Burhan memandangi flapon di kamar tidur kostnya ini. Lelaki ini berbaring sembari memikirkan hal yang akan mengganjal ketika Ranti menatap dirinya.
"Apa wajahku ini terlihat playboy..?" gumam Burhan dengan tangan memegangi wajahnya memeriksa struktur tulang maskulin miliknya.
"Aku rasa wajahku ini sangat sedap di pandang.." lanjut lelaki ini agak nelangsa. Bagaimana tidak nelangsa, baru ketemu wanita yang cantik itu saja ia nelangsa.
"Apa wanita ini alergi dengan seragamku? Setiap dia memandangku agak mengernyit dan takut..? Apa wanita itu takut dengan profesiku sebgai TNI?"
Burhan mengedumel sendirian di kamarnya. Lagu dari streo mengalun membuat Burhan tambah galau.
Saying I love you, Is not the words
I want to hear from you, It's not that I want you
Not to say But if you only knew
How easy..
It would be to show me how you feel
More than words...
Is all you have to do too make it real
Then you wouldn't have to say
That you love me Cos I'd already knowLagu lawas yang di nyanyikan versi Westlife ini ada di list lagu kesukaan Burhan. Maklum anak tahun 90an, jadi dulu mengandrungi semua lagu dari grup band tersebut. Mulut Burhan mengikuti lagu tersebut sampai akhirnya tertidur dengan suara streo musik masih mengalunkan lagu Westlife berjudul 'Mandy'.
***
Hari minggu,
Ranti dengan aktivitas seperti biasa, membuka toko rotinya, berbenah, melihat list mau suplay roti mana yang sudah habis. Roti isi keju, taburan abon, isi coklat, cupcake, sosis, dll. Sungguh sangat padat, tapi menyenangkan, Ranti bisa belajar langsung dari sang baker, akang Saiful, lelaki berusia 35 tahun yang juga merupakan trainner jika ada pihak yang mau menyewa jasanya untuk mengajar. Ranti sudah lumayan mahir dalam membuat roti. Roti sederhana tentunya. Ia sebagai owner tidak mau hanya berpangku tangan dari hasil kerja para staffnya, ia akan terjun secara langsung sehingga bisa mengetahu bagaimana mereka juga bersusah payah dalam bekerja.
"Teteh.. biar akang saja yang mengangkat roti itu, oven itu sangat panas. Teteh ikut finishing saja.." ucap akang Saiful sangat pengertian pada ownernya ini. Lelaki ini sudah berkeluarga dan mempunyai satu orang anak laki-laki berusia 3 tahun.
"Tidak apa-apa kang, saya juga ingin membantu, toh Lidya lagi sibuk juga.." balas Ranti pada Saiful. Lidya seorang wanita yang handal di bagian pastry, wanita ini bisa bekerja sama dengan akang Saiful sehingga bakery ini bertambah dalam variasi roti juga cake.
"Iya teteh.. nanti tangan teteh melepuh.." Lidya ikut melarang Ranti untuk mengangkat roti dari oven.
Ranti menarik napas panjang. "Baiklah, saya akan bantu finishing saja, kalian ini tidak mau di bantu.." ucap Ranti dengan agak manyun. Saiful dan Lidya tersenyum samar karena sang owner merajuk.
"Bukan begitu teteh, nanti kalau melepuh, jari teteh tidak cantik lagi.. mana tahu kan di depan ada lelaki kece makan cake atau minum es buah dan teteh harus melayani di bagian kasir..?" ucap Lidya sambil terkikik genit.
Pipi Ranti bersemu merah, wanita ini melempar satu buah cery ke arah Lidya dan langsung di tangkap wanita itu kemudian di masukkan ke dalam mulutnya sambil menyeringai pada Ranti.
"Dasar gelo..?" rutuk Ranti sambil berlalu dari tempat produksi roti yang ruangannya hangat lantaran ada oven pemanggang roti.
Saiful terkekeh mendengar rutukan Ranti. Lidya menyeringai geli karena bosnya ini keki.
Ranti berderap menuju ke arah kasir dan melihat kalau Ayu, si kasir sedang sibuk melayani customer yang membayar. Ia lalu mengambil alih untuk bagian pembungkusan dan penyerahan pesanan kepada customer.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALADA CINTA KAPTEN BURHAN {Geng Rempong: 10}
Roman d'amourSeorang lelaki, abdi negara, Burhan Cahyadi Arifin. Tampan, mempesona, membuat para wanita klepek-klepek karena wajah juga pekerjaan lelaki ini masih dipandang sangat layak bagi kaum hawa. Ranti Wulandari Budiman, wanita yang membuka usaha bakery. C...