21 Jarak

510 36 5
                                    

☘️ Teman Hidup 🍀

Seperti malam-malam sebelumnya Ayra selalu menyiapkan makan malam di atas meja, menatanya dengan rapih lalu meninggalkannya kedalam kamar. Berharap Athaya mau memakannya walau sedikit saja. Tapi seperti pagi biasanya, makanan itu akan teronggok dan berakhir kedalam tempat sampah.

"Kak Athaya mau kemana?" Tanya Ayra ketika melihat lelaki itu sudah rapih di Minggu pagi hari ini.
"Ada urusan sama Rafa," jawab Athaya pendek.

Ayra mengangguk, lalu menyodorkannya segelas air putih dingin. Kebiasaan Athaya di pagi hari. Seminggu tinggal bersama Athaya, dengan status suami, istri membuat Ayra mulai terbiasa dengan kebiasaan lelaki itu.

"Terimakasih," diraihnya segelas air itu lalu diteguknya hingga habis.
"Nanti siang kak Athaya pulang?" Tanya Ayra.
"Kalau urusannya selesai, kenapa?"

Ayra menggeleng.

"Sarapan kak," Ayra menyodorkan sepiring nasi goreng diatas meja kehadapan Athaya.
"Saya buru-buru," ucapnya lalu beranjak ke arah kamar dan kemudian berlalu pergi.

Ayra kembali mendesah, menatap nanar nasi goreng buatannya diatas meja. Menarik salah satu kursi di meja makan, Ayra mulai menyantap sendiri nasi goreng miliknya. Usai menghabiskan makanannya Ayra beranjak kearah bak cuci piring, mencuci semua piring kotor disana, setelah itu ia beralih membersihkan ruang tengah, mengepel, menyapu, Ayra melakukan semuanya.

"Hufftt.. capek juga," Ayra menjatuhkan dirinya diatas sofa seraya merenggangkan otot-ototnya.

Melihat jam di dinding, Ayra bergegas ke kamarnya bersiap-siap menemui Sinta, kakak iparnya.

Mengirim pesan pada Athaya, Ayra tak berharap banyak, seperti biasanya tak ada balasan. Ayra yakin semua pesan-pesan miliknya hanya dibacanya tanpa mau repot membalasnya. Atau mungkin Athaya sama sekali tidak pernah membuka pesan-pesan darinya?

"Jangan buruk sangka Ayra, apalagi sama suami sendiri," gumamnya.

Ayra mengendarai motor miliknya dengan laju santai, memasuki kompleks perumahan Randy, Ayra segera memacu cepat kendaraan miliknya.

"Assalamualaikum, kak."

"Waalaikum salam, sini Ra."

Ayra mengikuti langkah Sinta dan duduk di sofa seraya memerhatikan sang keponakan yang sedang asik memakan biskuit.

"Gimana rasanya jadi istri?" Tanya Sinta diantara keheningan mereka berdua.

Ayra mengerutkan keningnya, "Aneh," tuturnya kemudian.
"Loh, kok aneh sih?" Tanya Sinta dengan heran.
"Hehehe.. nggak tahu ah," seru Ayra seraya berdiri, melangkah menuju dapur mengambil segelas air putih.
"Gimana Athaya?"

Ayra tersentak kaget, rupanya Sinta mengikutinya dan masih memberikan pertanyaan.
"Ya nggak gimana-gimana," jawab Ayra seadanya.

Merasa tak mendapat jawaban yang di inginkan nya Sinta mendesah pasrah.
"Hubungan kalian baik-baik aja kan dek?" Tanya Sinta kemudian.
"Baik,"

Menurutku

Sinta mengangguk mengerti lalu kembali kearah sofa, Prisila masih sibuk memakan biskuitnya di atas karpet bulu sementara wajahnya sudah belepotan dengan remah biskuit.

"Haduh, keponakan Tante kok makin embul ya?" Ayra mencolek pipi Prisila seraya terkekeh geli ketika balita itu terlihat kesal lantaran aktivitas nya terganggu.
"Aaa..." Prisila berteriak seraya mengajukan tangannya kearah Ayra.
Melihat hal itu Ayra semakin tertawa keras.
"Ayra, jangan di gangguin dong," seru Sinta.
"Abis lucu kak," ucap Ayra.

Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang