Tiga hari setelah di rumah sakit, Ranti pulang ke rumah ayahnya. Ia di jaga ibunya ketika pagi hari, sedangkan di sore hari ada Nandini yang membantu Ranti ketika butuh sesuatu.
Ranti masih terlihat agak lesu, wajah wanita ini yang masih sedih. Ranti merindukan suaminya yang katanya akan pulang karena masa tugas lelaki itu sudah selesai. Ini sudah satu bulan berlalu, tapi suaminya belum pulang juga.
Ranti menarik napas resah, ia tidak tahu di mana harus mencari informasi tentang suaminya. Ia cuma di berikan informasi kalau suaminya memang sudah selesai untuk masa tugasnya dan kemungkinan sebentar lagi pulang. Ayahnya Ranti yang mendapatkan informasi terbaru tentang menantunya itu kemudian di sampaikan kepada anak perempuannya.
"Tenanglah nak, Burhan sebentar lagi pulang..." ujar pak Budiman di kamar anaknya itu ketika lelaki tersebut mengunjungi Ranti.
Ranti mengangguk pelan. Mata wanita ini sudah berkaca-kaca.
Pak Budiman mengusap-usap kepala anak perempuannya dengan lembut.
"Shh.. ayah ada di sini nak. Keluarga kamu semuanya ada... Ingatlah nak, kamu istri seorang abdi negara sekarang. Harus lebih bisa menahan diri. Kamu kuat..." bisik pak Budiman dengan suara terharu.
Ranti memeluk ayahnya. Menangis dalam diam. Pak Budiman membalas pelukan anaknya dengan elusan lembut di rambut dan punggung belakangannya.
Nandini mengamati saja Ranti dan ayah wanita itu. Wanita ini menyiapkan obat untuk di minum Ranti. Jam di dinding menunjukkan pukul 8 malam.
Sebentar lagi tugasnya selesai. Ia bisa pulang dan istirahat serta menemani putranya tidur.
"Ayah ingin kamu istirahat ya nak, ada Nandini yang mau memberikan kamu obat.. " ujar pak Budiman pada anaknya. Lalu, menoleh ke arah Nandini yang sudah siap dengan nampan berisi obat.
"Baiklah ayah.. Selamat malam.." jawab Ranti lembut.
Pak Budiman mengecup dahi anaknya lalu tersenyum ke arah Nandini dan berlalu dari kamar tidur anaknya.
"Ayo teteh.. minum obatnya.. setelah ini teteh istirahat.. " ajak Nandini pada Ranti.
Ranti mengangguk paham. Minum obat yang di siapkan Nandini.
"Apa kamu sudah bersuami..?" tanya Ranti pada Nandini.
Nandini terdiam mendengar pertanyaan Ranti. Kemudian, wanita ini menjawab, "Sudah teteh, tapi dulu.."
Ranti terkesiap, merasa tidak enak pada pertanyaan yang ia lontarkan.
"Maafkan saya Din.. saya hanya teringat suami. Saya juga tidak tahu kalau kamu pernah mempunyai suami..?" suara Ranti terdengar menyesal.
"Tidak apa-apa teteh, saya sudah bercerai dia.. Saya sekarang hidup demi membahagiakan anak lelaki saya.. " balas Nandini dengan suara bahagia ketika mengingat anak lelakinya yang berusia 1,5 tahun.
Ranti jadi sedih lagi ketika Nandini mengucapkan anak lelaki. Nandini agaknya sadar dengan ucapannya itu.
"Maafkan saya teteh.. saya tidak bermaksud untuk.. hmm.. mengingatkan teteh.. "Nandini jadi bingung.
"Tidak apa-apa Din.. mungkin nanti saya ada rezeki lain untuk anak.." gumam Ranti dengan suara lemah dan mengantuk.
Nandini memperbaiki letak selimut dan bantal untuk Ranti. Membiarkan Ranti untuk tidur, kemudian mematikan lampu utama dan menyisakan lampu tidur saja.
"Selamat istirahat teteh.. " bisik Nandini.
Nandini bangkit dari tempat tidur Ranti, menjauh dari kamar tidur wanita itu untuk permisi pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALADA CINTA KAPTEN BURHAN {Geng Rempong: 10}
RomansSeorang lelaki, abdi negara, Burhan Cahyadi Arifin. Tampan, mempesona, membuat para wanita klepek-klepek karena wajah juga pekerjaan lelaki ini masih dipandang sangat layak bagi kaum hawa. Ranti Wulandari Budiman, wanita yang membuka usaha bakery. C...