Biasanya di hari minggu setelah subuh Kaila akan tidur lagi, kali ini ia tak melakukan kebiasaannya itu. Ia lebih memilih menghabiskan waktunya menyiapkan pakaian yang akan ia kenakan untuk bertemu Orion. Meski ia tak tahu akan kemana Orion membawanya.
"Wedehhhh." teriak Dimas dari ruang tamu yang melihat Kaila tengah memasak sesuatu di dapur.
"Tumben banget Kak Ila pagi-pagi udah di dapur aja." Dimas mengambil botol minum dari kulkas dan meneguknya langsung.
Kaila hanya mencebik atas cibiran Dimas, ia lebih memilih fokus dengan potongan daun bawangnya.
"Pasti ke sambet lo ya?" Dimas masih memicing tak percaya dengan apa yang Kaila lakukan di Minggu pagi ini.
"Bau lo dim," ucap Kaila ketika Dimas mendekat ke arahnya. Tubuh Dimas basah dengan keringat, kaus tipisnya mencetak jelas dada bidang Dimas.
"Ya iyalah bau, gue basah abis olahraga." Dimas sengaja mengibas-ibaskan kausnya di depan Kaila dengan tak tahu diri. "Nggak kayak Kak Ila yang basah gara-gara iler."
"Dimas...." kesal Kaila.
"Jangan teriak Kak Ila, pamali anak gadis teriak pagi-pagi." Dimas dengan santai duduk di kursi makan, mengambil beberapa roti dan langsung memasukan ke mulutnya sekaligus. Kaila hanya bisa menggeleng tak percaya, seelastis apa mulut Dimas hingga mampu memasukan roti langsung ke mulutnya.
"Lo sendiri, anak bujang macam apa." Dengus Kaila, "Pagi-pagi udah bikin rusuh komplek, kerjanya godain emak-emak gosip. Belaga kayak Tom Cruise"
"For your information," tekan Dimas dengan nada jumawa. "Gue lebih keren dari Tom Cruise, Chris Evans aja lewat."
"Keren emang," aku Kaila di sela-sela kegiatannya mengocok telur.
"Kalau diliat dari monas pake corong minyak."
"Kak Ila," panggil Dimas dengan nada serius, membuat Kaila memfokuskan dirinya pada ucapan Dimas.
"Kenapa?"
"Kalau misalnya nih, lo lagi di kuis who wants to be a millionare. Lo udah di tahap akhir buat dapetin satu miliar ada pertanyaan kayak gini."
Kaila mengerutkan keningnya, mencium ketidakberesan atas ucapan adik satu-satunya ini.
"Hm." Kaila memutar bola matanya bosan. "Lo kalo ngayal suka gila yah, Dim."
"Dengerin dulu, gue serius." kekeh Dimas.
"Hm."
"Pertanyaannya, Manakah pernyataan yang benar tentang seorang Adimas Wijaya." Dimas menatap Kaila dengan mata menyipitnya sebelum melanjutkan perkataannya."
"A. Dimas itu ganteng."
"B. Yang ganteng itu Dimas."
"C. Ganteng-ganteng Dimas."
"Atau," Dimas menggantungkan kalimatnya sebelum menyelasaikan pernyataannya.
"D. Dimas memang ganteng."
"Gue nggak milih, udah gagal aja." Kaila mengendikan kedua bahunya. Ia lebih memilih menyalakan kompor untuk membuat telur dadar.
"Mending nggak usah jawab pertanyaannya. Soalnya nggak ada yang bener."
"Ishhh, Kak Ila." cibir Dimas. "Nggak mau banget ngakuin adeknya ini ganteng."
"Kalau lo emang ngerasa udah ganteng, ngapain banget butuh pengakuan dari orang lain." Kaila menyelesaikan masakan telur dadar seadanya ala Kaila.
"Kita nggak butuh pengakuan dari orang lain tentang siapa kita," Kaila sebenarnya tak jarang berbicara serius dengan Dimas yang masih sering labil menurut Kaila.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRAMISU
ChickLitUmur kamu berapa? Sudah punya pacar? Kapan nikah? Temen kamu udah punya anak lho, nggak ada niat nyusul? Kerja terus kapan ke pelaminannya? Kaila merasa pertanyaan seperti itu lebih mengerikan dibanding nonton film horror sekalipun, semua orang terl...