Kaila menghela napas berat, di depannya ada Orion yang tengah asyik dengan laptopnya. Ini hari sabtu dan Kaila sudah menghabiskan waktunya dua jam bersama Orion, bukan untuk berkencan seperti pasangan pada umumnya.
"Kok masih bete sih kamu?" Orion mengalihkan sementara matanya pada laptop, menatap sekilah Kaila yang sibuk dengan laptopnya juga.
"Ini hari sabtu," tekan Kaila, entah mengerti atau tidak Orion dengan maksu Kaila.
"Yang bilang ini hari senin siapa?"
Ya Tuhan, Kaila rasanya ingin mengubur dirinya sendiri. Kenapa ia bisa memiliki pacar yang pintar membuatnya menarik napas kesal.
"Kamu ngerti nggak sih artinya hari sabtu?" Kaila menaikan sebelah alisnya.
"Tau," Orion mengangguk yakin, ia bahkan masih bisa mengetikan sesuatu di atas laptopnya saat Kaila bahkan sudah tak peduli dengan apa yang ia kerjakan.
"Kalau hari ini sabtu, berarti besok minggu."
"Benerkan?" Orion menarik sudut bibirnya membentuk senyuman.
"Mas Pacar...," Kaila melebarkan matanya ia berusaha menahan amarahnya yang sudah berada di ujung kepala. "Sabtu itu biasanya buat kencan, bukan buat kerja."
"Kalau kita bisa kencan sambil kerja, kenapa nggak lakuin keduanya?" Orion berhasil membuat Kaila nyaris mengeluarkan api dari kepalanya.
"Kamu mau pacaran atau kerja sama aku?"
"Kerja sambil pacaran, boleh nggak?" Orion menahan tawanya saat Kaila semakin kesal dengan tingkahnya.
"Ini udah dua jam. Tapi kamu masih sibuk sama laptop," keluh Kaila. Ia sudah mengerjakan report sales yang Orion suruh, namun Orion masih terlihat senang mengerjakan sesuatu di laptopnya.
"Hari sabtu aja aku harus kerja, kapan kita pacarannya coba?"
Orion tertawa ringan, tangannya menjawil pelan pipi Kaila dengan lembut. "Kamu nggak usah kerja lagi nanti kalau udah jadi istriku."
"Aku mau kerja aja, tapi nggak hari sabtu kayak gini." Kaila melirik pada Orion yang kini menghadiahi Kaila sebuah senyuman lembut yang mampu merontokan amarah yang sejak tadi bergelayut di hatinya.
"Kalau aku kerja terus kamu kerja, siapa yang bakalan habisin gaji aku?" tanya Orion dengan nada santainya. Ia meraih rambut Kaila yang terlepas dari ikatanya.
"Biar adil kita bagi dua tugasnya, aku yang cari uang kamu yang atur uangnya."
Satu tepukan di atas kepala Kaila dari tangan besar Orion. "Tugas kamu jadi istri aku itu bukan untuk cari uang, jangan khawatir soal itu. Aku ada untuk bertanggungjawab atas segala hal tentang kamu."
"Nanti aku bosen kalau di rumah aja," Kaila melupakan ke kesalannya kali ini.
"Kerja boleh, tapi jangan mau dikerjain. Okay?"
Memangnya selama ini yang menyiksa Kaila dengan pekerjaan yang menumpuk, jangan lupakan hari ini. Kaila masih harus berkutat dengan laptop.
"Cari kerjaan yang santai, yang nggak bikin stress." Orion memang tak pernah setuju ketika Kaila mengatakan ia ingin tetap bekerja di perusahaan setelah menikah.
"Aku stress kerja kalau sama kamu aja," sejujurnya Kaila tak pernah bisa membayangkan akan menikahi sosok Orion nantinya. Hubungan mereka bahkan baru seumur jagung.
"Kamu seneng banget mengintimidasi bawahan kamu, salah dikit mata kamu membesar melotot kayak mau keluar. Nggak tau apa kalau itu horror." keluh Kaila mengatakan segala sesuatu yang ada di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRAMISU
ChickLitUmur kamu berapa? Sudah punya pacar? Kapan nikah? Temen kamu udah punya anak lho, nggak ada niat nyusul? Kerja terus kapan ke pelaminannya? Kaila merasa pertanyaan seperti itu lebih mengerikan dibanding nonton film horror sekalipun, semua orang terl...