Setelah kakak menelpon gantian ibunya yang menelpon menanyakan aktivitas sehari-hari wanita ini.
Ibunya Ranti mengatakan kalau ada waktu main saja ke rumah untuk menghilangkan rasa kesepian. Atau tidur di rumahnya sendiri jika di landa rindu kepada sang suami.
Ranti yang tidak biasanya mempunyai perasaan galau jadi tidak karuan sekarang. Ia tidak tahu apakah itu rasa cinta, tapi yang pasti ia sayang kepada suaminya itu. Ia tidak pernah mengungkapkan perasaannya pada Burhan. Suaminya yang selalu berkata mencintai dirinya ketika mereka terlibat permainan cinta yang memabukkan.
Air mata di sudut mata Ranti mengalir, ia mematikan televisi di kamar tidurnya itu. Rumah dinas ini berukuran kecil, satu kamar tidur, satu ruangan tamu, dapur merangkap kamar mandi. Tapi, ada taman belakang sepetak untuk menanam tanaman dapur. Suara hujan bergemuruh di atas atap rumah yang terbuat dari seng membuat Ranti terkejut. Wanita ini menarik bantal guling dan memeluk bantal itu seperti berpegangan untuk hidup.
"Semoga Aa baik-baik saja di sana.. " bisik Ranti sembari berdoa untuk keselamatan suaminya.
Malam yang dingin menyelimuti wanita cantik di rumah dinas tersebut. Suara hujan yang deras masih terdengar membuat simponi untuk Ranti. Hujan itu ternyata menenangkan Ranti walaupun atap rumahnya bergetar lantaran kucuran yang kuat. Wanita ini tertidur dengan sang hujan menemani.
***
Hari berganti hari, Ranti mulai bisa mengontrol dirinya secara baik. Pagi sampai sore ia ada di Wulan Bakery, setelah jam 5 sore, Ranti duluan pulang ke rumah dinas. Setiap hari ia lakoni urusan toko dengan tenang, walaupun di dalam hatinya sedang tidak tenang. Apalagi, tubuhnya merasa ada yang tidak beres. Ia sih belum membeli test pack untuk dirinya. Ia hanya berpikir mungkin dirinya kelelahan saja.
Memang sih hanya di perlukan satu berudu saja untuk bisa membuat dirinya hamil. Dan, itupun ia sendiri yang meminta kepada suaminya sebelum pergi bertugas untuk memberikan apa yang ia minta. Seorang anak atau lebih. Suaminya sih dengan bersemangat mengerjakan perintah darinya sampai-sampai harus minum jamu untuk kebugaran tubuh. Suaminya Ranti sih tahu kondisi tubuhnya itu prima. Bagaimana tidak prima, Burhan setiap pagi maraton bahkan pernah 'menyeret' Ranti untuk ikutan di hari terakhir lelaki itu di rumah.
Ranti tersenyum menggingat kegiatan maraton tersebut. Dilakukan di waktu fajar dan berakhir di kamar mandi karena Ranti mengusili suaminya yang berkeringat lantaran berlarian.
Ranti memegangi perutnya yang masih datar. Jam di dinding menunjukkan pukul 4 sore. Ranti mau siap-siap pulang. Wanita ini membereskan laporan pemasukan untuk Wulan Bakery. Di karenakan Ayu sudah tidak ada, Ranti mempekerjakan staff baru. Ranti lebih selektif memilih staff. Ia sampai meminta bantuan kakak iparnya untuk menyelidiki terlebih dahulu latar belakang staff yang melamar.
Semua staff yang ada sih menyanyangkan perbuatan Ayu yang sangat jahat kepada Ranti. Mereka jadi menerima juga rasa khawatir karena sang owner sakit waktu itu.
Ranti keluar dari Wulan Bakery menuju mobilnya yang berwarna merah. Wanita ini terlihat agak pucat. Ranti sudah mengendarai mobilnya, ketika dokter Benny dan seorang wanita terlihat memasuki toko roti tersebut.
Mata Ranti agak kunang-kunang. Kepalanya juga jadi muyeng. Wanita ini seolah tidak sanggup kembali ke rumah dinas. Mobilnya jadi terlihat tidak stabil ketika di kemudikan. Wanita ini kemudian membelokkan mobilnya ke arah rumah ayahnya.
"Kenapa kepalaku jadi muyeng seperti ini..?" bisik Ranti seolah tidak tahan untuk segera berbaring di tempat tidur.
Dengan tangan agak gemetaran, Ranti menekan tombol dial untuk menelpon rumah ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALADA CINTA KAPTEN BURHAN {Geng Rempong: 10}
RomantizmSeorang lelaki, abdi negara, Burhan Cahyadi Arifin. Tampan, mempesona, membuat para wanita klepek-klepek karena wajah juga pekerjaan lelaki ini masih dipandang sangat layak bagi kaum hawa. Ranti Wulandari Budiman, wanita yang membuka usaha bakery. C...