20 Peran baru

565 27 0
                                    

Aku balik lagi bawa kelanjutannya.. jarang-jarangkan aku updete cepet 😅 soalnya mendadak dapat ide dan semangat buat ngelanjutin 😁 yuk.. merapat, buat yang baru baca Teman hidup, selamat datang buat kalian 🤗

💐 Teman Hidup 💐

Ayra tersenyum kecut ketika beberapa sepupunya menggoda dirinya diatas pelaminan. Pagi tadi pernikahannya baru saja berlangsung, suara Athaya masih terngiang-ngiang dalam kepalanya. Suaranya lantang dan tegas, mengucap ijab qobul hanya dalam satu kali tarikan nafas.

"Sah, Ra!" Nadhira berseru senang.

Dipeluknya erat sang sahabat dengan perasaan membuncah, bahagia.
"Ayo, Ayra." Dinda segera menggiring sang sepupu menuju tempat ijab qobul di ikuti iring-iringan oleh para sepupu Ayra yang lainnya.

"Duduk Ra," bisik Mila memberi arahan.

Ayra mengangguk dan duduk dengan kikuk di samping Athaya.

"Tanda tangan buku nikahnya mbak," kata sang penghulu.

Ayra segera membubuhkan tanda tangannya keatas buku nikahnya.
"Bukunya diangkat mbak, Ok. Senyum, 1,2,3!"

"Nah, sekarang bukunya dibuka. Mbak nya mepet dikit dong, Mas nya juga. Ok, senyum tahan, 1,2,3!"

"Cincinya dipasangin Ra," sang ibu menyodorkan cincin pada Ayra.

"Dipasangnya pelan-pelan ya mbak, kita mau ambil fotonya."

Ayra mengangguk patuh.
"Ok, senyum. tahan, 1,2,3!"

"Sekarang gantian mas nya, Ok, tahan, senyum. 1,2,3!"

"Salim Ra," bisik sang ibu.

Ayra segera menyambut uluran tangan Athaya yang terasa begitu dingin.

"Eh, tahan dulu mbaknya. Kita ambil foto dulu," sela sang foto grapher.

Ayra bergerak kaku, kembali menerima uluran tangan Athaya.
"Ok, tahan. Senyum, 1,2,3!" seru sang foto grapher.

"Sekarang mas nya, di cium istrinya mas,"

Athaya menoleh, melirik sang foto grapher. Sadar akan tatapan mempelai pria, sang foto grapher segera bersuara. "Dikening mas."

Athaya mengangguk lalu mendekat kearah wajah Ayra, memberikan sebuah kecupan di keningnya.
"Ok, tahan. Senyum, 1,2,3!"

Ayra mengerjapkan matanya beberapa kali, mengingat kejadian tadi pagi benar-benar membuatnya merasa malu dan nervous.

"Ra, malah ngelamun. Nggak baik pengantin ngelamun di hari pertama jadi istri," tegur Lala.
"Teori dari mana itu La?" Dinda menimpali.
"Dari Lala sendiri kak," Lala terkikik sendiri mendengarnya.

Acara resepsi pernikahan mereka baru saja berakhir, suara riuh rendah para sepupu Ayra masih terdengar memenuhi isi kamarnya. sementara Nadhira dan Dinda sibuk melepaskan perintilan-perintilan kecil yang menghiasi jilbab Ayra.

"Pentulnya masukin kesini Dhir," Dinda menyodorkan kotak plastik bening pada Nadhira.

"Capek ya Ra?" tanya Nadhira.
"Iya, tangan aku rasanya pegel-pegel," jawab Ayra sembari tersenyum.

"Hey, sudah semuakan?" Mila kembali muncul dari balik pintu, mengejutkan mereka yang terlalu fokus membatu Ayra.
"Ayo keluar, ada Athaya diluar. Dia mau masuk tapi nggak enak sama kalian," ucap Mila seraya menggiring dayang-dayang dadakan Ayra.

"Loh? Ra, mau kemana?" Mila bertanya dengan bingung ketika melihat Ayra yang juga ikut berdiri ingin keluar.
"Keluar kak," jawabnya polos.

Mila terkekeh melihatnya disusul Dinda, Lala, dan Nadhira yang cekikikan dibelakang Mila.
"Eh, kamu nggak usah keluar. Didalam aja," ucap Mila.
"Jangan lupa layani Athaya dengan baik ya Ra," celetuk Dinda yang sukses membuat rona merah bak kepiting rebus pada wajah Ayra, hal itu tentu saja sukses mengundang tawa para perempuan muda itu.

Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang