7. Si tukang ngeluh

555 36 1
                                    

💐 Teman Hidup 💐

Akhir-akhir ini Ayra sering disibukan dengan banyaknya tugas kuliah yang tak pernah berhenti datang bergantian, sesekali ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan keras. Hal itu dilakukan berulang kali sehingga membuat Nadhira yang berada di hadapannya menatapnya dengan dahi berkerut heran.
"Ya udahlah Ra, nggak usah dikerja dulu. Istirahat aja!" kata Nadhira.
"Nanggung Dhir," kata Ayra.
"Aku capek lihat kamu dari tadi kayak orang asma, istirahat bentar juga nggak apa-apa. aku aja masih banyak gini kok," kata Nadhira, "heran deh sama itu dosen, ngasih tugas nggak tanggung-tanggung! bikin rangkuman paling sedikit 30 lembar kertas folio timbal balik. Itu semua lagi pada janjian apa gimana sih? tugasnya kok sama semua, suruh nulis tangan," gerutu Nadhira akhirnya.
"Nggak tau Dhir, pada kompakan semua nih." kata Ayra menimpali.
"Oh ya, besok udah mulai UAS ya Ra." kata Nadhira.
"Iya."

"Nanti libur kamu pulang Ra?" tanya Nadhira.
"Iya pulang, kemarinkan aku nggak sempat pulang Dhir karna istrinya Kak Randi lagi lahiran, jadi ya nggak pulang," kata Ayra seraya kembali menulis diatas kertas folio miliknya.

"Oh iya, kamu punya kakak ya disini, kenapa nggak tinggal dirumah kak Randi aja sih Ra? kenapa malah milih ngekos?"

"Mau mandiri aja," kata Ayra sekenanya.

Nadhira mengangguk iya, enggan kembali berkomentar. Diraihnya kembali kertas double folio kosong miliknya dan kembali mencatat rangkuman buku tebal dihadapannya.

"Ra, aku balik ya." Nadhira meraih semua kertas miliknya dan menyusunnya rapi diatas meja. Pekerjaannya baru saja usai sejak jarum jam menunjukkan angka 7 malam.
"Kamu nggak nginep Dhir?" tanya Ayra.
"Nggak deh. Lain kali aja ya." kata Nadhira disertai gelengan kecil.
"Kamu berani?" tanya Ayra kembali.
"Aku disusul Kak Dean," kata Nadhira.
"Kak Dean udah dibawah?" tanya Ayra seraya melongokan kepalanya kearah bawah pagar kamarnya.
"Tuh!" telunjuk Nadhira terarh kearah Tangga, dimana lelaki itu kini tengah berjalan kearahnya.

"Hay Ra," Sapa Dean ramah.
"Pulang dulu ya Ra," kata Nadhira.
"Iya, hati-hati dijalan ya. Anterin Dhira sampai selamat ya kak."
"Tenang aja, sahabatmu yang bawel ini akan selamat sampai tujuan," kata Dean diakhiri kekehan.
"Sip!" balas Ayra memberikan jempolnya kearah Dean.

Ayra tersenyum sendiri melihat Nadhira dan Dean yang kini mulai memasuki mobil milik Dean yang terparkir di halaman kossan.

****

Ayra berjalan tergesa-gesa menuju ruang kelasnya yang berada dilantai tiga, sesekali dirinya terlihat menyahuti lawan bicaranya di balik telfon genggam miliknya.

"Iya, ini masih mau jalan kearah tangga," sahut Ayra sembari berjalan cepat.
"Cepetan Ra! Bu Fika udah mau masuk," kata Nadhrina memperingati.
"Iya-iya. ini masih naik tangga pertama nih," kata Ayra kembali. Nafasnya sudah terdengar ngos-ngosan dari balik telfon itu.
"Ya udah cepetan, mumpung bu Fika masih diajak ngobrol sama pak Firman," kata Nadhira kembali.

Ayra memelankan langkahnya ketika ia baru saja tiba di depan pintu dan hendak masuk bersamaan dengan bu Fika.

"Pagi bu.." sapa Ayra dengan nafas tersenggal yang balas senyuman ramah sang dosen.

"Ra, sini duduk!"
"Capek Dhir," keluhnya dan menjatuhkan kepalanya kearah pundak Nadhira.
"Makanya jangan telat!" sindir Nadhira dengan ketus. Lalu digoyang-goyangkannya pundak Nadhira yang menjadi tempat sandaran Ayra.
"Duduk yang benar!" kata Nadhira kembali.

Tak lama perkuliahanpun dimulai, dan Ayra kembali fokus pada sang dosen yang tengah menerangkan materi tentang marketing mix.

Usai perkuliahan berakhir Ayra segera turun bersama Nadhira menuju kafe depan kampus.

Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang