hyunae.

Itu terlalu romantis untuk dilewatkan. Hyunae jadi curiga.

Park Jisung memang kelihatan manis. Itu pasti.

Tapi berkat lahir di dunia para petinggi, kalangan kaum dengan sendok emas, Hyunae sudah bisa membedakan yang mana palsu dan yang mana realitas. Dan yang baru saja Jisung lakukan, terlalu kentara.

Jisung tidak pernah menganggapnya serius. paling tidak itu dugaannya saat ini.

"Sebentar lagi jam buka dan kamu malah asyik melamun?"

Sebuah suara membuyarkan lamunan serta perang batin yang berkecamuk dalam diri Hyunae. Seorang bartender tampak mendengus remeh ke arahnya.

"You need to relax, Park Jaehyung."

Dan si Jae, dengan kebiasaan salty 24 jam seharinya semakin merengut.

"Kamu tidak sopan, aku ini lebih tua! Panggil aku Abang."

Dan Hyunae hanya bisa bergidik geli sambil melipir pergi. Berencana mengambil kain lap yang baru.

"Hei, hei. At least hear me out first." Jae mulai mengeluh lagi. "Kamu tahu? Romansaku ini sulit sekali."

"I have problems too, you know." Hyunae mengibas-ngibaskan tangannya, gestur mengusir. "Sekarang, jauhkan bokongmu. Move your butt. Aku mau menyusun gelas."

Dan Jae malah semakin merengek, Lelaki Argentina yang genap berusia 26 tahun itu merengek seperti balita. Rasanya mau Hyunae depak saja kalau tidak ingat fakta dia bisa bekerja di sini berkat Jae.

Awalnya ia dan Jae adalah english buddy yang bertemu di sebuah perjamuan makan malam besar-besaran suatu pembukaan hotel. Hyunae yang memang suka memakai bahasa asing langsung klop dengan Jae yang memang pengguna bahasa asing. Mereka lebih sering me-roast satu sama lain, tapi meskipun jarak umur Jae dan Hyunae sejauh jengkal bumi dan bulan, mereka tetap berteman tanpa kecanggungan.

Masalahnya romansanya bermulai dari situ juga, bagi Jae.

"Aku tidak mungkin memacari anak seumuranmu, 'kan, Hyun?" Jae mengusap mata di balik bingkai kacanya dengan dramatis, sok menangis. "Kasihan dia kalau sama aku, masa depannya masih panjang."

Hyunae hanya bisa mendengus.  walau Jae sering ia ejek dengan segala ejekan buruk rupa, tapi bagi Hyunae, Jae ini cowok baik-baik. Cowok mana yang mau menyelamatkan hyunae sebelum terjerumus di rumah bordil? Park Jaehyung.

Untuk berutang budi, rasanya Hyunae tidak sudi. Tapi, si Jae yang sudah ia anggap kakak sendiri ini memang lelaki baik-baik.

Dia yakin Jae juga akan dapat wanita baik-baik.

Tapi Jae menolaknya mentah-mentah dengan kata, "Kamu terlalu muda. Coba lagi kehidupan berikutnya."

Dasar sinting.

"KAK JAE!"

Memang panjang umur, orang yang dimaksud sudah datang. Menenteng tas dan merapikan jaket jeans yang dikenakannya. Tungkainya berjalan ke arah meja bar. Jae langsung komat-kamit tampak panik.

"Astaga, i told you not to come here! Kamu belum cukup umur!" hardik jae, lalu langsung berhadapan dengan si perempuan.

Nama gadis itu Risa, seumuran dengan Hyunae. Tidak tahu juga bagaimana ia bisa masuk klub malam dengan umur segitu, toh, sekarang banyak remaja yang masuk dengan mudahnya. Heran juga, Hyunae hanya bisa mengelus dada.

Ia disini untuk bekerja, bukan untuk berfoya-foya seperti mereka.

"Lagian, why are you so stubborn,  Risa!?" Jae terlihat pusing. "Bukannya sudah kubilang? beda umur kita terlalu jauh!"

Dan Hyunae menghela napas, adegan Jae dan Risa berkejar-kejaran seperti main kucing-kucingan ini sudah terlampau biasa. Bahkan terkadang, Hyunae ikut terhibur dan tertawa.

"Hyunae, bilangin dong, Abangmu ini!" Risa mulai terlihat kesal. "Dia keras kepala! Sudah kubilang juga, umur itu hanya angka!"

Dan hyunae hanya mengangguk-angguk. Tidak masalah, skenario berikutnya pasti Jae akan mengamuk lalu menyuruh Risa untuk pergi, tapi risa tidak mau dan terus mengintili. Lalu Hyunae akan mendengarkan curhatan panjang Risa tentang Jae dan muka ayamnya. Sudah biasa.

Hyunae bersiap untuk mengambil pesanan yang lain, sampai sebuah suara memanggilnya.

"Hyunae ...?"

Ia bergeming, berbalik dengan ekspresi bingung. Tapi kemudian terdiam total.

Park Jisung ...?

Beserta rombongannya?

Dan,

Na Jaemin?

Oh, shit.

new phone, who's dis?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

new phone, who's dis?

new phone, who's dis?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumor.✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang