11 Nano-nano

431 33 0
                                    

Assalamualaikum.. aku datang lagi nih, sengaja ngepost sekarang buat nemenin sahur kalian sambil nunggu subuhan monggo dibaca 😁

Hayo-hayo.. siapa yang udah nunggu kelanjutan teman hidup?
nih..! aku bawain kelanjutannya biar nggak penasaran😀.

Oh ya, kemarin tuh aku nggak sengaja ngepost satu part, padahal kemarin aku cuma lagi benah-benahin part 14/15 kalau nggak salah, ehhh... malah kepencet publikasikan 😒 hadeh..  bener-bener deh. Ok dari pada banyak curhat terus kebablasan bukannya baca teman hidup malah baca curhatanku hahaha.. 😃 ini dia...


💐 Teman Hidup 💐

Cinta merupakan fitrah alami manusia dan tanpa keberadaan cinta, orang menyebutnya sebagai perasaan hampa. Cinta juga banyak memberikan inspirasi dan pengorbanan, akan tetapi cinta jugalah yang kadang membawa kesengsaraan bagi mereka yang merasakannya. Dalam kehidupan manusia cinta muncul dalam berbagai hal termasuk cinta kepada istri, anak, harta dan tahta dan sebagainya.

Nadhira melangkahkan kakinya dengan pelan, sesekali ia menoleh kearah Ayra yang masih tetap berada diambang pintu penghubung ruang tamu dengan ruang tengah.

"Ra," Nadhira memutar kembali langkahnya untuk mendekat pada Ayra.
"Hem..?" ucap Ayra.
"Kamu suka ya sama kak Athaya?" tanya Nadhira to the poin. Ayra tak menjawab pertanyaan yang Nadhira lontarkan padanya ia memilih diam.

Nadhira mengamati perubahan wajah Ayra. Kemudian gadis itu tertunduk dan segera mengalihkan kembali tatapannya.
"Iya?" desak Nadhira.
"Hem..?"
"Suka juga nggak apa-apa kok Ra," kata Nadhira memberi pengertian.
"Sana gih sholat, sudah mau iqomat," usir Ayra kembali.
"Ra, beneran kamu suka kak Athaya?" Nadhira kekeuh menanyakan kepastiannya.

Ayra menatap Nadhira yang masih menatapnya penuh harap. Ayra melirik sejenak kearah balik punnggung Nadhira. Disana terlihat Kakaknya Randy yang tengah duduk bersila bersama Rafasya di sampingnya, serta kakaknya Shinta, Aqila dan Sabrina yang berada di saf belakang.

Ayra mengangguk dengan senyum malu-malu. Wajahnya berubah merah saat itu juga.

"Jangan bilang siapa-siapa." Ayra menjedanya sejenak guna melihat Nadhira. Yang ditatap terlihat antusias dengan senyum menggoda miliknaya.

"Ya Allah... Ayra!" ujar Nadhira kembali yang menyedot perhatian. Nadhira terkekeh, kali ini ia lebih memelankan suaranya, "Aku kira selama ini kamu sukanya kak Rafa," kata Nadhira
"Aww.." pekik Nadhira.

Lagi-lagi suara pekikan Nadhira kembali mendapat perhatian membuat seluruhnya menaruh tatapan tersirat pada kedua gadis itu, tak ketinggalan Athaya yang juga sampai menoleh kearah keduanya.
Nadira meringis lantaran mendapat cubitan dibagian perutnya oleh Ayra.
"Sakit Ra," keluhnya.
"Biarin, janji ya jangan bilang siapa-siapa," ujar Ayra meminta persetujuan kembali.
"Iya."
"Sana gih, sudah di iqomatin," usir Ayra.

Nadhira segera beranjak dan mengatur saf sholatnya yqng kali ini berdampingan dengan Shabrina.

*****

Hari ini Ayra memuali aktifitasnya kembali menjadi seorang mahasiswa. Setelah dua minggu yang lalu ia tiba dari kampung halamannya.

Seperti biasa ia dan Nadhira sahabatnya sudah duduk manis di atas kursi menanti kedatangan sang dosen.

"Ra.."
"Kenapa Ta?" Ayra memutar tubuhnya ketika Genta memanggilnya. Lelaki itu menyodorkan dua bungkus permen yupi berbentuk hati kearahnya.
"Ambil," ujar Genta.
"Makasih Genta," ucap Ayra dengan senyuman tulus.
"Ta, lagi dong!" Nadhira kembali bersuara seraya menadahkan telapak tangannya pada Genta.
"Abis Dhir, lagian bukannya dari tadi lo udah makan banyak?"
"Kurang Ta.."
"Heran gue, itu badan kurus kayak sapu lidi tapi makannya nauzubillah.. banyaknya minta ampun," ujar Genta terheran-heran.
"Yee.. biasa aja dong, gue kan masih dalam tahap pertumbuhan, jadi wajar makannya banyak," ujar Nadhira tak amau kalah.
"Preettt... udah Abis Dhir, noh minta punyanya Ayra."
"Habis Dhir," ujar Ayra memperlihatkan dua bungkus kulit permen yupi bagiannya.

Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang