31 Sesal.2

620 54 23
                                    


☘️ TEMAN HIDUP ☘️


"Surat apa Ayra?" Suara bariton itu terdengar begitu dingin dan mengintimidasi.

Pandangan Randy kini tertuju pada genggaman tangan Ayra. Melangkah mendekat, diraihnya remasan kertas itu dari tangan Ayra.

"Kak," cegah Ayra. Namun Randy sama sekali tak menggubris perkataan Ayra, lelaki itu justru melanjutkan aksinya. Membacanya dengan penuh teliti.

Sementara itu, Athaya nampak terlihat kalang kabut dibuatnya. Lelaki itu sama sekali tak mampu berbuat banyak untuk saat ini. Wajah Athaya pias, seakan darah berhenti mengalir dari otaknya.

Tegang. Itulah yang saat ini tengah memenuhi perasaan Athaya dan Ayra saat ini. Melihat reaksi Randy yang sama sekali tak tertebak membuat keduanya semakin merasa was-was.

Diletakkannya kembali surat itu diatas meja, Randy melangkah keluar begitu saja dari dapur. Diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Kak," suara Athaya terdengar memecah keheningan.

Menoleh, Randy kembali memutar tubuhnya dan melangkah cepat kearah Athaya seraya melayangkan pukulan bertubi-tubi pada lelaki itu. Sumpah serapah yang selama ini tak pernah Ayra dengar keluar dari ucapan Randy, kini mengalir begitu saja di ikuti setiap pukulan yang berikan nya pada Athaya.

"Berengsek!"

"Bajingan!!"

"Shit!!"

"Saya memercayakan kamu untuk menjaga adik saya! Bukan untuk menyakitinya ataupun kamu rendahkan harga dirinya!!"

"Kak!!" Ayra berteriak histeris ketika melihat Randy yang berulang kali memukuli Athaya. Sementara itu, Fiya hanya diam. Perempuan itu sama sekali tak punya niatan untuk membantu Athaya lepas dari amukan Randy.

Teriakan histeris Ayra akhirnya mengundang para penghuni rumah, Halimah dan Galih berlari tergopoh-gopoh menghampiri mereka, sementara Pras, suami Fiya kini sibuk memisahkan keduanya.

"Ya Allah, Randy. Sudah!" Teriak Sinta melerai.

Namun Randy tak mengindahkan peringatan itu, ia tetap saja melayangkan tinjunya pada tubuh Athaya. Sesekali mendorong Pras yang terlihat memisahkan mereka.

"Sudah!! Ada apa ini?!!" Teriak Galih.

Athaya mengerang dibawah sana, meringkuk menahan sakit akibat pukulan bertubi-tubi yang berikan oleh Randy. Lelaki itu sama sekali tak membalas pukulan dari kakak iparnya itu, pun tak juga menghindari setiap pukulan yang Randy berikan.

Pras yang berulang kali terdorong hingga terjengkang, akhirnya memilih menjauh dan membiarkan keduanya terus melanjutkan pergulatan yang lebih dominasi oleh Randy.

"Kak, sudah," suara Ayra berubah menjadi rintihan ketika melihat Randy yang sama sekali tak punya niatan untuk melepaskan Athaya. Sementara Halimah berulang kali bertanya pada Fiya, namun tak mendapat jawaban atas pertanyaan itu.

"Kak.." Ayra mendekat. Menyentuh lengan Randy yang siap memberikan pelukan kembali pada Athaya. Suara tangis Ayra sudah tak terdengar lagi, hanya linangan air mata yang keluar terus tanpa henti.

Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang