15 Sahabat until jannah 2

504 36 6
                                    

Assalamualaikum..
Gimana kabarnya? mudah-mudahan baik-baik aja ya, aku udah update kelanjutan Teman hidup nih, buat nemenin hari minggu kalian.. Siapa yang udah nungguin kelanjutannya?
Semoga kalian suka ya sama part ini..

💐 Teman Hidup 💐

Ayra kembali menghela nafasnya mengeratkan genggaman tangannya pada Nadhira, mencoba saling menguatkan satu sama lain.

"Nanti aku mau kerumah sakit, siapa tahu ada kabar kalau Aqila udah sadar dari koma nya," ucap Nadhira penuh harap.
"Iya, kita kesana bareng. Tapi sekarang kita harus pulang dulu Dhir, nanti selepas sholat isya aku akan jemput kamu. Kita berangkat sama-sama," ujar Ayra yang segera di angguki Nadhira.

Nadhira menatap baju miliknya dan Ayra kini berwarna kecoklatan, darah segar siang tadi kini sudah mengering dibaju mereka.

Selepas sholat isya Ayra dan Nadhira segera menuju kerumah sakit. Langkah keduanya terhenti ketika mereka telah berada didepan ruang rawat inap Aqila. Fiya baru saja keluar dari sana menutup pintu lalu tersenyum pada Ayra dan Nadhira meski senyumnya terlihat redup saat ini.

"Kalian mau masuk?" tanyanya.
"Iya mbak," ucap Nadhira.
"Masuk gih, mbak tinggal dulu ke musholah."
"Iya mbak." ucap keduanya.

Nadhira menatap iba kondisi sang sahabat yang saat ini terkulai diatas ranjang, sesekali Nadhira akan mengajaknya berbicara menceritakan semua yang telah terjadi selama beberajam yang lalu.

"Cepat sadar ya Qil, biar kita bisa kumpul bareng lagi," ucap Nadhira.
"Hari ini sepi banget Qil, nggak ada kamu, nggak ada Sabrina, semua kayak mimpi Qil, " ucap Ayra.

Hening.

"Qil, udah malam kita pamit pulang ya," pamit Nadhira.

Hari ke 2

"Assalamualikum.."

"Kamu apa kabar Qil?" tanya Nadhira seraya menatap Aqila diatas ranjangnya.

"Tadi aku konsul proposal, tau nggak Qil, pembimbingku hari ini baik banget. Proposalku hari ini nggak banyak kritik, doa-in cepat acc ya Qil, kamu harus cepat bangun, supaya kita nanti bisa wisuda bareng."

Hening.

Nadhira menarik nafasnya. Membuka lembar Al-qur'an kemudian membacanya.

Hari ke 3

"Assalamualaikum.."

"Apa kabar Qil?" tanya Ayra.

Hening.

"Qil, hari ini Nadhira nggak bisa jenguk kamu. Dia lagi sakit, di kampus sepi banget Qil, nggak ada kamu, Sabrina, Nadhira, cepat bangun Qil."

Ayra mengusap air matanya yang terjatuh dengan cepat, kemudian beralih menatap ponsel miliknya membacakan surah yasin untuk Sang sahabat.

Hari ke 4

Seperti hari-hari sebelumnya, baik Nadhira dan Ayra datang menjenguknya mengajak bercerita walau mereka tahu Aqila tak akan bisa meresponnya.

Nadhira baru saja menutup Al-qur'aan miliknya, di ikuti oleh Ayra yang kemudian beranjak dari duduknya menuju jendela guna membuka horden disana.

"Qil, bangun dong." Suara Nadhira mulai bergetar di ikuti air matanya yang mengalir.
"Qil?" seru Ayra seraya menatap wajah Aqila yang mengeluarkan air mata. "Panggil dokter Dhir!"

Nadhira segera keluar memanggil dokter dan membiarkan dokter dan para perawat melakukan tindakan medis pada Aqila.

"Bagaimana keadaan adik saya dokter?" Athaya segera mengajukan pertanyaan ketika dokter itu baru saja keluar dari ruang rawat Aqila.

Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang