Lahiran

5.5K 165 12
                                    

Minggu fajar rumahnya pak Budiman di kagetkan suara Burhan yang berteriak memanggil dokter Puspa dari koridor ruangan atas.

Dengan tergesa, dokter Puspa turun dari tempat tidur di jam 4 pagi itu.

"Ada apa nak..? Apa Ranti sakit..?" suara dokter Puspa terdengar khawatir, apalagi melihat wajah pucat Burhan.

"Hmm.. anu bu.. itu.. Kitty sepertinya kontrakasi..?" balas Burhan cepat.

"Cucu ibu ternyata sudah mau lahir tanpa menunggu lagi.. " ujar dokter Puspa dengan bahagia. "Ayo nak..  ibu akan menyiapkan semua peralatan di kamar bersalin.." ajak dokter Puspa kepada Burhan.

Rumah ayahnya Ranti ini memang sudah di buatkan ruang khusus untuk proses melahirkan Ranti tanpa harus ke rumah sakit. Peralatan yang ada sudah memenuhi standar melahirkan semuanya.

Burhan mengangguk, membiarkan dokter Puspa menyiapkan peralatan sementara dirinya berlarian lagi ke arah kamar tidur istrinya untuk membawa kekasihnya itu ke kamar bersalin.

"Kitty.. sabarlah sayangku..?" ucap Burhan masih dengan wajah memucat.

"Iya Aa.. jangan khawatir.. " Ranti sangat kasian melihat suaminya ini pucat seperti mayat padahal ia hanya ingin melahirkan.

Burhan diam, wajahnya yang pucat mengeras.

"Aku tidak akan membiarkan kamu kesakitan Kitty.." desis Burhan dengan lembut mengendong istrinya itu.

"Kan Aa memang menyakiti saya.. " jawab Ranti enteng. Kemudian, Ranti mengaduh karena kontraksi kembali datang.

"Kitty..?!" suara Burhan agak sedikit berteriak membuat Ranti semakin mengerang.

Burhan bergerak cepat ke kamar bersalin yang dekat dengan kamar ibu mertuanya itu.

Dokter Puspa tersenyum melihat anaknya yang mau tertawa melihat sang suami memucat.

"Ibu.. ibu.. Kitty kesakitan.. " ujar Burhan menurunkan Ranti ke ranjang bersalin.

"Tenanglah nak.. ini proses yang sudah sesuai prosedur ketika seorang wanita ingin melahirkan.." balas dokter Puspa lembut tapi Burhan masih terlihat khawatir.

"Kitty.. tenang saja.. aku akan menemani kamu di sini sampai bayi kita lahir.." ujar Burhan sembari mengusap-usap kepala istrinya yang lembab akibat berkeringat.

Ranti hanya bisa menganggukkan kepalanya saja.

Dokter Puspa menyiapkan semuanya dengan cekatan. Wanita ini memerintahkan Burhan untuk mencuci tangannya sebelum membantu dirinya memegangi Ranti.

Burhan menurut atas perintah ibu mertuanya. Dengan kaki yang tiba-tiba gemetaran karena takut melakukan kesalahan ketika istrinya ini mau melahirkan anaknya. Jantung Burhan sudah berdetak dengan kencang. Ia seorang abdi negara yang tidak pernah takut menghadapi semuanya. Tapi, di saat istrinya ini mau melahirkan, ia ingin sekali pingsan seperti orang yang kurang ketenangan diri.

Terdengar dokter Puspa menginstruksikan Ranti untuk bernapas sesuai dengan ajaran wanita itu. Burhan bergegas mendekati istrinya lagi untuk memegangi kedua tangan kekasihnya itu di atas kepala.

"Iya nak.. betul seperti itu.. nanti kita tunggu sampai pembukaannya sempurna.. kamu sangat pintar sayangku." puji dokter Puspa pada Ranti.

Proses persalinan berjalan lancar, dokter Puspa sangat tenang berbeda dengan Burhan yang ikutan meringgis dan ketakutan melihat istrinya mengejang kesakitan.

Dengan tangisan yang kuat sang bayi menghirup udara di dunia ini. Burhan mencium kening istrinya berulang-ulang dengan terharu. Ranti sesegukan karena mendengar bayinya telah lahir.

BALADA CINTA KAPTEN BURHAN {Geng Rempong: 10}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang