Dokter Benny mampir ke Wulan Bakery untuk membeli roti kesukaannya, lelaki ini masih incharge malam dan sekarang baru pulang jam 9 pagi. Wulan Bakery yang buka jam 8 pagi langsung mengeluarkan roti yang fresh. Dokter Benny langsung antri ke meja kasir.
"Halo.. selamat pagi.." ucap Ranti pada Benny dengan ceria.
"Pagi..." balas Benny dengan tersenyum lebar, mengamati betapa jelitanya wanita di depannya ini, alis hitam teratur dan bulu mata lentin nan panjang membingkai mata cantik itu, bola mata berwarna hitam berpedar sangat ceria, hidung kecil yang mancung dengan mulut manis di bawahnya membuat Benny tidak berkedip.
"Apa ini saja pesanan akang..?" tanya Ranti pada Benny sopan.
"Ehh.. iya.." jawab Benny agak tergagap lantaran kelamaan menatap Ranti.
Ranti menghitung di layar monitor untuk pesanan Benny. Wanita ini merasa karena lelaki di depannya ini mampir lagi ke tokonya. Yah.. pagi-pagi sudah mendapatkan customer caem, bagaimana tidak senang? batin Ranti geli.
"Roti isi keju, satu iris brownies, juice buah melon.. semuanya Rp 25.500,-" ucap Ranti dengan nada ramah.
Benny mengeluarkan uangnya dari dompet dan meletakkannya di tray kecil untuk uang. Ranti menerima uang tersebut lalu mengembalikan sisanya.
"Silahkan di hitung kembali sisanya kang, dan selamat menikmati rotinya." tutur Ranti pada Benny.
Benny mengamati wajah Ranti lebih teliti, semua staff wanita ini bekerja di dapur, kasir yang biasanya ada di dekat Ranti juga belum terlihat, ada dua customer yang sedang makan serta minum kopi di meja khusus pelanggan. Lelaki ini di buru ayahnya terus untuk segera mencari pasangan. Ayahnya berkata, "Kamu ini sudah seorang dokter, usia sudah masuk 27 tahun, masih menjomblo? Apa tidak ada wanita di luar yang menarik perhatian kamu? Nak, ayah ini semakin tua, apa kamu tidak mau memberikan cucu untuk ayah..?"
Benny jadi gelisah, ia memang masih tinggal dengan ayahnya, ia sudah tidak mempunyai ibu lagi. Ibunya sudah duluan pergi meninggalkan dirinya dan sang ayah untuk selamanya.
"Halo kang..?" panggil Ranti pada Benny yang termenung.
"Ehh.. Iya.. maaf.." jawab Benny seraya tersenyum minta maaf.
"Ini kang.. orderannya.." Ranti menyerahkan bungkusan roti yang sudah di pesan oleh dokter Benny.
Benny mengambil kantong berwarna putih itu, tangannya tanpa sengaja menyentuh jari Ranti dan langsung mengirimkan getaran listrik ke tubuhnya. Lelaki ini terdiam sejenak, mengamati mata Ranti yang terlihat agak bingung.
"Iya.. terima kasih.. aku permisi.." ucap Benny. Ranti menganggukkan kepalanya. Lelaki ini membalikkan tubuhnya untuk berlalu dari toko roti tersebut.
Ranti mengamati punggung belakang dokter Benny dengan agak mengernyit, kenapa lelaki itu terlihat agak tertekan? batin Ranti seraya mengamati lelaki yang pernah bermain catur bersama Burhan tersebut menaiki mobil kemudian berlalu dari toko.
"Hmm.. mungkin dokter Benny lagi ada masalah.." gumam Ranti sendirian lalu berjalan ke arah etalase untuk mengecek kue mana saja yang sudah berkurang.
Wanita ini tahu kalau lelaki itu seorang dokter, ibunya, dokter Puspa, tepatnya ibu tirinya itu pernah di antar sang dokter pulang ke rumah ayahnya. Ia kebetulan ada di rumah ayahnya waktu itu. Sang dokter mata ini di perkenalkan oleh ibunya kepada dirinya. Ibunya itu berupaya mendekatkan dirinya dengan sang dokter mata, tapi ia tidak terlalu mengubriskan hal itu karena waktu itu ia masih kesal lantaran di 'tolak' oleh Amran. Di tolak dalam artian belum masuk ke babak serius. Ia di ajak makan malam keluarga bu Marta hanya untuk mengetahui kalau Amran sudah terpesona pada seorang model bernama Kamelia yang sekarang menjadi istri lelaki itu. Ia sih tidak sakit hati karena memang kala itu belum terlalu mengenal Amran, sang photografer. Ia malah sangat bahagia karena teman kakak tirinya itu sekarang sudah mempunyai seorang anak dari sang istri.
Nah, masalahnya sekarang, ibu tirinya ini kemarin bertanya melalu telepon apakah punya waktu untuk berkunjung ke rumah ayahnya. Keluarganya ingin mengadakan makan malam bersama. Dan, sang ibu mengundang dokter mata ini ke dalam acara makan malam. Itu juga di sampaikan di dalam telepon.
"Pasti ibu mau menjadi mak comblang deh.." rutuk Ranti agak keki lantaran ibu tirinya tersayang ini sangat terlalu peduli dengan statusnya yang masih single. Wanita ini menarik napas agak keras, ia sih sebenarnya tidak masalah di comblangi. Hanya saja masih agak ragu untuk mendekati seorang lelaki. Apakah dirinya sudah pantas untuk menjadi seorang istri bagi seorang lelaki.
Ranti sibuk dengan pikirannya sendiri sambil bekerja. Ia sih sudah menyetujui kalau minggu ini akan makan malam di rumah ayahnya. Wanita ini jadi berdebar apakah ia mau di jodohkan dengan dokter Benny? Terus bagaimana dengan getaran di tubuhnya ketika berdekatan dengan Aa Burhan si kacang ijo? Ranti agak merinding ketika menginggat hari minggu bermain catur dengan Burhan. Perutnya tiba-tiba mengelenyar karena teringat juga kedipan singkat dari pesona Burhan.
"Dasar lelaki menyebalkan.. Orangnya saja tidak ada, tapi kedipannya tinggal di dalam kenangan.. Hugghh.." rutuk Ranti jadi kesal lalu beranjak ke ruang produksi untuk membantu staff di sana setelah berkata dengan Ayu, sang kasir untuk menjaga di depan. Security sih sudah ada setelah kejadian preman waktu itu, lelaki pendiam, bernama Tito, duduk di depan toko.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
BALADA CINTA KAPTEN BURHAN {Geng Rempong: 10}
RomantikSeorang lelaki, abdi negara, Burhan Cahyadi Arifin. Tampan, mempesona, membuat para wanita klepek-klepek karena wajah juga pekerjaan lelaki ini masih dipandang sangat layak bagi kaum hawa. Ranti Wulandari Budiman, wanita yang membuka usaha bakery. C...