17 jodoh

553 32 0
                                    

6 bulan kemudian..

Jodoh merupakan salah satu rahasia Illahi yang sering dipertanyakan oleh manusia. Banyak persepsi yang muncul jika sudah membahas soal jodoh. Beberapa orang menganggap bahwa jodoh adalah takdir dari sang Illahi, dimana Allah telah menetapkannya. Sedangkan disisi lainnya manusia beranggapan bahwa jodoh adalah pilihan, dimana manusia mampu menentukan pilihan jodohnya sendiri. Dalam Al-qur'an surah An Nur:26 telah dijelaskan,

"Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik."

Allah SWT telah menetapkan jodoh, rezeki, dan kematian kita dalam kitab Lauh Mahfudz. Namun bukan berarti kita tidak dapat memilih jodoh kita sendiri. Allah memberikan jalan bagi kita untuk memilih jodoh yang kita inginkan. Hanya saja jika kitq menginginkan jodoh yang baik untuk kita maka jadilah pribadi yang baik, begitu pula sebaliknya jika kita menjadi pribadi yang tidak baik, maka jangan mengharapkan jodoh yang baik, pada dasarnya jodoh adalah cerminan diri kita.

"Halo, Assalamualaikum." Ayra segera menjawab telfonnya ketika ponselnya menampakkan panggilan masuk dari ayahnya.
"Waalaikumusalam, sudah sampai nak?" tanya sang ayah dengan hangat.
"Iya ayah, Ayra sudah sampai. Baru aja Ayra keluar dari pesawat, dan ayah nelfon," kata Ayra.
"Nak, ayah nggak bisa jemput. Tapi ayah sudah menyuruh Zidan menjemputmu. Mungkin kakakmu sudah sampai dibandara," kata sang ayah.
"Iya yah, nggak apa-apa," ucap Ayra senang.
"Ya sudah kalau begitu Assalamualaikum."
"Waalaikumusalam, yah."

Ayra segera memasukkan ponselnya kedalam tas lalu menggeret koper coklat besar miliknya, berjalan keluar dari bandara dengan mata mengamati setiap lalu-lalang guna mencari keberadaan Zidan sang kakak.

"Ayra." Ayra menoleh ketika dirasa seseorang tengah menyebut namanya.
"Kak Zidan!" seru Ayra bersengat.
"Sudah besar aja adek kakak yang satu ini," ucap Zidan seraya mengusap jilbab biru Ayra.
"Iyalah, kan udah kuliah kak!" kata Ayra bangga.
"Udah lama sampainya?"
"Barusan kak, ayah juga tadi baru telfon dan bilang kalau kak Zidan yang jemput," kata Ayra.
"Ya sudah, ayo Ra!" ujar Zidan.

Ayra mengangguk lalu menginkuti langkah Zidan yang berjalan beriringan dengannya seraya menyeret koper miliknya.

Selama dalam perjalanan pulang menuju kerumahnya Ayra tak pernah berhenti berceloteh menceritakan keluh kesahnya selama menjadi mahasiswa rantau yang jauh dari keluarga.

Mobil melaju membelah jalanan yang begitu terik kala itu, Ayra menghakhiri ceritanya beberapa menit yang lalu. Merasa sepi Zidan kemudian menyalakan radio dan terdengarlah suara Afgan yang mulai mengalun menyanyikan lagu hits miliknya.

Sumpah tak ada lagi
Kesempatan untuk ku
Bisa bersamamu
Kini ku tau
Bagaimana cara ku
Untuk dapat terus denganmu..

"Skripsi gimana Ra?" suara Zidan kembali terdengar.
"Baru mau lanjut, kemarinkan baru aja selesai proposal. Aku mau tenangin pikiran dulu," jawab Ayra.
"Skripsi-nya cepat dikerjakan, jangan malas-malasan."
"Iya, " ucap Ayra.
"Ibu udah masak banyak buat nyambut kedatanganmu, sampai kayak orang hajatan masaknya!" ucap Zidan seraya menggelengkan kepalanya memingat sang ibu yang begitu heboh dan antusias memasak demi menyambut anak perempuan kesayangannya. Ayra terkekeh membayangkan bagaimana hebohnya sang ibu saat itu.

Mobil sudah berbelok dan memasuki pelataran rumah Ayra yang begitu asri. Dirinya segera turun dari mobil dan meninggalkan kopernya bersama Zidan ketika dilihatnya sang ibu sudah berdiri didepan teras rumah dengan senyuman hangatnya.

"Ibu.. Ayra kangen!" Ayra langsung memberikan pelukan erat. "Ayah juga!" timpal Ayra lalu memeluk sang ayah.

Zidan masih menurunkan koper milik Ayra dari bagasi mobil kemudian menyeretnya masuk kedalam rumah.

Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang