Ranti agak termenung di meja kasir. Wanita ini terlihat memikirkan seseorang. Khususnya seorang lelaki yang telah mengantarkan dirinya pulang ketika selesai melihat dokter Benny membuka perban. Ranti mendesah agak keras lalu mau melanjutkan pemeriksaan pada pembukuan Wulan Bakery ketika pintu berdenting dan sosok seorang lelaki masuk, tersenyum manis ke arah Ranti membuat wanita ini gugup.
"Hai.." ucap lelaki itu dengan penuh pesona dan mengenakan seragam yang bisa membuat wanita meleleh.
"Eh.. iya pak Dimas..? Silahkan.. mari duduk dulu.." jawab Ranti agak gugup karena kedatangan sang pak polisi caem asal kota pempek ini.
Dimas tersenyum sopan lalu menarik kursi dan duduk di meja pelanggan. Kemudian, Ranti ikutan duduk di seberang Dimas.
"Apa kabar teteh..?" tanya Dimas sopan pada Ranti.
"Baik.." balas Ranti singkat.
Dimas lalu memperhatikan sekeliling isi Wulan Bakery. Ada dua pasangan muda yang sedang duduk sambil melihat sesuatu di laptop mereka. Kemudian, ada staff Ranti yang lain sedang bekerja.
Dimas agak memajukan kursinya, meletakkan kedua lengannya di atas meja lalu berbisik pada Ranti, "Begini teteh.. aku hanya ingin memberikan shock terapi pada pelaku kejahatan waktu itu. Kemungkinan di antara staff teteh ini sekarang memperhatikan kita dan di dalam hatinya jadi agak berdebar-debar dan juga mungkin sudah menyiapkan siasat baru. Aku sudah konsultasi dengan bro Tony kalau masalah ini harus segera selesai. Nanti akan kita bahas lagi besok."
"Aku hanya ingin teteh berhati-hati. Sebaiknya menginaplah dulu di rumah ayah teteh atau rumah bro Tony seminggu ke depan. Kami akan meringkus orang ini dalam waktu seminggu.."
Ranti jadi merinding, wanita ini juga terlihat agak pucat mendengar ucapan Dimas. Ia sih sebenarnya tidak takut dengan para staffnya, hanya saja yang akan ia hadapain nanti mungkin orang punya penyakit jiwa karena dengan sengaja menghancurkan tempat usahanya ini.
"Teteh tenanglah sedikit, jangan terlihat khawatir.. Kami akan mengawasi Wulan Bakery secara intensif.." lanjut Dimas dengan suara tenang.
Ranti mengangguk pelan, wanita ini baru mau menjawab ketika bunyi berdenting terdengar lagi dan seorang lelaki tegap masuk.
Lelaki ini langsung menarik kursi dan duduk di samping Ranti membuat Dimas agak terkejut dan Ranti terkesiap.
"Aa..?"
Burhan tidak menjawab Ranti, lelaki ini memandangi Dimas yang sekarang memandangi dirinya. Well, keduanya jadi saling pandang.
Ranti merasakan aura persaingan di antara keduanya. Dimas dan Burhan saling memperhatikan dengan mata tajam mereka.
OMG. Ranti menjulurkan tangannya dan menusuk lengan keras Burhan dengan jarinya agar lelaki itu fokus dengan dirinya tidak ke arah Dimas saja.
"Kitty..?!" Burhan mengeram karena Ranti menganggu perang matanya dengan lelaki yang mengenakan seragam berwarna coklat di depannya itu.
"Aaa..?" bisik Ranti agak mendekati Burhan, napasnya berhembus di dekat pundak Burhan membuat lelaki itu jadi agak cemberut dan Ranti gemas melihat Burhan.
"Apa kamu sedang bermesraan dengan cang tanah di sini..?" tanya Burhan tanpa peduli Dimas mendengarkan ucapannya dan agak meradang.
"Aa..?!" Ranti berseru ngeri dan melotot seakan ingin menusuk Burhan dengan garpu karena sudah menuduhnya seperti itu. "Saya mah lagi berdiskusi.." lanjut Ranti sebal pada Burhan.
"Berdiskusi..?" tanya Burhan penasaran tapi tidak mengendurkan aura cemburu karena melihat Ranti dengan lelaki di sebarangnya itu.
"Iya.. kami berdiskusi.." Dimas yang berkata dengan tegas membuat Burhan melotot pada lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALADA CINTA KAPTEN BURHAN {Geng Rempong: 10}
RomanceSeorang lelaki, abdi negara, Burhan Cahyadi Arifin. Tampan, mempesona, membuat para wanita klepek-klepek karena wajah juga pekerjaan lelaki ini masih dipandang sangat layak bagi kaum hawa. Ranti Wulandari Budiman, wanita yang membuka usaha bakery. C...