Ranti memegangi kantong plastik ketika rasa mual mengaduk-aduk perutnya. Wanita ini akhirnya menyerah pada rasa sakit di perutnya itu. Muntah dengan suara mengerikan membuat Taufik khawatir.
"Teteh..?"
Ranti bergidik karena rasa asam di mulutnya itu.
Taufik segera stop di pinggiran jalan yang ada warung. Turun, bergegas ke arah warung itu. Membeli air mineral. Berlarian ke mobil untuk memberikan air itu kepada Ranti.
Ranti bersandar lemas di kursi penumpang. Menutup matanya ketika rasa pening melanda.
"Teteh.. ini minum dulu air.. " ujar Taufik lembut membantu Ranti untuk minum.
Ranti minum dengan pelan. Taufik mengambil tissu menyelipkannya ke tangan Ranti.
Ranti mengusap-usap mulutnya dengan tissu. Rasa mual kembali melesak di perutnya.
"Teteh.. kita ke klinik ibu ya..?" suara Taufik terdengar tambah khawatir karena wajah Ranti memucat.
Ranti mengangguk lemas. Taufik bergegas menuju kemudi mobil Ranti. Membawa Ranti ke klinik ibu tirinya wanita tersebut.
Dengan agak cepat, Taufik mengemudi membelah jalanan kota Bogor di pagi hari itu.
Di saat Ranti sakit, ada lelaki muda yang mengantarkan wanita ini. Bukan sang suami yang masih berjuang untuk berjalan normal. Sang suami yang di rumah mendapatkan informasi kalau sang istri memang terlihat lebih banyak berjalan berdua dengan Taufik di saat dirinya bekerja.
Mungkin bumi akan terbelah menjadi dua, ketika Burhan mengetahui kalau istrinya ini sedang berada di klinik tempat ibu mertuanya bekerja.
Ranti pulang di sore hari dengan wajah masih terlihat pucat. Wanita ini rupanya beristirahat di Wulan Bakery. Tidak ikutan bekerja seperti para staffnya. Masih minta antar Taufik, Ranti sampai ke rumahnya di perhatikan oleh sang suami.
"Ada apa ini..?" ucap Burhan dengan nada agak marah.
Ranti tersentak dan menatap wajah suaminya yang menahan marah. Taufik mencoba menjaga Ranti yang berjalan agak oleng itu.
Ranti kemudian langsung duduk, belum menjawab ucapan suaminya. Taufik berdiri dengan tidak nyaman karena Burhan seolah ingin memukul dirinya.
"Hmm.. teteh.. aku permisi dulu.. akang..?" ucap Taufik seolah ingin kabur dari rumah Ranti.
"Tunggu..?!" tukas Burhan panas pada Taufik.
Taufik diam di tempat. Burhan menyuruh Taufik untuk duduk. Perawat itu menuruti perintah Burhan.
"Apa hanya aku saja yang berpikiran kalau kalian berdua ada main di belakangku..?" tuduh Burhan pada Ranti dan Taufik.
"AA..?!!" seru Ranti dengan nada bingung dan tersinggung karena ucapan suaminya itu. Taufik merah padam, agaknya lelaki ini ingin berkata sesuatu tapi Ranti mengangkat tangannya sehingga Taufik urung berkata.
"Saya tidak suka Aa menuduh kami seperti itu.. Aa harus memberikan bukti kuat untuk ucapan itu." tukas Ranti dengan nada berapi-api.
Burhan marah, lelaki ini berjalan dengan susah payah menggunakan kruk ke arah laci dan mengambil map. Map itu di tarik Burhan dari laci, membawanya ke dekat Ranti dan Taufik.
"Ini buktinya..!!" sembur Burhan sembari melempar map itu di atas meja.
Ranti dengan wajah pucat dan tangan gemetaran mengambil map yang isinya jadi tercerai berai itu. Beberapa lembaran photo dirinya dan Taufik tercetak jelas di sana. Ranti merah padam ketika Taufik memegangi tangannya menuju mobil merah miliknya itu. Ada juga Ranti di bukakan pintunya ketika wanita ini mau memasuki sebuah toko.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALADA CINTA KAPTEN BURHAN {Geng Rempong: 10}
RomantikSeorang lelaki, abdi negara, Burhan Cahyadi Arifin. Tampan, mempesona, membuat para wanita klepek-klepek karena wajah juga pekerjaan lelaki ini masih dipandang sangat layak bagi kaum hawa. Ranti Wulandari Budiman, wanita yang membuka usaha bakery. C...