Mengamati

2.1K 155 12
                                    

Pagi hari telah tiba, Burhan merasa kepalanya agak berat. Ia bangun dan menyeret tubuhnya untuk segera ke kamar mandi. Ia menoleh ke arah jam di dinding. Jam 5 pagi.

Burhan bersiap-siap untuk mandi pagi, membuat teh dan membuat sarapan ala kadarnya. Roti selai dan telur rebus.

Setelah semua beres, lelaki ini keluar rumah dan pergi menuju Yon 14. Burhan melihat anaknya si ibu warung sedang membawa kantong belanjaan. Tubuh wanita itu sangat bagus untuk ukuran seorang wanita. Tapi, herannya ia tidak tertarik, dan juga arrow tidak ada pengaruhnya ketika wanita itu berjalan melenggak lenggok mengarah ke warung ibunya.

Pikiran Burhan kembali teringat dengan Ranti, ia mungkin sore ini akan bertanya dengan Tony perihal Benny. Atau tidak ia akan menjenguk dokter muda itu.

Burhan menarik napas dan mengambil keputusan untuk mengunjungi Benny.

"Toh, dia adalah lelaki yang di pilih Kitty, aku akan memastikan kalau Ranti bahagia bersama lelaki itu. Tanpa paksaan.. "

Ucapan paksaan itu langsung membuat Burhan terdiam.

"Apa Ranti merasa terpaksa memilih Benny?"

"Atau, Ranti merasa tanggung jawab karena setelah Benny mengantar wanita itu lalu mengalami kecelakaan?"

"Ahh.. tidak mungkin.. Ranti tidak akan merasa terpaksa, wanita itu sangat baik hati dan aku yakin Benny juga sangat pengertian.."

Burhan sampai di Yon 14 dan melaksanakan apel pagi.  Setelah itu ia membuat laporan perihal para prajurit komando yang sudah selesai mengikuti seleksi. Lelaki ini fokus dengan kerjaan.

Ranti merasa sakit kepala. Ia rupanya menangis sampai tertidur, ia merasa sudah menyakiti Burhan dengan sengaja walaupun mereka belum membuat suatu hubungan.

Ranti sekarang sibuk di ruang produksi, membuat roti isi coklat. Para staffnya memperhatikan wanita ini dengan agak khawatir.

"Teteh.. apa teteh sakit..?" tanya Lidya yang sedang menaburkan abon di atas roti.

"Ehh.. tidak kok.. " balas Ranti cepat.

"Kalau teteh sakit, istirahat saja.." kali ini akang Saiful yang berbicara.

"Hmm.. hanya sedikit muyeng kok kang.  tadi sih sudah minum obat sakit kepala." Ranti sangat berterima kasih dengan kedua orang di bagian produksi ini. Karena mereka berdua inti pokok dalam usaha bakery miliknya.

"Baiklah teteh.. kami hanya khawatir melihat wajah teteh yang mendung itu.. " Lidya berusaha mencairkan suasana.

Mereka di Wulan Bakery tahu kalau Ranti mungkin capek bolak-balik Bandung untuk menemui dokter Benny, sang dokter mata. Hanya saja, mereka tidak mau ikut campur. Kalau seandainya owner mereka ini jadi berdekatan dengan dokter Benny, mereka malah senang lantaran Ranti ada yang menjaga.

"Iya.. terima kasih.. " gumam Ranti lalu mereka melanjutkan memproduksi roti. Dalam hati seseorang di tempat ini jadi muak dengan tingkah Ranti yang sok pengertian terhadap dokter Benny padahal tidak mencintai lelaki itu, orang ini malah menilai kalau Ranti lebih suka dengan si kacang ijo, yang kemarin malam datang berkunjung.

Orang ini tapi senang kalau Ranti memilih Benny, kalau Ranti memilih Burhan, maka ia tidak bisa melanjutkan aksinya. Si kacang ijo itu sangat kuat, ia bisa langsung dibekuk jika rencana keduanya terhadap Ranti di jalankan ketika Ranti bersama Burhan.

'Wanita ini memang harus cepat di singkirkan selagi kacang ijo itu menjauh, aku tahu kalau abdi negara itu tidak di pilih oleh si Kitty.. '

Orang ini mendengus lantaran perkataannya yang di dalam hati itu menyebutkan kata Kitty, panggilan untuk Ranti dari Burhan.

BALADA CINTA KAPTEN BURHAN {Geng Rempong: 10}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang