Pernikahan

3.6K 161 3
                                    

Ranti sudah siuman dari pingsan yang wanita ini dapatkan ketika tertembak pistol dari Ayu. Paha kiri Ranti terasa agak nyeri tapi untungnya tidak terjadi sesuatu yang serius. Lain halnya dengan Ayu, wanita itu sekarang di pindahkan ke rumah sakit supaya penanganan dapat lebih intesif karena tidak mungkin kan Ayu harus di rawat di rumah dokter Puspa. Pihak kepolisian, Dimas yang sudah ada di tempat juga menerima laporan dari Ranti dan Tri mengenai peristiwa penembakan yang di lakukan oleh Ayu.

Ranti dan Tri sih berusaha membela diri mereka dengan merebut pistol dari tangan Ayu yang ternyata meletus di dekat paha kiri Ranti dan letusan  kedua berbelok ke arah perut samping Ayu.

Dimas langsung permisi untuk kembali ke kantor polisi membuat laporan tersebut. Tony membawa Tri kembali ke rumah mereka sendiri setelah di perintah oleh dokter Puspa. Burhan masih berada di rumah itu, ayahnya Ranti pulang dengan wajah cemas karena menerima kabar anak gadisnya tertembak.

"Nak.. sebaiknya secepatnya untuk mengurus berkas pernikahan kalian, bapak khawatir kalau Ranti tidak di jaga ada hal lain yang menganggu." ucap pak Budiman tegas tapi lembut.

Burhan merasa pipinya panas. Ia sih mau saja menikahi Ranti secepatnya biar arrow tidak galau lagi sepanjangan. 

"Berkas sudah masuk pak, cutiku juga sudah di setujui. Hmm.. urusan yang lain juga kelar. Namun, aku ingin Ranti lebih santai menghadapi pernikahan kami ini. Kalau di percepat takutnya Ranti malah gugup.." jawab Burhan santun padahal yang gugup dirinya kalau seranjang dengan Ranti dengan cepat. Takut untuk tidak bisa mengendalikan diri padahal ia seorang komando yang selalu bisa menahan sikap dan diri dengan baik.

"Hmm.. baiklah nak, atur sebaik mungkin. Jika kamu butuh apa-apa bilang sama ayah dan jangan sungkan-sungkan, toh, ayah akan menjadi ayah kamu juga." ujar pak Budiman dengan penuh pengertian pada Burhan.

Burhan paham maksud calon ayah mertuanya itu. Kalau perihal biaya pernikahan mah, Burhan sudah menabung dari dari sekitar umur 23 tahun. Dan sekarang umurnya sudah 29 tahun. Dalam rentang 6 tahun, tabungan masa depan untuk pernikahannya sudah lebih dari cukup. Ia sih menabung dalam bentuk emas supaya bisa dengan mudah di gunakan jika perlu. Dan, harga emas itu setiap tahun akan naik, kalaupun turun tidak terlalu jauh.

"Baiklah pak, terima kasih atas pengertiannya.." balas Burhan dengan bahagia karena memiliki calon ayah mertua yang baik seperti pak Budiman ini.

Dokter Puspa turun dari tangga dan mendekati ruang keluarga tempat Burhan dan pak Budiman sedang bercakap-cakap.

"Nak.. Ranti memanggil kamu tuh.." ucap dokter Puspa lembut pada Burhan.

Wanita ini terlihat agak lelah, pak Budiman berdiri dan memegangi lengan istrinya dan menuntun wanita yang masih cantik itu untuk duduk di sofa.

"Hmm..?" Burhan agak tidak enak harus naik ke kamar Ranti karena tidak ada yang menemani. Lelaki ini memang tidak sembarangan saja kalau urusan beginian. Calon suami sih boleh saja, tapi kalau urusan ke kamar takut kebablasan.

"Ke sana saja nak, ada keponakan mbok Inem yang menjaga Ranti di atas.." lanjut dokter Puspa yang agaknya tahu keberatan Burhan untuk naik sendirian.

"Iya.. baiklah bu.." jawab Burhan lalu permisi untuk ke kamar Ranti.

Langkah kaki Burhan bergerak cepat, ia sih sebenarnya ingin berlari tapi di tahan karena ini rumah orang lain bukan hutan ataupun area latihan para komando.

Burhan mengetuk pintu kamar Ranti sesampainya di depan kamar tidur wanita itu.

"Masuk..?!" teriak Ranti dari dalam.

Burhan masuk dan melihat Ranti yang sedang berbaring dengan punggung bersandarkan bantal-bantal sehingga tidak terlalu capek.

"Hmm.. teteh.. saya permisi ke ruangan teteh Ranti dulu ya, tadi Jabir meninggalkan bantal kesayangannya dan harus saya simpan supaya di ambil sopir teteh Ranti nanti.." ucap keponakan mbok Inem pada Ranti.

BALADA CINTA KAPTEN BURHAN {Geng Rempong: 10}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang