Burhan baru saja selesai makan malam sendirian. Nasi sih ia langsung colok saja di rice cooker. Untuk urusan sayur dan lauknya, ia bisa beli atau terkadang menceplok telor saja. Di sisi lain, terkadang ketika Burhan membeli sayur dan lauk untuk makannya di warung makan ujung rumah kostnya ini. Sang ibu, pemilik warung memberikan lebih untuk Burhan.
"Tapi bu..?" Burhan berusaha menolak pemberian ibu tersebut.
"Tidak usah tapi-tapian jang.. Ini mah memang ada lebih.. Kamu kan harus sehat terus.." ucap ibu itu dengan seorang anak gadis tersenyum manis pada Burhan seolah mengisyaratkan 'ambil saja kang.. kan rezeki juga. Terus, aku juga boleh kok di ambil kalau mau'
Burhan mendengus mau terbatuk ketika gadis itu menatap Burhan dengan penuh perhitungan. Burhan membayar untuk sayur dan lauknya kemudian langsung cabut dari warung nasi dan berderap cepat ke arah rumahnya meninggalkan tatapan sang ibu pemilik warung dan anak gadisnya mendesah melihat punggung belakang Burhan.
"Aduh ibu.. kasep pisan akang Burhan.. " ucap si gadis sambil menerawang entah kemana.
"Iya nak.. itulah.. ibu selalu melebihkan sayur dan lauk untuk lelaki itu, biar dia betah beli di warung kita dan kamu bisa melihat lelaki itu ketika ke sini. Kamu sebaiknya agak gimana gitu ketika ada Burhan. Mana tahu kan lelaki itu kecantol dengan kamu nak. Bayangkan kalau kamu jadi istri lelaki itu. Widih.. orang di sini akan membicarakan keluarga kita karena kamu bisa menjadi ibu persit.." celoteh sang ibu.
Kedua orang ini sibuk bercakap sambil membereskan isi warung mereka ketika Burhan sudah sampai di rumahnya sendiri.
Burhan duduk dengan santai, menonton acara TV. Tak lama kemudian, handphonenya berbunyi. Burhan melihat nama Tony di layar handphonenya.
"Halo..?" ucap Burhan sangat senang karena temannya menelpon dirinya.
"Iya Ton.. apa kabar bro..?" suara Amran terdengar sangat senang juga.
"Baiklah bro.. kamu sendiri..?" tanya Burhan. Tony menjawab baik juga di seberang telepon. "Ada apa Ton.. kamu sedang tidak sibuk ya sekarang..? Biasanya kamu sibuk..?"
"Hmm.. aku kira kamu yang sibuk, soalnya aku berusaha menghubungi kamu 2 hari yang lalu tidak bisa. Kamu ada di belantara mana bro..?" tanya Tony agak keki.
Burhan terkekeh mendengar Tony keki.
"Yaaahhh.. dia malah tertawa." semprot Tony pada Burhan.
"Iya-iya.. maaf.. aku lagi melatih para prajurit di hutan. Mana bisa pegang handphone. Pegang handphone pun tidak bisa di gunakan karena harus pelatihan." balas Burhan kalem.
Terdengar tarikan napas Tony. "Baiklah.. aku mau menyampaikan pesan dari ayah mertuaku kalau kamu harus ikut ke acara makan malam besok di sana. Aku tidak tahu kenapa ayahku tiba-tiba mengundang kamu." ucap Tony agak bingung juga. Sebenarnya sih tidak masalah ayahnya mau mengundang Burhan, hanya saja dirinya dengan Burhan saja tidak terlalu dekat. Kalau Amran dan Burhan nah itu baru dekat batin Tony penasaran.
Burhan mengernyit, kenapa ayah mertunya Tony mengundang dirinya turut serta untuk makan malam keluarga. Ia tidak terlalu mengenal ayah mertua Tony ini.
"Halo.. apa kamu masih ada di sana Bur.. Istriku sudah rewel nih. Aku tidak mau di merajuk lantaran aku belum bisa menelpon kamu.." lanjut Tony geram di ujung telepon.
"Iya maaf bro Tony. Aku akan datang besok malam. Kebetulan besok aku tidak ada kerjaan.." balas Burhan cepat.
"Oke bro.. kami tunggu besok malam.." terdengar suara seorang wanita berteriak memanggil seorang anak agar tidak berlarian karena sudah waktunya tidur malam. "Hehe.. maaf bro.. biasalah.. Trang lagi pelatihan militer di sini.. Sudah ya..Bye.." ucap Tony lalu menutup telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALADA CINTA KAPTEN BURHAN {Geng Rempong: 10}
RomanceSeorang lelaki, abdi negara, Burhan Cahyadi Arifin. Tampan, mempesona, membuat para wanita klepek-klepek karena wajah juga pekerjaan lelaki ini masih dipandang sangat layak bagi kaum hawa. Ranti Wulandari Budiman, wanita yang membuka usaha bakery. C...